Setelah menempuh perjalanan yang sedikit saja lebih jauh dari kantor, kini, Jisoo dan Lalisa berada di depan suatu perpustakaan tua yang terletak di pinggir kota. Bangunan kecil itu berarsitektur klasik ala-ala tahun 19-an, dindingnya tersusun dari batu bata merah yang mulai berlumut. Pintu kayu jati yang kokoh dan berukir menjadi satu-satunya jalan masuk, mengundang Jisoo dan Lalisa ke dalam ruangan remang-remang penuh dengan rak-rak kayu yang melengkung, berderet buku-buku tua yang sudah berdebu. Bau kertas tua memenuhi udara, sementara cahaya senja yang jingga menerobos dari jendela kecil yang berjeruji.
"Suasana favoritku di bumi ini," komentar Jisoo. Dia masih melihat sekelilingnya, gerak-geriknya tenang seolah-olah dia sedang berada di rumahnya sendiri. "Bekerja di kantor seharian membuatku melupakan tempat ini. Terakhir kali aku mengunjunginya sudah beberapa bulan yang lalu."
Lalisa terkekeh mendengar penuturan temannya. Jarang-jarang dia melihat ekspresi tenang itu dari seorang Jisoo. Di kantor, Jisoo adalah tipikal manusia patung yang tidak akan ada orang yang mengenalnya (kecuali Lalisa, itu pun dia yang duluan mendekati Jisoo).
Lalisa berkata, "Tempat ini terlihat sudah sangat tua. Aku tidak akan terkejut jika yang menjaga perpustakaan ini adalah seorang kakek."
"Hoho! Seorang nenek, lebih tepatnya!" saut seseorang di belakang, itu membuat keduanya berbalik untuk melihat seorang wanita tua dengan jaket yang lebih anak muda daripada Jisoo sendiri. Meskipun rambutnya telah sepenuhnya putih, wanita itu masih bertubuh prima, tidak akan ada yang bisa menebak kalau dia berumur 54 tahun.
"Amanda!" panggil Jisoo, dia langsung menghampiri wanita tua itu seperti melihat ibunya sendiri. Wanita ini dikenal sebagai Prof. Amanda Laveil, dia telah mengoperasikan perpustakaan ini sejak masa mudanya. Dia juga merupakan seorang dosen di universitas terdekat yang mengampu ilmu alam, itu mengapa dia sangat senang dengan Jisoo yang mempunyai ketertarikan di bidang yang sama dengannya. Mereka telah saling kenal sejak Jisoo kecil, wanita ini sangat menyayanginya. Itu kenapa hubungan Amanda dan Jisoo sudah seperti ibu dan anak.
"Anak muda ini telah melupakan ibunya!" celetuk Amanda dengan suaranya yang penuh energi, tidak lupa dia meninju gemas kepala Jisoo. "Ke mana saja kau selama ini? Kau tidak pernah menghubungi saya, anak nakal."
Sambil mengelus kepalanya yang pasti benjol, Jisoo berkata, "Aku sangat sibuk, Amanda. Susah mengatur waktu ke sini."
Amanda berkacak pinggang, dia memiliki tatapan penuh tanya yang tertuju kepada Jisoo. "Kalau begitu sibuk, kau pasti punya hal yang sangat penting sampai-sampai kau ke sini," asumsinya. "Apa yang ingin kau cari?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗢𝗽𝗲𝗿𝗮𝘁𝗶𝗼𝗻 𝗕𝘂𝗿𝗶𝗲𝗱 𝗨𝗻𝗸𝗻𝗼𝘄𝗻 || 𝗖𝗵𝗮𝗲𝘀𝗼𝗼
FanfictionKetika seorang manusia fana, berbekal dengan rasa penasaran, menguak hal yang selama ini tidak diketahui dunia; "Manusia bukan makhluk yang paling sempurna." - scifi yang dibungkus dengan ff, gxg chaesoo || bahasa indonesia