Suara menggerang keluar dari perut Atsune, [Aku lapar.]
Jadi dia putuskan untuk makan di minimarket terdekat dan makan ramen di sana.
...
beberapa saat kemudian,
Sembari makan Ramen, Atsune melihat seseorang yang terlihat seperti profesor dan memakai jas putih seperti profesor yang duduk di samping nya sambil memakan ramen yang sama.
Saat itu, Dia melihat orang itu berbicara kepada seseorang di telepon sambil makan ramen. Dia marah akan sesuatu.
Berhubung tidak ada yang bisa di lakukan selain makan ramen. Jadi, Atsune menguping pembicaraan mereka.
"Halo?", kata orang yang berjas putih tersebut yang kemudian di balas oleh seseorang yang di balik telepon itu, "Hei, Profesor, sepertinya saya tidak bisa melanjutkan ini lagi"
"Apa?" Orang itu tiba-tiba berdiri dan marah, "Apa maksudmu? Kenapa?"
"Prof, maafkan saya karena kelancangan saya, tapi sepertinya saya tidak bisa melakukan hal ini lagi"
"K~kenapa? Apa Karena uang?" Orang yang di balik telepon itu terdengar sedikit gugup "um ... Itu, um ..."
"Hei, kamu tahu kan ini penemuan penting?" Si Profesor itu mengingatkan kembali tentang sesuatu.
...
Beberapa menit lewat, dan kurang lebih Atsune sudah mengetahui hampir semua masalah dia sedang di bincangkan.
Yang bisa di simpulkan yaitu, dia benar adalah profesor, dan dia sedang meneliti sebuah portal ke dunia lain.
Dan yang Atsune dengar, dia tidak sengaja menciptakan portal tersebut dengan teknologi yang dia punya.
Dia juga dengar kalau si profesor tersebut butuh relawan untuk membantunya menyelesaikan penelitiannya.
Atsune berpikir kalau orang yang tersambung di telepon itu menolak untuk membantunya lagi, karena dia bisa lihat sang professor itu berdiri dengan marah dan memukul meja.
Profesor itu kembali memohon kepada teleponnya untuk setidaknya carikan seseorang relawan untuk nya untuk terakhir kalinya.
Atsune dapat mendengar kalau projek tersebut sangatlah penting baginya. Sang Profesor yang suka dengan Anime, Manga, dan lain sebagainya, mempercayai kalau dunia lain memang nyata dan benar adanya.
Mendengar hal itu Atsune berpikir itu adalah sesuatu yang menarik baginya juga, karena dia juga menyukai Anime, Manga, dan lain sebagainya.
"Aku mau melakukannya", Atsune secara tidak sengaja mengatakan hal itu. Namun, kalimat itu membuat sang profesor menyadari keberadaan Atsune.
Seakan-akan tidak percaya dengan kalimat yang tegas itu, sang professor terkejut dan diam sejenak, memikirkan apa maksud dari kalimat itu.
"Maaf? Maksud anda anda mau ...." "Ya! Saya mau menjadi sukarelawan" Belum sempat selesai berbicara, Atsune dengan semangat mengatakan.
Sang professor tidak menyangka ada seseorang yang mau melakukannya tanpa di tanya terlebih dahulu, "Astaga, apa kau benar-benar ingin melakukannya?"
Atsune sebenarnya tidak tau mau bilang apa. Dia mau melakukannya. Tapi, dia juga tidak mau. Karena, dia bahkan tidak tau jangka waktu yang akan dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Sementara dia sedikit merindukan orang tua nya dan ingin cepat - cepat menemui mereka.
"um.... Sepertinya. Maaf saya mau bertanya akan sesuatu. Apakah boleh?"
"iya boleh silahkan saja"
"hanya ada dua sih pertanyaanku, apakah ini akan menyakitiku? Dan.... Berapa lama ini akan selesai?" Atsune pun mengutarakan pertanyaan yang muncul dipikirannya saat membayangkan portal tersebut.
"um ..." Sang professor menjadi kebingungan, menggaruk belakang kepalanya, "untuk yang pertama sih... tidak, untuk semua pertanyaan tersebut jawabannya ... tergantung keadaan. Maaf saya tidak bisa menjamin keselamatan mu disana. Karena, saya masih belum mengetahui apa yang akan kamu hadapi di sisi lain portal itu. Maaf."
Atsune tidak menyangka jawabannya akan seperti itu. Dia ingin sekali membatalkannya. Namun, melihat si professor itu sangat menginginkan seorang sukarelawan, [yah... mau bagaimana lagi?] katanya didalam hati.
Kemudian, Atsune menanyakan siapa nama sang professor tersebut. Nama si Profesor tersebut adalah Mushikase Shito, seorang Profesor di bidang Analisis Penemuan Baru di Perusahaan Teknologi dan Inovasi Masa Depan.
Dari nama perusahaannya saja buat Atsune merinding karena takjub, dan sepertinya orang tersebut adalah orang besar yang tidak bisa diremehkan.
"baiklah, kalau begitu bagaimana kalau kita mulai besok?"
"baik, mohon kerjasamanya"
"Mohon kerjasamanya"
Mereka pun melanjutkan makan ramen mereka masing-masing sambil berbincang untuk mengenal satu sama lain.
...
Malamnya, Atsune bermimpi kembali, mimpi yang sama namun tak serupa. Awalnya orang yang berada dibelakang orang tuanya hanya ada dua bayangan saja, sekarang ada empat, bukan, ada delapan.
Dua orang paling tengah adalah orang yang sama seperti mimpi sebelumnya. Dua lagi di sebelah kiri, laki-laki, Yang pertama membawa karung yang isinya sesuatu, yang kedua tidak membawa apa-apa, tapi terlihat seperti api di kedua tangannya, namun tangannya baik-baik saja.
Dua lagi di sisi kanan, seorang wanita, satu tinggi, satu pendek, dan memiliki sebuah telinga yang aneh (?). begitu pula dengan tiga lainnya di ujung kiri namun mereka laki-laki dengan postur tubuh yang bagus dan tidak terlalu kekar. Satunya lagi postur tubuhnya sedikit lebih gemuk dari yang lainnya.
Kemudian, sama seperti sebelumnya, ibuku menghampiriku dengan berkata, "lihatlah, kau takkan sendirian lagi, ada mereka yang dapat menemanimu di dunia luar. Jadi, jangan takut dan pergilah. Jangan khawatirkan kami, kami akan selalu mendukungmu"
Lagi-lagi mimpinya terputus dan Atsune terbangun dalam keadaan berlinang air mata di tengah malam. Atsune masih belum mengerti apa maksudnya, tapi nanti dia akan mengerti.
...
Pagi harinya, Atsune memutuskan untuk berjalan melihat seisi kota sebelum mulai menjadi sukarelawan. Tiba-tiba sekelompok orang sedang terlihat membicarakan tentang sesuatu, mencari sesuatu.
Penasaran, Atsune mendekati mereka dan menanyakan apa yang mereka cari. Tak disangka saat dia menanyakan itu salah satu dari mereka terdiam dan langsung menyergap Atsune dari belakang menutup hidung dan mulut nya.
"Hey!! Apa yang kalian lakukan!?" seketika Atsune merasa lelah dan mengantuk, ternyata kain untuk menutupi mulut dan hidung Atsune sudah ditaruh semacam obat tidur.
Tidak tinggal diam setelah apa yang dilakukan orang dari sekelompok orang itu, dia mencoba untuk berusaha melepaskan diri dari mereka. Tapi, temannya ikut membantu menarik Atsune ke minivan dan Atsune pun tertidur karena pengaruh obat tersebut.
...
Di dalam tidurnya, ia bermimpi. Dia melihat kalau dia berada di sebuah ruangan, tanpa pintu dan tanpa jendela, hanya dia dan dua orang lagi yang sedang terrantai bersama dengan wajah yang sangat acak dan tidak jelas.
"Kau harus menyelamatkan kami ..." Begitu mereka mengatakannya, Atsune terbangun.
...
Atsune terbangun dalam keadaan berkeringat dingin, serta jantungnya berdetak dengan kencang, seakan sedang lari marathon.
Dia melihat sekeliling. Dia sekarang sedang berada di tempat yang aneh, yang lumayan kecil. Bukan, ini seperti ruang kecil. Atau penjara, atau apapun itu. Sama persis dengan mimpinya itu, namun, di sini ada pintu berjendela layaknya ruang penjara isolasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The World That We Never Know
FantasyDunia yang manusia kita tidak ada menjadi kenyataan, dan Atsune yang biasa saja harus masuk kedalamnya? Update kurang lebih seminggu sekali setiap 12:00