7

41 9 2
                                    

.
.
.
.

Sore harinya, mereka bersembilan akhirnya telah sampai ditempat perkemahan. Walaupun sempat berhenti untuk beristirahat, tetapi mereka dapat datang tepat waktu disaat siswa siswi lainnya tengah menikmati hidangan sederhana yang disajikan oleh para panitia.

"Udah pada ketemu?" Tanya salah satu panitia yang membawakan mereka air dan juga handuk.

Eunwoo mengangguk sembari menyeka bulir-bulir keringatnya yang bercucuran. "Ternyata mereka nyasar nya jauh banget, pantesan susah ketemu."

"Padahal ada Min-gyu loh, kok bisa tetep nyasar?" Tanya panitia itu yang hanya dibalas gelengan kecil oleh Eunwoo.

"Ketua kelompoknya siapa emang? Bisa-bisanya nyasar sampai 2 kali. Mereka juga gak nyelesain misi satupun dari pos 1 sampai pos 6, belum lagi gak ada satupun dari mereka yang ikut susur sungai tadi siang."

Eunwoo mengernyit bingung, ia menggelengkan kepalanya tak yakin. "Gue lupa ketuanya siapa, gue sama Younghoon padahal udah pilih deh."

"Ganteng-ganteng udah pikun lu!" Ledek temannya.

"Sembarangan!" Kesal Eunwoo tak terima. "Btw thanks airnya, gue mau kasih hukuman dulu sama mereka." Ujarnya beranjak pergi dengan isi kepala yang berkecamuk.

Ia mengusap wajahnya kasar. Karena Seingatnya, dia dan Younghoon sudah menentukan ketua untuk kelompok 13. Mustahil ia sudah lupa ? Ingin bertanya pun rasanya sungkan, melihat wajah para anggota yang suram membuat nya ragu.

"Gimana? Udah mikirin hukuman yang pas buat mereka?" Tanya Younghoon.

Eunwoo mengangguk "nanti setelah api unggun selesai mereka dibagi dua, buat patroli semalaman di tenda cewek sama cowok. Gak cuma mereka kok, ada beberapa panitia juga yang ikut patrol buat gantian."

"Kalian denger kan ucapan nya Eunwoo? Ada yang keberatan gak?" Tanya Younghoon pada para anggota yang menjadi tanggung jawabnya.

"Tidak kak." Jawab Bomin mewakili yang lain.

Eunwoo mengangguk puas. "Baik, kalau gitu Haechan, Jihoon, dan Jaemin patroli di sekitar tenda cewek ya. Terus Jeno, Bomin, dan Seungmin di sekitar tenda cowok. Ada yang ditanyakan?"

"Kita pulang nya kapan?" Tanya Seungmin hampir tak terdengar. Suaranya bergetar dengan sorot mata sendu yang susah payah ia sembunyikan.

"Besok siang. Paginya kita beres-beres tenda dulu, terus jalanin upacara penerimaan di sekitar sini. dan selanjutnya semuanya udah boleh pulang. " Jawab Younghoon.

Min-gyu menatap Eunwoo dan Younghoon bergantian, ada sorot mata kecewa yang ia perlihatkan.

"Kenapa?" Tanya Younghoon tanpa suara.

Min-gyu menggeleng pelan, memilih memejamkan matanya untuk mengurangi rasa sesak didadanya.
"Makanan nya habisin, kalau bisa habis ini langsung tidur aja biar gak terlalu ngantuk nanti malem." Ujar nya pada Seungmin sembari beranjak pergi tanpa menoleh sedikitpun.

"Min-gyu kenapa?" Tanya Eunwoo penasaran.

"Ngambek, gara-gara kak Eunwoo gak inget sama Sunwoo." Jawab Haechan ketus. "Ayo guys kita ikut bang Min-gyu, gue males Deket-deket sama orang yang pikun." Ajaknya.

"Chan, Lo keterlaluan gak si ngomong gitu sama kak Eunwoo? Dia kan lupa sama Sunwoo juga bukan kemauan dia." Kata Jeno setelah mereka berhasil menjauh dari tempat tadi.

Haechan mengendikkan bahunya acuh. "Gak peduli ah, lagian para panitia kok bego, masa gak ngerasa aneh sama jumlah kelompok kita?"

"Maksudnya?" Tanya Jihoon.

"Kita kan sisa 6 orang sekarang. Kok mereka gak sadar jumlah kelompok ini aneh? Kita kan kelompok tengah. Kelompok terakhir aja jumlahnya 8, itu pun karena sisa."

Jaemin mengangguk setuju. "Iya juga. Orang-orang juga biasa aja ngeliat kita. Bukan nya haus perhatian, tapi kan seenggaknya ekspresi mereka heboh sedikit lah ngeliat banyak darah yang kering ditubuh kita."

"Kayaknya darah nya cuman kita doang yang liat. Ini kan darah Sunwoo." Ucap Bomin.

"Semua yang berhubungan sama Sunwoo udah hilang. Kamera yang disembunyiin Sunwoo di tas gue udah gak ada. Gak mungkin jatuh, gue nyimpen nya di paling bawah." Ujar Seungmin frustasi. Ia mengacak-acak barang bawaannya namun nihil, tak satupun barang Sunwoo ada padanya.

"Gue jadi kasian sama keluarganya bang Yeonjun." Celetuk Jeno yang membuat seluruh atensi berpusat padanya.

"Bang Yeonjun itu anak tunggal. Kalau dia gak ada, keluarganya pasti gak inget pernah punya anak." Lanjutnya.

"Mereka pasti udah lupa sama bang Yeonjun." Tambah Bomin.

Haechan menghela napas dan menegakkan punggungnya. Pemuda itu dengan wajah angkuh berkata. "Udah lah gak usah galau-galau segala. Tau gue kalian lagi sedih kehilangan orang terdekat, tapi jangan sampai diemin kita juga dong!" Protes nya.

"Tau nih, gue daritadi kayak gak dianggap bjir." Ucap Jaemin setuju.

"Hehe canda guys." Haechan mengangkat kedua jarinya meminta perdamaian. "Btw Jaem, kita patrol di area tenda cewek tau, gas lah!!" Ucap nya menaik turunkan alis nya jahil.

"Yoi my bro! Gue tau maksud Lo." Balas Jaemin heboh dengan senyum mengerikan.

"Apaan! Kotor banget pikiran kalian." Protes Jeno tak suka. Soal nya dia sama Haechan beda area buat patrol. Jeno kan harus ikut kemanapun Haechan pergi.

"Sirik aja Samoyed." Ledek Jihoon.

"Ji, kita tukeran aja ya, biar gue yang patroli di area cewek." Mohon Jeno memelas.

"Ah enggak, kita bertiga udah buat rencana." Tolak Jihoon yang langsung dibalas tawa lepas dari Haechan juga Jaemin

"Bomin, Seungmin, bantuin gue dong! Kalian juga mau patroli di area cewek kan?" Hasut Jeno.

"Enggak ah, aura di Deket tenda cewek serem." Tolak Seungmin.

"Bener tuh, disini banyak makhluk nya. Apalagi gak jauh dari sini ada sumur tua." Ucap Bomin bergidik ngeri.

"Bohong lu ya?!! Tenang Ji, Jaem, si Bomin cuman mau nakut-nakutin kita doang." Ujar Haechan positif thinking.

"Ngapain bohong, orang gue liat sendiri. Gue tau karena kita lagi berdiri di area cewek. Masih gak percaya?" Ledek Bomin tersenyum puas melihat raut wajah Haechan, Jaemin juga Jihoon yang memucat.

Mereka mengedarkan pandangannya ke sekitar. Bomin benar, mereka berhenti di area tenda para perempuan. Bagaimana bisa mereka semua tak menyadarinya?

Tak jauh dibelakang sana ada satu sumur yang terlihat sudah lama ditinggalkan. Jika Bomin tak mengatakannya mereka tidak akan sadar akan keberadaan sumur itu. Karena letaknya yang berada dibalik pohon sangat sulit untuk dilihat. Hanya tiang untuk menimba saja yang bisa mereka lihat sejauh ini.

"Wahhh untung kita gak patroli disini." Ujar Jeno mendadak senang.

"Kita batalin rencana?" Bisik Jaemin.

Haechan mengangguk pelan, menelan ludahnya takut. "Bomin asu" desisnya.

Ini semua gara-gara Bomin!

"Udah yuk, kita balik aja ke tenda kita. Kalau kelamaan disini yang ada kita dituduh yang enggak-enggak." Ajak Jihoon.

Bomin menggeleng. "Kalian duluan aja, gue mau ngecek sumur nya dulu."

"HAH?!!"

.
.
.
.

Hai hai
Udah lama banget rasanya gak nulis, aku jadi lupa sama alurnya 🤣

Yang baca juga udah lupa nih pasti, kalau bingung baca aja dulu chapter sebelumnya. Kalau enggak juga gak papa.

Chapter selanjutnya aku update beberapa hari lagi. See you next chapter, bye bye👋👋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The 13 Club (00L & 97L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang