Bab 5 : Ditempat yang Seharusnya

3 0 0
                                    


Atsune membuka mata pertama kali, dia merasakan sakit yang luar biasa dari matanya, dia menutuskan untuk menutupnya lagi untuk sementara.

Beberapa kali mencoba membuka matanya lagi, makil lama semakin tidak sakit. Untuk terakhir kalinya dia membuka mata dan matanya sudah dapat melihat dengan normal.

Setelah Atsune membuka mata, dia mendengar sesuatu dari ranselnya. Itu adalah alat yang diberikan oleh Profesor Shito!

Atsune menjadi panik, mencoba mencari alat tersebut dengan panik. Dia juga kebingungan apa yang akan dilatakan ke Profesor Shito.

[AAAAHHHHH!! Professor Shito menelponku! Apa yang akan aku katakan kepadanya?] Itulah yang dikatakan di hatinya, kemudian dia di ingatkan dengan sesuatu.

[Tunggu, bukankah aku seharusnya memasuki alam yang berbintang itu? Kenapa aku tiba-tiba berada di tempat yang benar?]

Tapi, karena hal yang lebih penting adalah berbicara dengan Professor Shito, dia pun memikirkannya kembali.

...

"halo?", Kemudian dibalas oleh Professor Shito dengan menghela nafas lega.

"aku kira kau akan menghilang juga seperti anak-anakku itu. Lu-lupakan itu, apa yang terjadi? Apa yang kau lakukan sampai-sampai kau tidak menjawabku?"

"Ma-maaf, aku tidak mendengarmu memanggil. Tapi, aku benar-benar, baik-baik saja. Hanya sedikit pusing sebenarnya. Ngomong-ngomong, kenapa kau menghubungiku? "

Professor Shito : "oh ya, aku memanggilmu karena....."

Atsune dialihkan dengan ada suara seperti kaki kuda yang datang dari arah Atsune melihat, yaitu sebelah kiri.

Atsune sedikit takut dengan kedatangan orang asing yang mendekatinya, maka dia hanya akan menunggu diam berpura-pura tidak melihat.

Semakin dekat, Atsune melihat dengan jelas rupa yang datang. Ternyata memang benar itu adalah suara kuda seperti yang dipikirkan oleh Atsune.

Bukan hanya sekedar kuda yang datang, itu merupakan kereta kuda dengan atap sederhana dari kulit hewan berwarna alami atau putih kotor.

Dan ternyata yang mengendarai kereta kuda tersebut adalah seorang pedagang, Atsune dapat melihat barang-barang yang dia bawa dengan sekilas.

Awalnya, Atsune yang takut dengan kedatangan pedagang tersebut, namun setelah mengetahui siapa yang datang, ia sangat bahagia di dalam hatinya karena dapat bertemu secara langsung dengan pedagang dari zaman dulu (maksudnya anime) yang dulu pernah ia pelajari.

Dan sejauh ingatannya dalam sejarah itu, kalau kebanyakan pedagang adalah orang yang ramah dan baik, dan tidak kalah banyaknya dengan pedagang yang licik. Semoga dia bertemu dengan yang ramah dan baik.

Sambil berjaga-jaga bagai mangsa yang waspada akan pemangsa, Atsune mengamati si pedagang, namun expresi nya sangat kosong.

...

Saat si pedagang menyadari Atsune, dia melihat Atsune sebagai seorang anak yang sedang mencari arah atau kebingungan. Karena posisi mereka adalah tanah padang rumput yang hanya ada setapak jalan, dan hanya itu saja.

"Oi nak, kemana kau mau pergi?" Itulah yang dikatakannya sesaat mendekat kepada Atsune.

"ummm, aku tersesat, aku tidak tau dimana aku" saking waspadanya, Atsune berkata secara spontan.

"Hey, aku punya ide, bagaimana kau...... ikut denganku? Disana ada kota di dekat sini. Jadi, bagaimana kalau kau ikut dengan ku?" Sederhananya si pedagang menawarkan tumpangan.

The World That We Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang