Tepat pukul tengah malam, seorang bayi telah lahir. Bayi yang lahir tanpa adanya sosok ayah. Bayi yang lahir dari rahim seorang wanita yang telah hancur dirinya. Bayi yang lahir atas dasar rasa dendam, pengkhianatan dan kemarahan. Bayi itu sekarang tengah menangis keras di gendongan sang perawat.
"Nyonya, anak anda perempuan," ucap salah seorang perawat di sana.
"Anakku...," lirihnya sebelum pingsan.
•
Beberapa jam berlalu setelah Myunjae pingsan, mata sayu itu perlahan-lahan terbuka. Netranya menangkap cahaya matahari pagi yang hangat dan menyilaukan dari jendela di sampingnya. Sepertinya sekarang dia sudah berada di ruang rawat.
Tidak lama kemudian, beberapa perawat dan dokter wanita yang menanganinya datang untuk mengecek keadaannya.
"Oh, anda sudah sadar, nyonya?" Dokter itu mendekat dan mulai memeriksa keadaannya dengan beberapa perawat.
Myunjae hanya bisa mengangguk lemah mendengar penuturan dokter tersebut.
"Di mana bayiku?"
"Bayi anda sekarang sedang berada di ruang NICU. Aku akan menyuruh perawat pergi dan membawanya ke mari. Sepertinya anda harus segera memberinya asi," ucap dokter itu setelah menyuruh salah seorang perawat pergi untuk mengambil bayi itu.
"Dokter, bagaimana dengan biaya rumah sakitnya?"
"Bukankah biaya rumah sakit anda sudah dibayar?"
"Apa? Oleh siapa?"
"Beberapa pria berjas yang membawa anda ke mari saat itu, aku kira mereka adalah keluarga anda. Untuk biaya rumah sakitnya, mereka juga sudah membayarnya langsung."
"Apa Choi Dongsoo yang melakukannya?" Hatinya mendadak sakit saat mengingat mantan kekasihnya itu. Sekarang seseorang yang sangat dibutuhkannya bahkan tidak berada di sampingnya saat ini.
Pintu ruang rawat tiba-tiba terbuka, menampilkan sesosok perawat dengan bayi mungil yang terbungkus balutan kain. Perawat itu masuk lalu mendekatinya, membawa bayi itu ke dekapannya.
Anehnya, Myunjae menatap bayinya dengan tatapan yang sulit diartikan. Kosong. Satu kata yang tepat untuk menggambarkan tatapan matanya. Hampa. Satu kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya.
"Apa-apaan ini?"
"Ada apa denganku?"
"Bukankah seharusnya aku senang?"
"Anak yang telah aku kandung telah lahir, bukan?"
"Tapi kenapa rasanya hampa sekali?"
"Kenapa?"
"Kenapa?"
"Kenapa?"
"Nyonya?" Dokter itu menyadarkannya dari lamunan.
"Y-ya?"
"Anda bisa memberinya asi sekarang. Kalau begitu kami pergi dulu. Kami akan datang lagi nanti."
"Terimakasih," ucapnya sebelum dokter dan perawat itu pergi.
Sekarang hanya ada dia dan anaknya. Myunjae membuka sedikit kancing atas pakaiannya, memberi celah agar memudahkan anaknya meminum asi. Dirinya menatap lamat-lamat bayi yang dengan rakus meminum asi-nya itu.
"Namamu seharusnya Choi Nam-kyu, tapi sejak malam itu, aku tidak menyukai marganya. Mulai sekarang namamu adalah Nam-kyu, hanya Nam-kyu." Usapan lembut diberikan di atas kepala bayi itu, walau masih dengan tatapan kosong yang dirinya tunjukkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HUNTER [FEM! READER]
Fiksi Penggemar❝Kita akan menaklukkan dunia bersama, kan?❞ ❝Ya, kita akan melakukannya.❞ Nam-kyu, seorang legenda dalam dunia bawah dari generasi 1 dengan julukan "Hunter". Sisa hidupnya dihabiskan untuk membalaskan dendamnya kepada Choi Dongsoo dan menghancurkan...