O3. Eh, ketuker!

72 16 0
                                    

Sabtu, 12 Juli 2022

18:30 WIB

Tiinnn tiinnn tinnn...

Lessha mengklakson motornya untuk memanggil Anya sahabatnya yang masih berada di dalam rumahnya.

Anya & Lessha memiliki janji akan menghabiskan waktu bersama dengan mengopi di sebuah caffe favorit mereka saat malam minggu sebagai perayaan mereka masuk di SMA yang sama & lolos seleksi osis.

"Duhh lama banget sih Nya! Kaya mau ketemu siapa aja," dumel Lessha ketika akhirnya Anya selesai berdandan dan keluar dari rumahnya.

"Ihh iya iya bawel amat sii.. Udah nih, let's goo jalan!" Ujar Anya lalu naik di kursi penumpang dibelakang Lessha.

Setelah sampai di caffe..

"Nya.. Rame banget deh kalau malam minggu gini. Pindah caffe aja apa ya kita?" Ujar Lessha ketika sampai di depan caffe dan melihat keramaian didalam caffe tersebut.

Anya yang sedari tadi kegirangan, kini senyumnya berubah menjadi tatapan kesal.

"Come on, Lessha! Iya lah malam minggu rame.. Tapi yang kali ini rame nya ngga bakal bikin lo pusing kok. Katanya malam ini ada live musik dengan tema ballad tauu!" Jelas Anya panjang lebar mencoba meyakinkan sahabatnya itu agar tetap tinggal di caffe dan menikmati malam ini bersamanya.

Lessha dengan berat hati menghembuskan nafas berat lalu mengiyakan bujukan sahabatnya itu. Ia tak ingin merusak mood baik sahabatnya itu. Lagipun, apa salahnya mencoba hal baru?

Beruntungnya, saat mereka masuk masih ada meja yang tersisa, meskipun jauh dari panggung live musik.

Tiba-tiba gemuruh tepuk tangan memenuhi atmosfer caffe itu ketika melihat kursi di panggung live musik tersebut diduduki oleh seorang lelaki yang memakai kemeja warna putih dengan syal biru.

Lessha mencoba mengamati wajah dari lelaki itu karena tampak kurang jelas dari posisinya sekarang. Tampak tak asing baginya. Anya menyenggol bahu Lessha seketika membuyarkan fokus Lessha terhadap lelaki tersebut.

"Sha, yang di depan itu kakak kelas kita. Namanya Kennath, kelas XII MIPA 5. Kata orang-orang mah suara dia ninggalin kesan hangat ke semua pendengarnya karena suara berat khas dia. Gue juga belum tau sih sebagus apa suaranya," ujar Anya kepada Lessha yang memperhatikan penjelasan Anya sambil terus mengamati lelaki di panggung tersebut.

Pandangan Lessha kembali terfokus pada lelaki didepannya itu. Ia terfokus pada Ken.

I'm going under and this time I fear there's no one to save me
This all or nothing really got a way of driving me crazy

I need somebody to heal
Somebody to know
Somebody to have
Somebody to hold

It's easy to say
But it's never the same
I guess I kinda liked the way you numbed all the pain

Now the day bleeds
Into nightfall
And you're not here
To get me through it all

I let my guard down
And then you pulled the rug
I was getting kinda used to being someone you loved

I let my guard downAnd then you pulled the rugI was getting kinda used to being someone you loved

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemuruh tepuk tangan kembali memenuhi caffe tersebut. Semua terpesona akan suara Kennath tak terkecuali Anya yang tak henti-hentinya memuji penampilan Kennath.

"WOWWW GILAA! Keren banget gila! Gak salah kata orang-orang tentang dia, bagus banget, yakan Sha?" Anya mengalihkan pandangannya kepada sahabatnya yang saat ini tampak mematung.

Lessha diam tak bergeming. Pandangannya masih lurus menatap Kennath. Sungguh, tak ada kata lain yang bisa menggambarkan perasaan Lessha selain rasa kagum.

Kennath menyelesaikan lagunya. Ia membungkukkan badannya sambil menatap ke para pelanggan di caffe itu sebagai tanda sambutan.

Mata mereka bertemu.

Persekian detik yang mendebarkan hati Lessha. Oh apakah jatuh cinta pada pandangan pertama itu nyata?

⌛⏳

Sementara itu, di meja lain...

"Gue tuh yang ngajarin nyanyi," ujar Obin sambil menyeruput kopinya. Obin, Elvan, dan beberapa kawan kelas lainnya. Elvan menoyor kepala Obin sebagai balasan. Mereka menikmati penampilan dari kawannya yang bernyanyi diatas panggung itu sembari mengobrol ringan.

Siswa laki-laki di kelas XII MIPA 5 terbilang cukup dekat satu sama lain mengingat mereka semua tergabung dalam unity boys besar sekolah bernama The Victory.

Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Maka tak heran jika hari ini, mereka semua hadir di caffe itu untuk menonton penampilan ketua kelasnya.

"Eh lo tumben gak nge-DJ, Bin?" tanya salah satu anak kelas pada Obin. Obin merupakan seorang DJ sekaligus composer. Namanya cukup dikenal di kalangan anak SMA Jaya Bangsa karena setiap sekolah mengadakan event, event tersebut selalu ditutup dengan DJ Obin.

"Ah lagi gak mood, mau nyari jodoh aje di mari," jawab Obin tidak serius yang dibalas tawa oleh kawan-kawannya.

"Gembel, cewe lo numpuk noh di roomchat, macem buka asrama cewe anjing," balas Elvan sambil lagi lagi menoyor kepala Obin. Ia tak habis fikir dengan tingkah kawannya yang satu ini. Terlewat playboy. Yang ditoyor hanya cengengesan merasa tak bersalah.

"Eh bentar dah ye, gue mau nambah kopi. Udah kosong kopi gue anjir," ujar Obin lalu melengos pergi menuju kasir untuk memesan segelas kopi lagi.

Obin memesan espresso double shot lalu menunggu di kursi khusus untuk menunggu pesanan. Obin mendapat antrean batch 34 yang berisi 2 pesanan. Sistemnya, ketika pesanan batch 34 selesai dibuat, 2 pesanan tersebut akan dipanggil secara bersamaan.

"Espresso double shot atas nama Obin,
"Americano atas nama Anya," panggil barista yang bertugas.

Obin lalu maju mengambil pesanannya dengan masih fokus menunduk memainkan hp yang ada di tangan kanannya, sementara tangan kiri mengambil pesanan espresso nya itu.

Ia telah sampai di tempat semula, mejanya bersama teman-temannya. Obin terfokus dengan obrolan yang ada di grup itu.

Tiba-tiba seorang gadis datang dengan membawa cangkir kopi di tangan kanannya. Ia menepuk pundak Obin, refleks Obin menjawab "Apaan sih?"

Sadar yang menepuk pudaknya bukan orang yang ia kenal, ia lalu berdiri dan meminta maaf pada gadis itu. "Eh sorry sorry, ada apa ya?" tanya Obin.

"Halo, maaf ya ganggu. Ini kayanya minuman kita ketuker deh? Aku pesan americano tapi yang ku minum pahit banget, kayanya ini espresso deh," jelas gadis tersebut. Anya.

"Eh iya? Gue belum coba sih," jawab Obin, lalu ia mengambil kopi yang ia bawa tadi dan memberinya pada Anya, "Sorry ya, gue gak fokus tadi main hp. Nih, belum gue icip sama sekali kok, aman."

"Eh gak papa kak, aku juga tadi kurang teliti lihat kopinya. Tapi gimana ya, espresso nya udah aku minum dikit tadi.. Aku ganti aja ya kak yang baru?" ujar Anya pada Obin. Anya tentu merasa tidak enak karena espresso milik orang sudah berkurang karena ia minum, sementara americano pesanannya masih utuh.

"Ah santai aja. Ambil aja nih. Sekali lagi sorry ya. Thanks udah ngasih tau," tolak Obin. Lagipun ini kesalahannya juga.

"Makasih banyak ya kak, maaf juga udah ganggu," Anya menunduk lalu pergi menuju mejanya semula, begitupun Obin yang hendak duduk di tempatnya semula sebelum akhirnya ia tersadar..

Bukannya itu temennya Alessha? Cewe yang ada di depan aula waktu itu?

- To be continued.

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang