CHAPTER 01

8 2 0
                                    


Welcome..

Disclaimer!

Please pay attention for a moment!
[Mohon untuk perhatiannya sebentar]

-perhatian pembaca minimal berumur 14+
-banyaknya perkataan kasar didalam cerita tanpa sensor!
-dibeberapa chapter terdapat darah!
-hati-hati terdapat jumpscare di tengah-tengah cerita.
-terdapat banyak adegan kekerasan, penganiayaan, pembunuhan dan lain-lain.
-tidak ada berbau homophobic!, ini bertema pertemanan!
-dibeberapa chapter terdapat kisah nyata yang dibumbui sedikit dengan fiksi.
-jika tak menyukai cerita ini, silahkan pergi jauh dari lapak saya!
-jika terdapat kesamaan alur, nama tokoh, judul cerita dan lain-lain. Mohon dimaafkan dikarenakan tidak adanya ke sengeja'an author.
-nama-nama tokoh saya ambil dari kehidupan nyata, hanya saja ada beberapa yang saya ubah.
-nama sekolah, latar cerita atau tempat lainnya. Terdapat di real life kehidupan author sendiri.
-so enjoy my book.

Happy Reading Reader


14 juli 2024

Mentari pagi perlahan muncul memancarkan cahayanya menggantikan sang rembulan. Kicauan burung-burung saling terdengar bersahutan mengisyaratkan berbagai aktivitas di bumi, berbagai kendaraan mulai melalui lalang menambah rasa bising yang sudah terbiasakan.

Dari balik rumah putih itu, di celah-celah jendela ruang tamu. Kini terdapat gadis berumur 13 tahun yang tak lain adalah kirana atau bisa dipanggil Dipi, nampak ia sedang duduk merenungi cahaya-cahaya sang cakrawala nirmala yang masuk perlahan melalui jendela yang ada didepan tepat di sofa yang ia duduki itu.

Terdengar dengusan kasar," mengapa ini harus terjadi?, huft.. sudahlah seharusnya lu enjoy kirana. Ini hari pertama lu sekolah!!" Gumam nya dengan tak jelas itu sembari meraup wajahnya secara kasar.

"Gue tau, sekolah baru gue itu tergolong elite, tetapi percuma kalo gue sendirian.., cuman gue ngerasa ada yang kurang aja.." Gumamnya sembari menatap bosan kearah jendela memperhatikan orang-orang yang sibuk berlalu lalang.

"Ga nyangka ya?, udah banyak konflik yang belum di selesaikan sekarang. Kek nya memang bener kata Shella, gue udah di rengkuh takdir itu sendiri.." timpalnya yang berlenguh bosan.

Disaat ia sedang sibuk bergulat dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba seorang wanita yang terlihat sangat muda namun sudah berumur 35 tahun alias berkepala tiga itu pun menghampiri.

Dengan tersenyum ramah wanita itu berkata,"Kirana.. udah siap belum?, kalo udah ayo bunda anterin. Mumpung udah jam 6 pagi.

Lamunannya kini buyar seketika dengan kebingungan Dipi menjawab," ah?, i-iya bun. Udah kok, kalo mau berangkat sekarang yaudah.." tampak ragu ia menjawab.

Bunda mengerutkan alisnya," kenapa?, Kirana ga suka ama sekolah barunya?. Atau ada masalah lain? hm. Kalo ada jangan segan-segan mau cerita.." tanyanya sembari mengelus pelan surai rambutnya.

Sembari memainkan dasi yang kini telah berwarna biru itu sambil mendongakkan kepalanya," suka sih suka bun. Tapi.." Dipi menjeda kalimatnya lalu menatap lekat kearah bundanya," Kirana ga terima aja kalo bakal jadi kayak gini!" Sambungnya yang menekan akhir katanya.

Mengerti apa yang dirasakan sang anak, kini ia menatao sendu sembari tersenyum masam," gapapa. Jangan dipikirkan soal itu. Biarin bunda aja yang nyelesain nya. Cukup, kamu jangan tersiksa lagi.." ucapnya.

Kini Dipi menoleh kearah tas maroon yang akan digunakan nya itu," Kirana nyesel bun!, Kirana nyesel. Kalo tahu bakal kayak gini Kirana ga harusnya pergi.." lirihnya.

SMPN5 [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang