Assalamualaikum selamat malam,
Apa kabar? Semoga kalian dalam keadaan baik ya, aamiin ya Rabb.
Sorry, kemari lupa update. Terus baru longgar hari ini. Jadi hari ini double update, sekaligus update terakhir dibulan Juni. Kita ketemu lagi bulan Juli guys, semoga TKD bisa selesai sesuai jadwal, aamiin.Dan buat yang komen, aku blm baca-baca🙂 bukan sombong, tapi blm sempat... ntar aku baca kalo udah bener-bener longgar ya.
Kalo kalian masih nemu typo, tanda oke? Thank you udah setia sama TKD
Jangan lupa di vote, comen, dan share!
Happy reading :)
25. Obrolan Singkat
Selesai makan siang di kantin, mereka ingin langsung kembali ke perpustakaan. Tapi sebelum itu mereka mampir ke masjid lebih dulu. Sebagai seorang muslim, tetap harus menjalankan ibadah wajib. Kewajiban yang harus tetap dilaksanakan di tengah-tengah kesibukan dunia.
Dalam waktu 24 jam setiap harinya, kita harus bisa meluangkan waktu barang beberapa menit untuk beribadah kepada-Nya.
"Ra, mending lo ke perpus duluan," saran Adesya.
"Iya. Biar kita berdua aja, lagian lo kan gak sholat. Sama ini kasih ke Kak Dylan," timpal Syafa sambil memberikan sekantung plastik kecil berisikan titipan.
"Gak mau. Kalo nanti di perpus sepi gimana?" tolak Adira.
"Enggak Ra. Masih ada orang, kayak tadi pagi aja kalian gak berduaan kan?" tanya Adesya yang dijawab anggukan pelan oleh Adira.
"Tapi kalian harus cepet ya," pinta Adira.
"Iya," jawab Adesya dan Syafa kompak.
Mereka akhirnya berpisah. Sementara kedua sahabatnya pergi ke masjid kampus, dia langsung kembali ke perpustakaan.
Adira sangat bersyukur dengan aturan perpustakaan kampusnya karena memperbolehkan membawa makanan ringan. Sehingga dia tidak perlu khawatir akan di tegur penjaga perpustakaan karena membawa makanan ke dalam perpustakaan.
Perpustakaan kampusnya memang sangat berbeda dengan beberapa kampus lain. Seperti diperbolehkan membawa makanan ke dalam perpustakaan. Karena perpustakaan kampus Adira ingin membuat mahasiswanya merasa nyaman saat berada di perpustakaan.
Perpustakaan juga masih terbilang ramai di jam saat ini. Tidak beda jauh dengan tadi, saat dia dan dua sahabatnya keluar untuk makan siang.
Adira langsung menghampiri Dylan dan memberikan pesanan miliknya. "Kak, ini titipannya tadi."
Setelah memberikan titipan Dylan, Adira kembali duduk di kursinya tadi. Dia bersyukur walau perpustakaan ramai, tempat duduknya masih tetap kosong.
"Thank. Ini gue ganti uang ke siapa?" tanya Dylan setelah Adira duduk.
"Ke Esya, Kak."
"Oke. Yang lain ke mana?"
"Masjid," jawab Adira.
"Lo gak ke masjid?" tanya Dylan.
Adira menggeleng pelan. Karena hanya dijawab dengan gerakkan badan, Dylan juga kembali diam. Namun, sesekali dia memperhatikan Adira yang kembali fokus mengerjakan tugas. Sejujurnya dia sudah selesai dengan revisi skripsinya, tapi seperti ada magnet tak kasat mata yang membuat Dylan tetap diam di tempat yang sangat jarang dia kunjungi jika bukan karena menemani sang sahabat.
"Kalian sering ke perpus?"
Pertanyaan Dylan memecahkan keheningan di antara keduanya.
"Enggak Kak. Jarang, tergantung kebutuhan aja."
Dylan mengangguk paham, "Gue kira kalian sering ke sini."
"Enggak. Cuman kalo papasan mungkin pas kita mau kesini terus," ucap Adira mengungkapkan apa yang dia pikirkan.
"Bisa jadi."
"Kakak sendiri, skripsian gak sering ke perpus?"
"Ke perpus kok, cuman emang bentar doang. Mending di HMP gue mah."
"Senyaman itu?" tanya Adira.
"Hem. Iya senyaman itu," jawab Dylan sambil menatap Adira.
****
Selesai melipat mukena masjid, mereka segera mengembalikannya pada tempatnya. Sebelum keluar, dua gadis itu kembali bercermin untuk memastikan kerapian outfit mereka. Setelah dirasa rapi, mereka segera keluar.
Saat di depan masjid, mereka bertemu dengan Raden.
"Pulang jam berapa?" tanya Raden pada adiknya.
"Gak tau. Mas kok ke kampus, katanya ga ke kampus?"
"Ditelepon dosen. Mau ketemu dosen habis ini," jelas Raden.
"Kirain mau nyusul Kak Dylan."
"Dylan ke kampus?"
Adesya dengan polosnya mengangguk, "Iya. Mas gak tau?"
"Dimana?"
"Perpus."
"Gue kira bohong itu anak," gumam Raden tidak bisa di dengar dengan jelas oleh Adesya maupun Syafa.
"Apa Mas?" tanya Adesya agar Raden mengulangi ucapannya.
"Kagak," tolak Raden. "Tumben kalian berdua aja?"
"Udah di perpus duluan," jawab Adesya.
Raden mengangguk sebagai tanggapan ucapan adiknya, dia juga sadar jika teman adiknya sudah merasa tidak nyaman karena itu, Raden langsung pamit. "Mas duluan, kalo mau pulang bareng chat."
"Oke."
"Assalamualaikum."
"Wa’alaikumussalam."
Setelah Raden pergi. Syafa langsung berjalan mendahului Adesya.
"Tungguin!"
Adesya berlari kecil menyusul Syafa yang sudah berjalan lebih dulu di depan. "Lamban," ejek Syafa pada Adesya yang baru bisa menjajarkan diri padanya.
"Gak gue restuin baru tau rasa kau."
"Gaje lo!"
****
Dylan dengan sengaja berdeham, dia berniat pamit pada Adira.
"Kenapa kak?"
"Gue duluan. Lo gapapa sendiri disini?"
"Menurut kakak?" Adira bertanya balik pada Dylan.
"Oke. Gue duluan ya, salam buat Esya sama Syafa. Sama ini uang tuker titipan tadi."
"Baik Kak."
"Gue duluan. See you Adira," pamit Dylan.
Adira hanya mengangguk sebagai respons. Setelah Dylan pergi, Adira hanya memandangi kursi bekas tempat duduk Dylan tadi.
"Salah gak sih?" gumam Adira.
"Salah apa?" tanya Syafa.
"Kak Dylan udah pergi?" tanya Adesya yang langsung menyadari kehadiran Dylan.
"Gapapa. Kalo Kak Dylan baru aja. Kalian gak papasan?"
Adesya dan Syafa dengan kompak menggeleng.
"Oh ini titipan dari Kak Dylan." Adira langsung menyerahkan uang yang tadi Dylan titipkan.
"Makasih."
"Sama-sama."
#24Juni2024
![](https://img.wattpad.com/cover/368138391-288-k536650.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima Kasih Dylan✓
SpiritualNazima Adira Alifa Al-Ghifari, gadis berusia 18 tahun yang baru masuk ke dunia perkuliahan. Di usia yang baru beranjak dewasa ini merupakan masa pencarian jati diri. Di masa ini pula, dia jatuh cinta. Jatuh cinta adalah fitrahnya manusia, setiap man...