[Chapter 2 : Disappear]

105 16 1
                                    

"Kau sudah ingin pergi?"

Myunjae yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan berbalutkan handuk menatap penuh tanya ke seseorang yang tengah sibuk mengancingkan kemejanya.

"Benar. Sepertinya ada sedikit masalah di Fist Gang. Aku harus segera ke sana."

"Begitu, ya? Kau tidak ingin sarapan dulu? Aku akan menyiapkan makanan untukmu."

"Tidak perlu dan kau tidak usah memasak. Aku sudah menyuruh anak buahku untuk membawakanmu makanan. Mungkin sebentar lagi dia akan sampai. Kau istirahatlah."

"Kau tidak perlu repot-repot begitu. Kasihan anak buahmu."

"Jangan khawatir. Sudah tugas mereka melakukannya. Ngomong-ngomong kau akan pergi ke kedai hari ini?"

"Sepertinya begitu, tapi mungkin aku akan izin untuk datang agak telat."

"Baiklah. Jangan terlalu memaksakan dirimu. Kalau begitu aku pergi dulu."

Setelah mengatakannya, Dongsoo mengecup singkat dahi Myunjae lalu pergi keluar. Mendapat perlakuan seperti itu membuat wajah Myunjae lagi-lagi memerah.

"Dia ini pintar sekali membuatku malu," gumamnya sembari terkekeh lembut.

















Dua minggu setelah kejadian itu, mereka sudah tidak pernah bertemu lagi dan hanya saling mengabari lewat ponsel dikarenakan Choi Dongsoo yang benar-benar sibuk dengan perluasan wilayah Fist Gang. Apalagi posisinya di sana adalah sebagai orang nomor dua, akan sulit baginya untuk bersantai.

Dan dalam jangka waktu dua minggu itu juga, Myunjae sering mengalami hal aneh. Sebagai contoh tubuhnya yang menjadi mudah lelah, mual dan muntah tanpa sebab dan suasana hatinya sering berantakan.

Myunjae sudah memikirkan hal yang macam-macam, ditambah lagi dirinya sering telat mentruasi, tapi Myunjae menolak percaya pada pemikirannya dan berusaha untuk memastikannya sendiri. Oleh karena itu, setelah pulang bekerja, Myunjae mampir ke minimarket terdekat untuk membeli testpack.

Dirinya benar-benar terkejut saat melihat hasil testpack tersebut setelah mengeceknya di rumah. Garis dua. Pikirannya kalut. Dia tidak bisa berpikir jernih sekarang. Mereka berdua memang melakukannya, tapi Myunjae tidak menduga dirinya akan benar-benar hamil.

Dirinya takut. Bagaimana jika Choi Dongsoo tau? Apakah dia akan senang? Ataukah sebaliknya dia akan meninggalkannya sendirian? Myunjae benar-benar takut. Dirinya bingung, bagaimana dia menjelaskannya pada kekasihnya itu? Setelah berpikir cukup lama, Myunjae memutuskan untuk memberitahukannya saat mereka bertemu secara langsung. Dia tidak akan mengabarinya lewat ponsel saja.

Berbulan-bulan berlalu, selama itu juga Myunjae menahan semuanya sendiri. Bibi pemilik kedai yang sudah dianggapnya sebagai keluarga sendiripun tidak tau. Myunjae tidak mau mengatakannya, dirinya tidak mau membuat khawatir orang di sekitarnya. Sang bibi sebenarnya sudah merasa sedikit curiga pada Myunjae yang belakangan ini terlihat lemas juga sering mual dan muntah, tapi Myunjae berhasil meyakinkannya bahwa ini hanyalah penyakit biasa dan mungkin saja akan segera sembuh. Awalnya dia tidak percaya, namun melihat perut Myunjae yang tidak terlihat membesar, kecurigaannya sedikit demi sedikit menghilang.

Bagaimana mungkin ada wanita hamil namun perutnya tidak membesar? Seseorang pernah berkata bahwa jabang bayi itu menakjubkan. Kalau tidak diinginkan ibunya, katanya jabang bayi akan bersembunyi supaya perut ibunya tidak terlihat membesar. Janin kecil itupun mengikuti keinginan hati sang ibu yang ingin merahasiakannya.

Mungkin saja itulah yang dialami Oh Myunjae. Selama beberapa bulan itupun, Choi Dongsoo semakin sulit dihubungi. Dirinya sudah sering menghubungi untuk sekedar menanyakan kabar, tapi yang dia dapat adalah tidak adanya balasan. Choi Dongsoo seperti benar-benar menghilang.

Myunjae ingin menyerah, namun dia berusaha bertahan. Myunjae sudah sering mencari informasi tentang Dongsoo lewat beberapa anggota-anggota Fist Gang yang terkadang bertemu dengannya namun hasilnya nihil. Mereka selalu mengatakan bahwa mungkin saja atasan mereka itu sedang sibuk. Mereka sebenarnya tidak tau dengan jelas karena mereka ditugaskan di tempat yang berbeda dengan atasan mereka.

Hingga tepat sembilan bulan. Saat ini Oh Myunjae baru saja pulang dari tempat kerjanya. Dirinya pulang lebih awal karena tubuhnya benar-benar lemas. Di tengah perjalanan, dirinya tidak sengaja bertemu dengan Choi Minsik, salah satu anggota Gabryong Fist Gang yang pernah dikenalkan Dongsoo padanya.

"Tunggu sebentar, kau Oh Myunjae, kan? Mantan kekasih Choi Dongsoo?"

Myunjae terkejut. Kenapa tiba-tiba Minsik mengatakan bahwa dirinya adalah mantan kekasih Choi Dongsoo? Bukankah mereka masih berhubungan?

"Kau... Choi Minsik? Apa maksudmu?"

"Benar, aku Choi Minsik. Ada apa? Dan apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak datang ke acara Choi Dongsoo?"

"Acara? Acara apa?"

"Sulit dipercaya. Sepertinya dia lupa mengundangmu. Malam ini adalah acara pernikahan Choi Dongsoo. Aku kemari untuk mengurus beberapa hal. Kau bisa datang jika kau mau."

Dunianya seolah berhenti berjalan, jantungnya berdegup kencang, dirinya diam tidak berkutik, masih mencerna ucapan orang di depannya.

"Apa?"

"Menikah?"

"Choi Dongsoo?"

"Kekasihku menikah?"

"Aku adalah mantan kekasihnya?"

"Bagaimana mungkin..."

"Tidak. Ini semua pasti bohong."

Berbagai pertanyaan muncul di benaknya. Dirinya ingin menangis sekarang, tapi berusaha menahannya.

"D-di mana dia sekarang?" Tanyanya mencoba menahan getaran di suaranya.

"Mau pergi bersama? Kebetulan urusanku sudah selesai."

"Bolehkah?"

"Tentu saja."

Minsik membawa Myunjae menuju mobilnya lalu mengendarainya dengan kecepatan sedang. Tidak lama mereka berkendara, sampailah mereka di sebuah gedung yang sudah sangat ramai oleh para tamu. Minsik memarkirkan mobilnya lalu menuju pintu masuk dengan Myunjae. Para anak buah yang sedang berjaga di depan langsung mempersilahkan mereka berdua masuk.

Minsik berjalan duluan dan Myunjae hanya mengikuti. Sesampainya di lantai tempat acara berlangsung, mereka berdua langsung disuguhkan dengan pemandangan Choi Dongsoo dan calon istrinya yang telah sah dan saat ini telah menempelkan bibir keduanya.

Choi Minsik yang melihatnya terlihat santai dan langsung duduk untuk bergabung dengan yang lain, tapi bagaimana dengan Oh Myunjae? Sang kekasih yang bahkan belum diputuskan hubungannya secara resmi. Sang kekasih yang ditinggalkannya tanpa ada kabar selama berbulan-bulan lamanya. Hatinya begitu sakit dan tanpa sadar beberapa bulir air mata mengalir di wajahnya.

Di sinilah dia. Berdiri dan menjadi saksi atas takdir Tuhan untuk orang yang dia cintai. Menyadari fakta bahwa bukan dialah takdir itu.

"Bukankah seharusnya aku yang di sana, Dongsoo?"

"Bukankah seharusnya aku yang memegang tanganmu, mengucap sumpah suci bersamamu, bertukar lingkaran manis itu di jarimu dan jariku?"

"Kau berkata padaku untuk terus bersama, kan?"

"Kenapa kau mengingkari janjimu?"

"Oh Tuhan, jika ini hanyalah mimpi, tolong bangunkan aku sekarang!"

Setelah melepas ciuman tersebut, Choi Dongsoo berbalik dan tentu saja dirinya terkejut melihat orang yang tidak dirinya harapkan datang ke acara pernikahannya.

"Oh Myunjae?"

THE HUNTER [FEM! READER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang