Chapter 4 : Insecurities

197 40 4
                                    

VOTE!! KALO GAK DI VOTE, GAK AKU LANJUTIN CERITANYA (๑•̀ㅁ•́ฅ)

***

Sebuah cermin besar dipandangi lamat-lamat, menilik pantulan tubuh yang jauh dari kata ideal sehingga banyaknya caci maki yang harus diterima oleh Sang Empu sebab tak ada 'kesempurnaan' yang dapat diambil dari fisiknya. Wajah penuh bekas jerawat, garis-garis halus yang telah muncul di usia muda, kacamata tebal yang selalu bertengger dihidungnya, bibir yang menghitam dan kering membuat orang-orang yang merasa paling sempurna itu selalu mengomentari pahatan wajahnya yang sedikit membengkak akibat banyaknya lemak wajah yang tersimpan dibalik kulit tan miliknya.

Dulu, kalimat-kalimat yang menyakiti hati itu tak pernah Ia anggap serius karena bagi Havenio, tubuhnya adalah miliknya dan Ia harus mencintai bagaimanapun fitur wajah dan tubuhnya. Namun, semakin lama Havenio semakin menyadari bahwa dirinya salah besar. Mencintai diri sendiri bukan hanya menerima semua bentuk fisiknya saat ini, tetapi juga tentang bagaimana dirinya merawat dan memperbaiki apa yang seharusnya diperbaiki. Havenio hanya menerima bentuk tubuhnya, bukan mencintainya dengan cara merawatnya.

Havenio beralih memandangi tubuhnya yang melebar karena gemuk, tangannya membesar begitu pula kakinya. Tak ada satupun hal yang dapat dikatakan sempurna pada raga yang tak pernah dirawat olehnya. Matanya yang terhalangi oleh kaca cekung untuk memperjelas penglihatannya yang kabur itupun menyendu. Ia menoleh ke arah poster besar yang merupakan potret Richie, membandingkan pahatan wajah dan tubuh yang dimiliki Sang Artis.

"Kayaknya emang gak mungkin banget kalo Aku bisa bersanding sama kamu ya, Richie? Kamu sempurna, dari fisik maupun kehidupan. Gak ada celah yang bisa orang-orang komentari tentang visual indah kamu. Aku ... Aku juga mau jadi sosok yang sempurna ...." Havenio mengungkapkan keinginannya sambil mengusap lembut poster tersebut. "Gimana kalo Aku coba buat ubah semuanya? Kira-kira hidup Aku bakal berjalan lebih baik atau nggak?"

Havenio hampir saja menangis karena merasa miris pada dirinya sendiri sebelum Ia dikejutkan oleh suara Jilan yang menggema di kost mereka. "HAVEEN!! HAVEN LO HARUS LIHAT INI!!" histeris Jilan dari ruang tamu. Havenio memutar bola matanya malas kemudian menghampiri Jilan yang masih menunjukan raut terkejut sambil memandangi ponselnya.

"Kenapa sih?! Jangan jerit-jerit gitu dong. Nanti tetangga ngira lo kenapa-kenapa." Havenio memprotes kelakuan Jilan.

Tanpa mempedulikan protes yang dilemparkan Havenio, Jilan menunjukan ponselnya tepat di depan wajah sahabatnya itu. Havenio sedikit menyipitkan matanya sebab layar ponsel Jilan terlalu dekat pada wajahnya. Jilan sedikit mengguncang lengan Havenio seolah Ia baru saja mendapatkan hadiah tak terduga.

"Ven!! Richie punya pacar!! GILA! PACARNYA GANTENG BANGET!! LIHAT DEHH!! LIHAATT!!" hebohnya.

Mendengar itu, mata Havenio membola. "HAH?!!" Seraya merebut ponsel milik Jilan untuk memastikan. Ternyata benar, banyak sekali berita mengenai Richie dan sosok yang Havenio sendiri tak tahu siapa namanya.

Akibat rasa penasaran yang menggebu, Havenio lantas menyambar ponselnya sendiri yang tergeletak di atas meja, jarinya bergerak lincah di atas layar ponselnya sebelum akhirnya netra gelap miliknya bergetar. Rumor kencan antara Richie dan Jenaro mencuat dan mendapatkan berbagai macam respon dari para penggemar. Ada yang merespon positif, ada juga diantara mereka membantah dan menolak mentah-mentah tanpa tahu kenyataan dari kehidupan idolanya. Mereka menuntut dua perusahaan yang menaungi Richie dan Jenaro untuk meluruskan rumor tersebut. Havenio menilik beberapa artikel yang sudah memenuhi linimasa ponselnya.

 Havenio menilik beberapa artikel yang sudah memenuhi linimasa ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Platonic SoulmatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang