Willa diantarkan oleh Alen dan Nina ketaman belakang kerajaan. Taman tersebut sangat luas, dihiasi dengan taman bunga. Dan danau buatan, Serta pepohonan yang tinggi menjulang, membuat keadaan taman menjadi teduh.
Willa dapat melihat seorang wanita yang duduk anggun di salah satu kursi yang mem-bundar, dan satu meja di tengah kursi tersebut. Wanita itu terlihat fokus pada bukunya, sesekali menyesap teh.
Dengan langkah yang kecil Willa menghampiri wanita itu.
"Salam Nyonya, semoga Dewi Metis selalu melindungi dan memberkahi anda." Willa memberikan salam pada wanita tersebut. Sedangkan wanita itu menurunkan sedikit bukunya, melihat seorang gadis yang memberikan salam.
"Duduklah." Willa segera duduk didepan wanita itu.
"Perkenalkan nama saya Lavina violence, orang-orang selalu memanggil saya dengan sebutan Madam, begitupun dengan kau, juga." ucap Madam Lavina dengan suara yang lembut.
Willa seolah tersihir dengan suara Madam yang mengalun lembut ditelinga. "Baik Madam, perkenalkan saya Willa."
Madam menaikkan sebelah alisnya saat mendengar Willa mengenalkan diri. "Hanya, Willa?"
"Iya, Madam."
"Baiklah, Willa. Apakah sebelumnya kamu sudah belajar tentang tata Krama?"
"Sudah Madam, tapi dengan seorang pria. Saya kira saya akan belajar tata Krama dengannya lagi, ternyata dengan Madam."
"Hm." Madam mengangguk singkat, meneliti setiap pergerakan Willa, dan cara bagaimana Willa melakukan sesuatu.
"Saya akan mengajari mu tentang, duduk ala bangsawan. Saya lihat-lihat cara duduk mu sangat tidak melambangkan bangsawan."
"Ah, iya. Madam benar sekali." Willa tersenyum canggung.
Bagaimana tidak! Dia duduk sangat tidak elit saat ini! Kakinya saja ia lebarkan seolah dia sedang berada di rumahnya.
Madam Lavani berdiri dari duduknya, lalu mengambil satu kursi. Dan segera duduk di depan Willa. "Ikuti ucapan saya."
"Baik, Madam."
"Agar dudukmu terlihat lebih anggun, kamu harus menyilangkan kaki diatas lutut, lebih tepatnya kaki dan lutut harus rapat, tetapi menyilang dipergelangan kaki. Apakah kamu paham?" Willa mengangguk paham.
"Coba contohkan, saya ingin lihat." Willa dengan ragu mencontohkan apa yang Madam Lavina katakan.
"Ya benar, seperti itu. Pertahankan. Posisi duduknya adalah untuk menjaga lutut dan pergelangan kaki rapat, dan memiringkannya ke samping. Agar postur tubuhmu tetap tegak dan kedua kaki tampak jenjang."
Gadis itu dengan sigap mengikuti instruksi dari madam. Dia menegakkan tubuhnya, namun sedikit ngilu pada punggung. Karena kemarin saat jatuh dari jurang, dia merasakan tubuhnya menghantam batu.
Madam terus berbicara menjelaskan bagian-bagian dari tata krama bangsawan. Sedangkan Willa menahan sakit dipunggung, serta pegal.
"Saya pikir akan sangat susah untuk mengajari mu, ternyata sebaliknya. Saya kagum, seolah kamu sudah paham tentang semuanya," puji madam, Membuat Willa tersenyum.
Sejujurnya Willa hanya mengikuti kata hati, namun tak menyangka Madam akan memujinya. "Terimakasih Madam, saya bisa melakukan ini semua, karena diajarkan oleh Madam." Willa tersenyum tipis.
"Baiklah, sekarang yang kedua. Memegang peralatan makan. Di depanmu sudah ada sepotong daging, serta pisau dan garpu. Saya ingin melihat cara makan mu terlebih dahulu." Madam Lavina menatap Willa dengan senyuman, seolah percaya Willa bisa melakukannya.
"Aku bisa, aku bisa," gumam Willa, menggenggam erat pisau dan garpu. Dia memegang garpu di tangan kiri, sedangkan pisau ditangan kanan. Lalu memotong daging tersebut, dengan berhati-hati.
"Kau tidak perlu takut untuk memotong daging, Willa," ucap Madam, saat melihat Willa ragu memotong daging itu.
Willa menatap Madam. "Maaf, saya sedikit gugup."
"Tak apa, saya tahu. Saat pertama kali belajar, saya juga seperti itu. Cobalah sekali lagi, saya yakin kamu bisa."
Dengan anggukan yakin, Willa kembali mencoba. Beberapa jam ia habiskan bersama Madam Lavina, untuk lebih dalam belajar tentang tata krama.
─ ⊹ ⊱ ☆ ⊰ ⊹ ─
"Nona, bagaimana dengan pelajaran anda tadi? Apakah sulit?" tanya Alen kepada Willa.
Willa menggeleng, "Tidak terlalu, Madam juga terlihat baik dan sabar membantuku," jawab Willa dengan senyuman tipis.
"Benarkah? Apakah madam tidak ada marah sama sekali saat Nona membuat keasalahan?" Nina menatap Willa dengan ekspresi yang sedikit bingung.
Dahi Willa mengerut saat Nina bertanya seperti itu. "Tentu saja, bahkan saat aku merasa ragu, madam hanya tersenyum."
"Tidak ku sangka," ucap Nina dengan wajah shock.
"Memangnya kenapa?"
"Nona tahu, madam itu orang yang sangat pemarah, dan tidak sabaran! Bahkan saya pernah mendengar gosip, saat madam mengajari anaknya Marquess hingga menangis!"
Willa menutup mulutnya tak percaya. "Hei! Jangan berbicara kuat-kuat!" Alen memperingati.
"T-tapi, saat madam mengajariku. Dia tidak marah..." ucap Willa pelan.
"Itu yang saya bingung kan, Nona"
"Sudahlah, mungkin madam sedang dalam mood yang baik. Jadi dia tidak mengeluarkan emosinya itu," ujar Alen menengahi, dia sebenarnya agak kesal melihat Nina yang dengan lancangnya mengajak Willa bergosip ria.
"Benar juga, baiklah. Kita lupakan apa yang kita bicarakan tadi!" ucap Willa mengangguk kuat.
"Benar, Nona!" Nina mengangguk setuju.
Alen menghela nafas dengan memutar matanya, melihat Nina yang seolah melupakan apa yang ia bicarakan tadi.
Willa Nina sama Alen jadi temanan baik nih👉👈 akur banget jadi suka dehh liat nya.Jangan lupa vote! And komen🌹
Ayo jangan lupa follow akun akuuuu
@BakcoGoyeng
KAMU SEDANG MEMBACA
Return of the goddess(Hiatus)
FantasíaHidup ini sangat sulit untuk ditebak, bahkan kadangkala kita mendapatkan plotwist yang begitu mengejutkan membuat otak kita menjadi tak berjalan semestinya. Orang-orang mengatakan dunia ini memiliki begitu banyak menyimpan misteri, dan Willa menyetu...