Chapter 10

483 16 3
                                    

Lucent (adj.) softly bright or radiant.

Derap langkah Jecha dengan cepat melangkah memasuki kediamannya. Dia baru saja kembali dari mengantar Khatarina pulang. Sebenarnya terjadi perdebatan kecil antar dirinya dan kekasihnya itu. Khatarina memang gadis yang keras kepala, dan terkadang membuat Jecha muak dengan sikapnya itu.

Berpikir seorang Veldman adalah gadis dewasa, nyatanya selama menjalin cinta dengan kekasihnya itu Jecha lah yang kebanyakan mengalah, bahkan mengakui kesalahan. Dan pemuda itu tampak jengah dengan setiap perdebatan yang memberikan hasil dirinya harus kembali mengalah.

Jecha melangkah begitu cepat, menaiki anak tangga hendak menuju kamarnya. Jesycha yang baru saja kembali dari perpustakaan menatap heran dengan tingkah arogan sang kakak.

"Apa yang salah denganmu?" Jesycha berucap ketika langkah kecilnya berhasil menyamai lagkah Jecha.

"Tidak ada," jawab Jecha tak acuh. Berderap tegas menukik koridor lantai dua mansion mereka.

"Kau beltengkal lagi dengan Khatalina lagi?" Jecha berhenti melangkah, kemudian melepaskan napas dan berbalik menatap Jesycha yang berhenti di belakangnya.

"Apa kau tau? Khatarina benar-benar keras kepala." Pemuda itu membawa langkahnya dan duduk pada anak tangga yang melingkar menuju lantai tiga. Jangan tanya berapa lantai dan luas yang dimiliki bangunan megah bergaya klasik belanda itu miliki.

"Aku tau," ucap Jesycha, lalu duduk di sebelah sang kakak. "Kau mau celita padaku?"

"Aku muak dengannya," lirih Jecha seraya meletakan kedua sikunya pada lutut, dan mengusap kasar wajahnya yang gusar.

"Tapi, kau mencintainya, benal?"

"Aku mencintainya, tapi jika sikapnya terus memuakkan seperti ini, aku tak yakin bisa bertahan dengannya," ucap Jecha lalu bangkit berdiri. "Aku akan kembali ke Berlin besok juga," imbuhnya.

"Bukankah mommy mengatakan kau akan kembali lusa?"

"Aku bosan berada di sini."

"Baiklah, telselah kau saja. Aku tidak peduli kau mau ke mana, yang paling penting belikan aku Lexus."

"Aku akan menepatinya." Jecha berucap, dan berlalu pergi meninggalkan adiknya.

***

Mansion Munster, Amsterdam - 07:45 AM

Lalice melangkah menemui Jecha yang tengah berada di kamarnya seorang diri. Wanita cantik itu sudah menitipkan pesan pada seorang pelayan perempuan agar memanggil putranya untuk sarapan bersama.

Namun, kenyataannya Jecha tak mengacuhkan pesan ibunya itu, membuat Lalice harus menemui sang anak dengan sendirinya. Dia mengetuk hanya sekali pintu kamar Jecha, sebelum tangannya terulur membuka pintu.

"Jecha, ada apa denganmu pagi ini? Semalam kau menolak untuk makan bersama, dan pagi ini kau juga menolak untuk sarapan." Lalice mendekat pada Jecha yang tengah bersandar di kepala tempat tidurnya sembari memainkan ponsel.

Melihat kedatangan Lalice, Jecha sontak saja melepas benda pipih berteknologi itu. "Mom..." lirihnya.

Lalice duduk di tepi tempat tidur Jecha, menatap hangat pada putra pertamanya itu. Tersirat jelas kekhawatiran Lalice pada Jecha.

Tangannya bergerak pada pipi sang putra. "Ada masalah apa antar dirimu dengan Khatarina, Jecha? Semalam dia menelepon mommy. Kau tidak mau mendengar penjelasannya."

"Mom, berhentilah membela gadis itu, dan mulai memikirkan tentang perasaanku," ucap Jecha dengan menghembuskan napasnya jengah.

"Baiklah. Ceritakan padaku." Lalice mengelus punggung tangan Jecha ketika melihat putranya itu kesal.

ENIGMA • Liskook 18+ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang