Lagom [adv] [Swedish]
not too little, not too much, just right.
Dengan perasaan dongkol, namun berusaha dia kendalikan Alisa menghempas dengan kasar pintu apartemennya. Dia berderap masuk, membuang dengan sembarang tasnya lalu membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur sebelum kembali bangkit untuk membersihkan diri.
Walau kini gadis itu hanya memiliki waktu dua setengah jam untuk tidur sejenak, dia tak bisa terlelap dengan tubuh yang dirasanya cukup kotor. Setelah pakaian kerjanya dia lepas, dan berganti dengan pakaian tidur. Ketika dirasanya tubuhnya telah kembali segar, Alisa tak lantas langsung membaringkan tubuhnya. Dia terlewat penasaran dengan ucapan-ucapan angkuh pemuda brengsek tadi.
Si brengsek itu mengacaukan harinya. Seakan bertemu dengan pemuda sialan tadi adalah kesialan paling fatal yang pernah terjadi. Luka gores di pahanya masih menyisakan perih, hingga menanggalkan jeans yang dipakai pun Alisa merasa kesulitan.
Jecha Adler hmm ... Sehebat apa dia? pikir Alisa jengkel.
Tangannya meraih laptop yang berada di meja kecil samping tempat tidur. Rasa ingin tau tentang pemuda itu tiba-tiba berkoar dalam dirinya, walau dalam keadaan setengah mengantuk Alisa menguatkan matanya agar tidak tertutup dan mengetik nama pemuda itu di kolom pencarian.
Banyak artikel yang tertera di layar laptopnya, dalam sekejap mata rasa kantuk itu menghilang ketika melihat nama lengkap pemuda itu bersama dengan keterangan pada setiap artikel; Young Paragon Jerman, Putra Jeycha Adler & Lalice Munster, Pewaris Rich Company & Munster Corp, Pangeran Charming, dsb. Namun, dari sekian banyak artikel yang menerangkan tentang kekayaan pemuda itu, satu artikel yang kini dipandang serius oleh Alisa; Jecha Adler and Khatarina Veldman are reportedly dating.
"Siapa gadis ini?" Alisa bermonolog.
Jemarinya mulai bergerak dan mengeklik nama perempuan yang dominan disandingkan dengan si bastard itu.
"Ah, anak orang kaya rupanya," gumamnya ketika mendapatkan informasi tentang gadis bernama Khatarina Veldman itu. "Pacarnya? Apa gadis itu tidak sadar seberapa menyebalkannya kekasih jeleknya itu? Beauty and the Bastard Prince."
Alisa menutup layar laptopnya, dan tak ingin lagi membaca artikel-artikel menggoda yang memberi keterangan seberapa hebat pemuda itu beserta garis keturunannya, termasuk kekasihnya yang sungguh rupawan bak putri di negeri dongeng.
Ah, untuk apa dia pikirkan si sialan itu? Tak perlu lagi dia pikirkan. Kini saatnya untuk memejamkan mata, dan berdoa agar tak lagi bertemu dengannya.
×××
Dalam tidur lelapnya, dia mendengar sepasang langkah kaki berlari menukik lantai di kamarnya lalu berakhir dengan memeluk tubuhnya. Jecha sedikit menggeliat ingin mencari tau siapa yang telah berani mengganggu tidurnya.
Sungguh dia baru saja memejamkan mata, dan kini seseorang mengganggu mimpi indahnya yang tengah berci+man dengan Khatarina. Oh, verdammt. Sepertinya dia terlalu merindukan kekasihnya itu.
"Enyah lah. Aku masih mengantuk," rutuknya kesal berusaha melepaskan sepasang tangan yang melingkar di pinggangnya.
Seseorang mendesah dari balik punggungnya. Terkesan kesal, lalu berdecak. "Apa kau lupa hali ulang tahunku, Jecha?"
Jecha seketika melotot. Dia begitu kenal dengan warna suara itu. Hanya ada seseorang yang selalu sulit mengucapkan huruf r dengan benar. "Jesycha?"
Pemuda itu membalikkan tubuhnya, dan mendapati Jesycha yang tampak begitu cantik tengah memandangnya dengan ekspresi sedih sembari memajukan bibir bawahnya. Ah, pemandangan indah di pagi hari bukan. Sudah sangat jarang dia melihat Jesycha memelas seperti itu. Dia terhibur dengan bola mata emas adiknya yang membulat sedih serta pipi chubby-nya yang merengek gemas.
"Sejak kapan kau tiba di sini?" tanya Jecha.
"Sejam yang lalu," jawab Jesycha cepat. "Aku menunggumu bangun sejak tadi. Di mana hadiahku?" Telapak tangan Jesycha terulur di hadapan Jecha seakan meminta di mana benda yang selalu dia tunggu-tunggu setiap tahun itu disembunyikan. "Aku sudah mencali sejak tadi di dalam kamal ini, tapi tidak kutemukan. Katakan di mana!"
"Aku lupa membelikannya," kata Jecha sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Sudah kuduga. Kau pasti melupakan ulang tahunku." Jesycha berucap kesal. Dia bergerak turun dari tempat tidur king size kakaknya. Berderap menuju ke arah penutup kain jendela besar bercorak abu-abu, kemudian menyibakkannya, membiarkan cahaya mentari menelusuk ke kamar dengan desain modern khas anak muda jaman sekarang.
"Biarkan saja tertutup. Aku masih mengantuk," celutuk Jecha kemudian menutupi wajahnya dengan bantal. "Lagipula mengapa kau harus kemari? Aku akan pulang hari ini."
"Mommy and daddy menyuluhku kemali, ka-" ucap Jesycha.
"Kemari, Jesycha. K E M A R I! Apa kau masih kesulitan mengucapka huruf R?" Jecha menahan tawanya dari balik bantal. Dia tau Jesycha akan melakukan sesuatu yang menyakitinya hingga dengan cepat dia menutupi tubuh dengan selimut tebal miliknya.
"Kau menyebalkan, Jeca!"
"JECHA, Jesycha. JECHA!" Lagi, Jecha tengah menikmati kepuasan menggoda adiknya itu. Dia tau Jesycha sangat mudah terpancing emosi jika candaannya tak lari dari kekurangan adiknya itu
Jika saat ini mereka tengah berada di mansion mereka yang terpisah dari kota Amsterdam, ibu mereka sudah pasti akan menghukum dirinya membersihkan halaman tempat tinggal mereka sebagai akibat dari menggoda adiknya tiap waktu. Demi Tuhan Jecha tak suka membersihkan pekarangan rumah mereka yang memiliki luas tiga kali dari kediaman Adler ini.
"Akan kulapolkan kau pada mommy," ucap Jesycha sembari berlalu keluar dari kamar kakaknya.
Mendengar bantingan pintu kamar yang tertutup kasar, Jecha menurunkan bantal yang menutupi wajahnya lalu terkekeh keras. Ah, sialan, menggoda Jesycha itu seakan memberikan semangat pagi untuknya.
Dia bangkit dari tidurnya dengan terpaksa, melirik pada layar ponselnya. Dia memiliki tiga pesan di sana. Dua di antaranya berasal dari Khatarina-kekasihnya.
Khatarina:
Kau kembali ke Belanda hari ini?
Jecha, kau belum bangun juga?Jecha:
Sepertinya tidak. Jesycha sudah datang kemari.Khatarina:
Oh begitu, ya. Baiklah selamat bersenag-senang.Jecha:
Kau tidak merindukanku?Khatarina:
Aku selalu merindukanmu, Schat.Jecha:
Mengapa kau tidak datang saja kemari. Kita mencarikan hadiah untuk Jesycha bersama. Ayolah, Grannie pasti merindukanmu.Khatarina:
Aku memiliki jadwal pemotretan hari ini.Jecha:
Kau payah. Semoga menikmati hari kerjamu di waktu libur seperti ini.Khatarina:
Kau marah?Jecha:
Tidak. Sudahlah, aku harus membelikan kado untuk Jesyca. Dia menggantungku sejak tadi. Sampai jumpa. ILYKhatarina:
ILY too, Jecha.Jecha kembali meletakan ponselnya, dan berderap menuju kamar mandi. Dia membersihkan dirinya lebih dulu sebelum keluar dari kamar. Menghilangkan aroma alkohol dari mulutnya. Arzella adalah satu-satunya orang yang paling peka dengan bau minuman-minuman seperti itu.
Sudah puluhan kali dia menegur Jecha agar tak lagi menyambangi tempat-tempat malam, mau pun balapan liar yang masih dalam lingkup dunia malam anak muda dan berakhir dengan masalah. Namun, pemuda itu terlewat iseng dengan setiap ucapan neneknya.
Jecha memang bukan seorang yang pembangkang. Dia tidak diajarkan untuk berdebat, dan melawan sang nenek. Namun, sosok Valey yang selalu membela dan mendukungnya memberikan akses besar untuk Jecha menikmati masa mudanya dengan baik, tanpa harus terkurung dalam rumah besar dan megah seperti Jesycha, yang memang benar-benar dipersiapkan sebagai pengganti paman Danielo kelak.
![](https://img.wattpad.com/cover/371574705-288-k97065.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA • Liskook 18+ ✓
ChickLitJecha Lucian Adler adalah putra dari pasangan fenomenal Jeykha Adler dan Lalice Munster. Digadang-gadang sebagai pewaris dua perusahaan besar sekaligus di Eropa itu tak lantas membuatnya berkekurangan. Dia pangeran dengan segala yang dia miliki; tam...