UI;03

226 48 10
                                    

Assalamualaikum semuaaa🙌🏻

.

.


بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ


"Dia sederhana, baik agamanya, lembut tutur katanya, bagaimana aku tidak mengaguminya"


.

.




Waktu istirahat pastinya dimanfaat oleh banyak murid untuk berbondong-bondong menuju kantin, mengisi perut mereka ataupun cuma duduk-duduk nongkrong memenuhi area tersebut. Mayra dan yang lainnya pun begitu, mereka tengah duduk disalah satu meja kantin dengan menyantap mie ayam yang menjadi favorit mereka.

"Pawai itu wajib banget ya?" tanya Khaisa dengan nada malas. Sudah bisa dipastikan bahwa gadis itu enggan untuk mengikuti kegiatan tersebut.

"Wajib, Ibu Puspa langsung yang akan absen besok," sahut Diyah.

"Sumpah, gue males banget. Jauh pasti rutenya, mager mending tidur,"

"Kata Papa gue rutenya deket, nggak kayak rute yang biasa," sahut Mayra.

"Beneran, May?" tanya Khaisa memastikan.

"Katanya sih gitu, tapi nggak tau juga. Mudah-mudahan ya sesuai sama yang Papa gue bilang."

Disty yang tengah menyeruput minumannya menganggukkan kepala. "Kalo bokap Mayra yang ngomong sih, gue percaya. Sumber terpercaya itu,"

"Betul. Ikut aja, Khai, biar sehat," timbal Adhis meyakinkan.

Khaisa melempar gulugan tisu ke arah Adhis. "Lo enak, besok tidur!"

Adhis hanya terkekeh pelan. Acara pawai ini di khususkan untuk murid dan guru yang beragama Islam karena menyambut perayaan MTQ sehingga anak-anak yang non diliburkan pada hari itu, betapa bahagianya Adhis bisa bangun siang.

Lain hal dengan Mayra yang tampak gelisah karena ingin memberitahukan mengenai perasaannya yang menyukai Fajar kepada sahabatnya ini, cuma ia ragu untuk mengatakannya.

"Lo kenapa, May? Gelisah gitu," celetuk Diyah yang sadar akan gerak-gerik Mayra yang tampak seperti ingin membicarakan sesuatu.

"Eumm, jadi teman-teman gue mau cerita sama kalian,"

"Cerita tinggal cerita aja kali, May, kayak sama siapa aja," sahut Disty.

"Jadi, gue lagi suka sama seseorang deh," cicit Mayra pelan.

Khaisa yang kaget spontan menggebrak meja. "SUMPAH?! DEMI APA?!"

Hal tersebut membuat meja mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada disana. Tentunya mereka ber-5 pun menjadi malu karena ulah Khaisa.

"Maaf, guys," ujar Khaisa yang sedikit malu.

"Ganteng nggak?"

Mayra hanya mengangguk malu. Memang benar kalau Bang Fajar itu tampan, bahkan sangat tampan hal itu tidak bisa di pungkiri olehnya.

"Jadi nama dia itu Fajar, tetangga lama gue waktu di perumahan yang dulu. Gue ketemu sama dia waktu temenin Mama ada acara di perumahan sana dan kebetulan ketemu."

"Sekolah dimana? Atau udah kuliah?" tanya Diyah penasaran dengan sosok Fajar yang diceritakan oleh Mayra.

"Udah kerja," cicit Mayra pelan.

USTADZ IDAMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang