Chapter 04

182 14 0
                                    

Wonderwall. (adj) Someone who you find yourself thinking about all the time, the person who you're completely infatuated with.

Jecha berjalan mondar-mandir di kamarnya, berusaha menemukan ide terbaik demi membelikan sebuah kado untuk adiknya. Jesycha sangat menyukai segala benda berwarna merah, hingga mobil kebanggaannya di jalanan pun adalah hasil dari buah pikiran sang adik. Namun, kali ini dia mengalami kebuntuan.

Jesycha hampir memiliki segalanya yang diidam-idamkan para gadis di dunia ini. Lalu apa yang bisa dia belikan? Lagipula gadis itu baru menginjak usia 16 tahun, membelikan mobil untuk dia pun rasanya percuma karena ibu mereka tidak akan membiarkan Jesycha mengendarai benda itu dengan bebas tanpa surat izin mengemudi. Ah, mungkin mengajak jalan-jalan akan membuat adiknya tidak lagi kesal.

Jecha mulai mengambil langkah keluar dari kamarnya setelah berdiskusi panjang lebar melalui ruang chat grupnya dengan kedua temannya yang lain. Quinn memang bisa diandalkan, pemuda itu memiliki banyak rekomendasi destinasi untuk dikunjungi di musim panas seperti saat ini.

Seperti yang disarankan sahabatnya itu dia mengajak adiknya menyambangi Berliner Dom– Gedung Gereja Paroki Agung. Bukan. Bukan tentang gedungnya, tapi tentang luasnya taman depan bangunan tua klasik itu yang bisa digunakan sebagai tempat berjemur juga bersantai sembari menatap indahnya arsitektur kubah Katedral yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan.

"Kau mengajakku ke Katedlal? Kulasa aku tidak membutuhkan doa seolang pastol," ucap Jesycha ketika melihat kakaknya memarkirkan mobil tak jauh dari gedung berkubah klasik yang tampak indah di pantulan netranya itu.

Jecha tak menggubris ocehan adiknya dan memilih turun dari mobil. Dia menggenggam erat tangan Jesycha, lalu menuntun gadis cadel itu memasuki taman Katedral.

Keduanya bisa melihat begitu banyak orang yang datang berkunjung, dan tak menampik jika saat ini Jesycha mulai merasa tak nyaman. Ya, gadis itu tidak terbiasa bertemu khalayak ramai. Dirinya mulai bersembunyi di balik punggung Jecha ketika mendapat banyak pasang mata yang menatap padanya.

"Aku tidak suka tempat ini," ujar Jesycha pelan, sembari menundukkan wajah lebih tepatnya menyembunyikan wajahnya dari tatapan-tatapan penasaran banyak orang.

Bukan tanpa alasan mereka menatap lalu terlampau sinis. Wajah Jecha tak asing untuk mereka. Semua orang di Berlin tau siapa pemuda gagah nan tampan yang berjalan tegas sesuai tingkatan hidupnya itu. Pemuda itu tak lepas dari perhatian khalayak, begitu pun setiap orang yang berhubungan dengannya, hingga kamera-kamera nakal yang mulai mengambil gambar mereka dari setiap sudut. Bisa dia pastikan, setelah ini ada artikel yang beredar tentang dirinya 'berjalan-jalan di depan Berliner Dom'. Damn it.

Kini semua orang mulai mencari tau tentang gadis kecil yang digenggam erat oleh young paragon itu. Ah, gadis itu adalah adiknya yang sempat membuat Eropa barat mati penasaran akibat berita menggemparkan dari negeri oranye itu yang menyatakan Jesycha Loura adalah pewaris selanjutnya tahta kerajaan setelah Danielo membuat tanda tanya besar; dengan siapa Danielo menikah lalu memiliki keturunan.

Tak mengelak jika keduanya sangat terkenal kini sebagai dua pewaris kedudukan besar, dan membuat hubungan Jerman serta Belanda semakin dekat sebagai negara tetangga.

"Aku tidak suka kelamaian, Jeca." Jesycha mengoceh saat kakaknya itu membawanya duduk di sekitar taman. "Apa yang meleka lihat?" tanya Jesycha melihat banyaknya pasang mata yang dia terima.

"Mereka belum pernah melihat gadis secantik dirimu," ujar Jecha diikuti kekehan. "Biarkan saja mereka memperhatikan seperti itu."

"Aku tidak nyaman," lirihnya.

ENIGMA • Liskook 18+ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang