(Hai, namaku Atsune, Atsune Shimanouchi,
Aku siswa kelas 10. Aku sebenarnya punya banyak teman, tetapi gak ada satupun yang bisa kupercaya. Temanku berpikir bahwa aku itu baik dan ramah kepada mereka. Yah, hanya saja..., setiap kali aku membantu mereka, mereka selalu meninggalkanku setelah mereka meminta bantuanku.)
Suatu hari, setelah semua kelas berakhir, Seorang teman yang bernama Asahi meminta bantuan kepada Atsune
"hai Atsune...." Berkata Asahi dengan tersenyum sedikit jahat. Mendengar Asahi memanggil, aku mengangkat kepala kepada Asahi, "Apa?"
"bisakah kamu membantuku dengan matematika ini? Pleaseeee ..." Dengan kedua tangan dirapatkan, sedikit membungkuk ke arah Atsune, berharap permintaan yang seakan-akan tulus diterima oleh orang yang telah ia rudung sering kali.
"tidak." Atsune secara spontan menolaknya.
"aw.... Kenapa? Jika aku tidak bisa menyelesaikan matematika ini, guruku akan menghukumku dengan keras, hanya karena matematika ini" Asahi sedikit kesal permintaannya ditolak, ia pun meminta dengan ketulusan yang palsu
Atsune menghela nafas, "Baiklah, aku membantumu, tetapi aku harus salah disalah satu pertanyaan sehingga kau tak terlihat nyontek"
"Kenapaaaa? ... " kemarahannya memuncak, menjadi serius, kemudian memukul meja,
" ... Jika kau memberi aku satu jawaban yang salah dengan sengaja, aku akan meminta mereka ...". Asahi menunjuk ke arah depan pintu, " ... untuk memukulmu dengan keras ... " Asahi mendekat ke wajahnya, tersenyum dengan sinis, " ... Kamu tidak akan melakukannya, kan?"
Atsune sebenarnya sudah ketakutan sejak kedatangan Asahi, namun ia masih bisa memendamnya rapat-rapat, sehingga di wajahnya hanyalah ekspresi kosong dan polos "hm... Baiklah-baiklah, aku memberikan semua jawabanku padamu. Tapi, kau harus memberi tahu mereka untuk pergi dari pandanganku sekarang"
Senyumannya menjadi sedikit sinis, "oke teman-teman, misi selesai, kalian semua bisa keluar sekarang"
Ketiga orang itu ada di depan kelas melangkah masuk kedalam, membungkuk kepada Asahi, kemudian pergi keluar
"terima kasih atas bantuanmu kawan, aku sangat menghargainya sekali." Meski di senyumannya tidak ada kesinisan, tetapi masih saja berpura-pura. Sangat menjengkelkan, Atsune ingin sekali menolak permintaannya itu.
"ya, ya, terserah. Kau mau aku yang menuliskannya untukmu atau kau mau menulisnya sendiri?" Atsune sedikit lega saat mereka telah pergi, tapi ia tidak sengaja menyulut kembali api yang sudah mengecil.
"HAH? Mau ku panggil lagi mereka?" Benar saja, apinya membesar.
Ketakutan atsune sedikit terukit diwajahnya yang ditandai dengan sedikit panik "astaga, tenang-tenang, aku akan menulisnya untukmu. Mana bukumu?" Asahi dengan cepat ia merubah ekspresinya "oh iya, nih, kamu bisa menjawabnya dengan sebebasnya"
Kata "... Sebebasnya" maksudnya "Jangan sampai ada yang tidak sama, aku dapat menunggu selama yang dibutuhkan"
beberapa saat kemudian, Atsune mengembalikan buku Asahi, berusaha untuk memperingatkan Asahi, namun lagi-lagi membesarkan api yang sudah mengecil "ini dia, jangan berani-beraninya kamu berkata sebaliknya seperti apa kebenaran masa lalu, atau~~~"
Asahi: "atau Apa hah?! Kau akan memberikanku balasan yang besar dimana kau akan mengatakan semuanya kepada kepala sekolah dan minta aku di D.O.?"
"D.O." sederhananya adalah "Dikeluarkan"
Atsune sudah terlanjur membesarkan api, ia pun menjadi gugup, keringat dingin, dan menarik kerahnya, "Y-Yah"
"Jangan berani-berani mengatakannya juga, hal ini akan menjadi lebih sulit dari sebelumnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The World That We Never Know
FantasyDunia yang manusia kita tidak ada menjadi kenyataan, dan Atsune yang biasa saja harus masuk kedalamnya? Update kurang lebih seminggu sekali setiap 12:00