"Pemirsa, dikabarkan telah terjadi aksi bunuh diri di gedung xxx, jalan xxx, distrik Geumcheon. Korban adalah seorang wanita berinisial OM yang diduga melakukan aksi melompat dari sebuah gedung tinggi bertingkat. Belum diketahui motif pasti korban melakukan tindakan tersebut. Pihak kami sedang dalam proses penyelidikan."
"Myunjae?" Gumam seorang pria berkacamata dengan raut terkejut.
"Sayang?" Sapa wanita yang baru saja datang dengan membawa sekantung penuh belanjaan.
"Oh, kapan kau kembali?"
"Aku baru saja masuk dan mendengarmu menggumamkan sesuatu. Ada apa?"
"Bukan apa-apa," jawab seorang pria yang diketahui adalah Choi Dongsoo.
"Hm? Kau aneh."
"Aku memang selalu terlihat aneh di matamu."
"Itu kan fakta."
"Ya, ya. Terserah istriku saja."
"Myunjae, apa yang sebenarnya kau lakukan?" Batinnya.
•
Ting
Suara lonceng yang terdengar saat Choi Dongsoo membuka pintu toko bunga tersebut.
"Selamat datang di toko kami. Ada yang bisa saya bantu, tuan?" Ramah salah satu pekerja di sana.
"Aku mencari bunga krisan putih. Bisa kau membawakannya?"
"Tentu. Anda ingin model yang seperti apa?"
"Yang sederhana saja, itu sudah cukup."
"Baiklah. Anda bisa menunggu sebentar."
Setelah menunggu beberapa menit, pekerja wanita tadi membawakannya beberapa tangkai bunga krisan putih yang tangkainya diikat menjadi satu menggunakan pita kecil berwarna krem.
"Ini pesanan anda, tuan."
"Terimakasih."
Setelah membayar, Choi Dongsoo masuk ke mobil dan mulai melajukan kendaraannya. Dia berniat datang ke makam Oh Myunjae, teman sekaligus mantan kekasihnya. Dirinya tau tempat tersebut dikarenakan sempat menghubungi sang bibi pemilik kedai tempat Myunjae bekerja, diselingi permintaan maaf pada bibi itu karena tidak sempat datang pada acara pemakaman.
Beberapa saat berkendara, sampailah dia di sebuah pemakaman. Setelah mencari-cari, dia akhirnya menemukan makam orang yang dicarinya. Dongsoo meletakkan bunga krisan putih yang baru saja dibelinya di makam Myunjae.
"Hey, bagaimana kabarmu? Pertanyaanku memang terdengar konyol. Bisa-bisanya aku bertanya begitu pada orang yang sudah tertidur. Hah~ Aku benar-benar tidak menyangka kau akan melakukan hal sejauh ini. Kupikir kau berniat balas dendam padaku dengan cara membunuhku mungkin? Menodongkan pisau atau pistol padaku atau berusaha merusak hubunganku dengan istriku? Tapi aku menyadari kau tidak akan pernah melakukannya. Di sisi lain, aku juga tidak menduga kau malah akan mengorbankan dirimu sendiri. Apa ini caramu membalas dendam?" Choi Dongsoo mengusap batu nisan tersebut. Berbicara seolah-olah Myunjae benar-benar ada di hadapannya dan mendengarkan lontaran kalimatnya.
"Aku tau aku bersalah. Ini semua adalah salahku. Walaupun aku sudah memiliki seseorang yang aku cintai, bagaimanapun juga kau adalah temanku. Aku minta maaf. Kau pasti sudah muak mendengarku mengatakan hal yang sama berulang kali, tapi aku akan terus meminta maaf padamu. Jika ada kata yang lebih tinggi dari kata 'maaf', aku pasti sudah mengatakannya. Ngomong-ngomong aku penasaran, ada di mana anakmu? Kau pasti marah saat aku tidak mengatakan 'anak kita', kan?" Choi Dongsoo tersenyum tipis saat mengatakannya.
"Lagi-lagi aku akan meminta maaf. Kali ini karena telah mengatakan hal yang kejam padamu. Harusnya saat itu aku tidak mengatakannya. Sayang sekali, semua sudah terlambat. Aku bertanya-tanya, di mana bayi itu? Sepertinya kau tidak menitipkannya pada bibi karena saat aku berbicara dengannya di telepon tadi, dia tidak menyinggung apapun yang berkaitan dengan anak atau bayi. Sangat tidak mungkin jika kau membunuhnya. Apa kau membuangnya? Itu juga tidak. Kau saja dulu marah karena orang tuamu membuangmu, tidak mungkin kau akan melakukan hal yang sama pada anak itu, kan? Ah, mungkin kau menitipkannya ke panti asuhan. Ini pertama kalinya aku berbicara sebanyak ini." Dirinya terkekeh kecil lalu beranjak dari duduknya.
"Baiklah. Sepertinya aku akan pergi. Aku harap kau menerima permintaan maafku walau aku tau betul kau tidak akan pernah memaafkanku. Selamat tinggal." Dongsoo berbalik dan melambaikan tangan ke arah makam tersebut sebelum benar-benar pergi.
"Apa ini sudah benar-benar berakhir?" Bergumam dengan menatap awan mendung di atasnya.
•
Di malam yang sama saat Myunjae melakukan aksi bunuh diri. Seorang pria berjalan kelimpungan dan meracau tidak jelas dengan membawa sebotol minuman keras di tangannya. Sepertinya orang itu sedikit mabuk.
"Argh... lagi-lagi si bodoh itu mengalahkanku. Sudah berapa kali aku kalah judi dengannya? Uangku sudah habis diperas. Awas saja besok, kuhabisi dia," ujarnya sembari meneguk minuman dari botol.
"Oek... Oek..."
"Apa? Suara siapa itu?" Pria itu kebingungan mencari asal suara.
"Oy, siapa di sana?" Dirinya menatap menyelidik ke arah semak-semak tempat suara tersebut berasal. Saat sudah mendekat, dia menyingkirkan semak yang mengganggu lalu nampaklah seorang bayi yang sedang menangis.
"Seorang bayi? Tsk, bayi siapa ini?"
Matanya menangkap sesuatu seperti sebuah surat yang diselipkan di antara bayi itu. Dengan penasaran, dia mengambil surat itu lalu membukanya.
Siapapun yang menemukan surat ini, aku akan benar-benar berterimakasih padamu jika kau mau merawat anakku. Dia adalah anak yang manis dan cantik. Dia anak baik yang tidak bersalah dan aku, ibunya, malah membuangnya. Namun, tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain ini. Saat kau menemukannya, rawatlah dia dan beri nama dia Nam-kyu. Aku berharap kau bisa menjaganya dengan baik. Terimakasih banyak.
"Apa-apaan ini? Dasar bodoh. Kalau tidak mau merawatnya harusnya kau bunuh saja dia, tapi sepertinya aku harus membawanya. Barangkali dia berguna untukku." Pria itu tersenyum sumringah menatap bayi yang kembali tenang setelah dia menggendongnya.
"Mari kita pulang, bocah."
Dari sinilah kisah Nam-kyu...
DIMULAI.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HUNTER [FEM! READER]
Fanfiction❝Kita akan menaklukkan dunia bersama, kan?❞ ❝Ya, kita akan melakukannya.❞ Nam-kyu, seorang legenda dalam dunia bawah dari generasi 1 dengan julukan "Hunter". Sisa hidupnya dihabiskan untuk membalaskan dendamnya kepada Choi Dongsoo dan menghancurkan...