Chapter 08

172 13 0
                                    

Ya Amar: My most beautiful

"Apa anakku telah kembali?" Danielo bertanya seraya langkah tegasnya menukik lantai keramik dari kediaman Munster. Dia berderap begitu cepat mendekat ke arah Jeykha juga Lalice yang tengah duduk di ruang keluarga sembari menunggu kedatangan kedua anak mereka.

"Sebentar lagi," sahut Jeykha dengan cepat.

"Apa Jecha ikut kemari?" Lalice mengangguk sebagai respon pada kakaknya. "Baiklah. Aku akan menunggu." Danielo ikut duduk pada sofa besar, berhadapan langsung dengan Jeykha juga Lalice.

Tak lama menunggu ketiga orang yang menanti kedatangan Jecha juga Jesycha itu mendengar deru mesin mobil yang berhenti. Ah, sudah pasti kedua anak itu telah tiba bersama dengan nenek mereka.

Baik Jeykha juga Lalice, keduanya telah mendapatkan kabar lebih dulu jika Arzella akan ikut mengunjungi mereka. Tak sulit bagi seorang Arzella yang memiliki lebih dari lima pesawat pribadi sebagai hadiah ulang tahun setiap Jahr-nya dari mendiang Jordan, membuat wanita tua itu bisa berpergian ke mana saja dengan bebas.

Lalice, dan kedua laki-laki menawan itu dengan cepat berdiri dan menyambut kedatangan tiga orang dari Berlin itu. Jesycha yang melihat ibunya tersenyum menyambut mereka langsung saja berlari dan memeluk Lalice.

Sementara Jecha hanya tersenyum siput menatap Jeykha dan Danielo secara bergantian sebelum berpelukan tanda melepas kerinduan mereka.

"Hei, Bu." Jeykha mendekap Arzella ketika wanita paruh baya itu mendekat ke arahnya, lalu bergantian memeluk Lalice. "Apa kabar?" lanjutnya.

"Ibu selalu baik, Jeykha. Bagaimana kabar kalian?" Arzella bertanya pada pasangan suami istri dan dibalas hangat oleh keduanya.

Ya, Jeykha dan Lalice selalu baik, dan harmonis. Entah apa resep keduanya. Jeykha dan Lalice sangat jarang mendapatkan permasalahan rumah tangga yang berat setelah kehadiran Jesycha. Keduanya sama-sama dewasa dalam menyikapi permasalahan yang datang.

"Bagaimana kabarmu, Jecha?" Danielo bertanya pada keponakan laki-lakinya itu saat Lalice dan Arzella serta Jesycha lebih dulu meninggalkan mereka- Mengurusi pekerjaan wanita.

"Aku baik-baik saja, Onkel," jawab Jecha.

Ketiga laki-laki kapitalis itu berderap menuju ruang keluarga dan mendudukkan diri mereka di sana sembari mengobrol. Tatapan Jeykha tak lepas dari putra pertamanya yang semakin dewasa, dan wajahnya semakin mirip dengan Lalice.

"Daddy dengar kau gagal mendapatkan gelar jalanan itu, hm," seru Jeykha berhasil membuat kerutan samar di dahi Jecha.

"Come on, dad. Onkel Elo ada di sini," balas Jecha hampir saja menyembunyikan wajahnya dari tatapan membulat Danielo.

"Kau gagal menjadi raja jalanan Berlin, Jecha?"

Jecha melepaskan napas beratnya. "Aku berhasil, jika setan kecil itu tidak menghalangi jalanku."

"Apa kau baru saja mengatakan jika jalanan Berlin berhantu?" Danielo menanggapi dengan tatapan yang menyipit, entah karena mulai bergidik ngeri atau penasaran.

"Bukan, Onkel. Seorang gadis tiba-tiba muncul di depan mobilku saat balapan. Untung saja aku tidak menabraknya," tutur Jecha memelas. "Aku tidak bisa lagi mengejar Leon setelah itu. Dia lebih dulu mencapai garis finish."

Jeykha tertawa pelan, membuat Jecha semakin merasa dirinya adalah seorang pengecut karena tidak bisa merebut gelar seperti ayahnya dulu. Walau begitu Jeykha tak pernah memaksa dengan keras anaknya itu harus sama seperti dirinya saat muda.

Jeykha memang menginginkan Jecha menjadi seorang pembalap jalanan, namun dia tak akan memaksa dengan keras hingga harus menggunakan cara licik. Dia bukan ayah yang buruk.

ENIGMA • Liskook 18+ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang