02

312 39 7
                                    

Ranjang besar itu terlihat sangatlah kacau akibat aktivitas panas disana, nampak terlihat Naruto yang menyentak keras dibawah sana. Ia melumat bibir Hinata dengan sedikit kasar karena wanita itu terkadang tidak membalas lumatannya.

Sedangkan Hinata terkadang hanya bisa mendesah dan melenguh dengan pelan. Sekarang dirinya sudah kotor karena pria di atasnya kini berhasil mengambil sesuatu yang berharga miliknya. Ia hanya bisa mengatakan maaf dalam hati kepada ibunya.

"Ahh"

Naruto tersenyum ketika mendengar desahan wanita dibawahnya itu, ia meletakan wajahnya pada leher Hinata ia menjilatnya serta memberikan tanda disana. Ia meremas dada wanita itu dengan pelan. Dapat dirinya rasakan bahwa Hinata meremas bahunya dengan keras.

"Arghh" Naruto menggeram karena merasa dibawah sana sangatlah sempit.

"S-sakit--" rintih Hinata dengan lirih.

Naruto mempercepat sentakan nya ia merasakan Hinata yang sepertinya sudah mencapai pelepasan nya karena ia dapat merasakan tubuh wanita itu yang nampak bergetar pelan. Naruto merasa miliknya kini sudah sangat menegang untuk mendapatkan pelepasannya, tanpa memperdulikan Hinata yang merintih ia mempercepat kejantanan nya menuju tempat terdalam milik wanita itu.

Tidak lama ia mengeluarkan begitu banyak cairan miliknya kedalam milik Hinata. Memang saat ini ia tidak ingin menggunakan pengaman, ia akan meminta wanita dibawahnya untuk meminum pil pencegah kehamilan daripada harus dirinya yang memakai pengaman.

"Argh shh" Naruto menggerakkan miliknya dengan pelan menikmati sisa pelepasannya.

Setelah itu ia berbaring di samping Hinata dan mengambil selimut untuk menutupi ketelanjangan keduannya.

Hinata nampak terdiam dan hanya bisa menangis dalam diam, ia kemudian memunggungi pria disampingnya itu. Hinata terisak dengan pelan, ia merasa sangat menjijikkan saat ini. Mengapa Toneri begitu tega kepadanya dan mengapa pria disampingnya juga begitu tega terhadap dirinya.

"Andai saja saat itu kau tidak melakukan itu kepadaku, maka apa yang kita lakukan malam ini tidak akan pernah terjadi. Bukankah kita sekarang merasakan sakit yang sama." Gumam Naruto dengan pelan tanpa menoleh kearah wanita disampingnya itu.

...

Hinata tengah memakai dress yang tadi malam sempat dirinya pakai. Hinata kali ini sungguh merasa sangat lelah, ia tidak berbicara sejak tadi malam. Ia sudah meninggalkan ibunya dengan waktu yang lama. Saat ini waktu sudah menunjukan pukul empat dini hari, ia harus segera pulang.

Hinata menoleh kearah ranjang dimana Naruto sedang tertidur. Air matanya nampak tidak bisa dibendung kali ini, ia menangis tanpa suara. Hinata lalu berdiri dan mulai melangkah menuju pintu, ia ingin bergegas untuk pulang menemui ibunya. Tampilan dirinya kini sangatlah diluar kata rapih.

Ia berjalan menelusuri jalan yang masih terlihat sepi itu dengan air mata yang masih menetes. Sejujurnya bagian bawahnya sangatlah sakit, tetapi ia tidak ingin berlama-lama di tempat menakutkan itu maka dari itu ia ingin segera pulang.

Setelah hampir dua jam dirinya berjalan kaki menuju rumahnya, Hinata pun tiba di depan pintu rumahnya. Sebelum memasuki rumah kecil itu ia menangis dengan pelan.

Ia sungguh meminta maaf kepada ibunya dan juga mendiang Ayahnya karena sudah gagal menjadi wanita yang terhormat. Hinata kemudian dengan cepat menghapus air matanya dan membuka pintu rumah itu dengan kunci cadangan yang ia bawa

"Hinata kenapa baru pulang, ibu mencemaskan mu, sayang." Hinata terkejut mendengar suara ibunya yang nampak cemas dan menatap dirinya.

This Pain [NARUHINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang