Allow guys, masih semangat baca ceritaku?
Vote, Follow, Comen untuk support aku♡
▪
▪Happy reading..
---
Setidaknya sedikit saja Aghat lebih terbuka pada sang anak, sikapnya tak berubah tetap dingin terhadap kedua anaknya, tidak kah mereka juga butuh peran ayah.
"Dari awal aku emang ga mau punya anak," ucap Aghat sedikit menekan
Asyila bingung, "kenapa padahal kalo ada seorang anak suasana keluarga jadi terlihat menyenangkan," jelasnya pelan
Aghat menghela napas dalam, kemudian menggenggam lembut tangan Asyila, "sayang, kalo aku jadi ayah, aku gatau harus gimana?"
Tak ada tanggapan dari Asyila, suasana menjadi hening, "maaf.." rilih Aghat
Tentunya ada hal di balik itu semua, banyak pertanyaan pertanyaan mengenai sikap dingin nya Aghat kepada anak anaknya.
Aghat tengah melihat sebuah bingkai foto besar yang terpangpang di ruang tamu, rumah dulu yang sempat ia tempati, kota Jakarta.
"Sampe sekarang aku masih belum bisa jadi ayah yang baik, Asyila kenapa kamu sebegitu nya mau punya anak dan pada akhirnya kamu ninggalin kedua anak mu itu,"
Aghat masih berdiam diri, terus memandang foto dimana ada dirinya dan orang yang ia cintai di dalam foto tersebut. Tampak begitu bahagia senyuman yang ada dalam bingkai indah itu, sampai sekarang Aghat masih belum melupakan sang istri yang sudah tiada.
"Aku menikah lagi buat Neza dan Acha, karena mereka masih butuh seorang ibu, itu demi kamu sayang.."
--
Sehari sebelum Neza masuk SMAN 7 Tangerang, Aghat sempat berbincang singkat dengan putrnya itu, "tumbuh sempurna di sekolah itu, jangan coreng nama baik keluarga kita," ucapnya kepada sang anak
Apa ini seperti sebuah tuntutan yang di rangkai secara halus, Neza tampak dingin pada sang ayah, "iya ayah," ucapnya tak membantah.
Tidak kah mereka berdua terlalu kaku, tak ada sedikit pun ekspresi di wajah keduanya, "ayah sesekali ajak Aca main," pesan Neza sebelum ia pergi ke kamarnya, Aghat terlihat acuh tak sedikit pun dirinya melihat ke arah Neza, ia hanya fokus pada koran yang sedang di bacanya, "ayah ga ada waktu buat main main, kalian emang harus dibiasakan mandiri, dan tumbuh sempurna," sahutnya
Begitu jengkel Neza terhadap Aghat, sebisa mungkin ia menahan diri agar tidak membenci sang ayah, "terus apa guna nya ayah, kalo kita ga sedikitpun dapet peran ayah walau punya ayah,"
Ucapan Neza agak sedikit menusuk hati Aghat, lalu menaru koran yang sedang ia baca, "kamu pikir ayah mau punya anak, dari awal ayah ga suka anak anak, mereka bisa nya ngerepotin terus,"
"Ayah itu lucu ya, aku juga ga minta di lahirin kok!"
Aghat terlihat marah, tangannya mengepal dan menggebrak meja dengan keras, "harusnya tuhan ngambil nyawa kamu, bukan ibumu!" bentak Aghat
Sungguh kata kata itu begitu menyakitkan, hati kecil Neza semakin terluka, sakit namun tak berdarah, rasa ego menguasai mereka berdua, tidak ada yang mengalah, kedua nya memiliki sifat yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempatku Pulang [REVISI]
Teen Fiction[Sedang di Revisi] - Harap bersabar ya karena end ngengantung😔 ° ° Terkenal sebagai matahari namun hujan menjadi sebuah kegemaran Neza saat ia sedang merasa sedih, luka yang amat dalam sengaja di sembunyikan. Waktu tidak menyembuhkan tetapi membia...