XV. Soft Launch

28 6 0
                                    

📍Milan, Italia

Dua bulan sudah sejak pertemuan pertama Fabian dan Melanie di Milan dan saat ini mereka dipertemukan kembali bukan tanpa sebab. Rumor kedekatan antara keduanya masih bertahan di media sosial. Bak agen mata-mata, warga net menyoroti postingan media sosial Melanie yang tengah berpose di sirkuit. Banyak yang beranggapan itu adalah kode bahwa keduanya kini sedang menjalin hubungan atau yang saat ini kerap disebut juga dengan istilah 'lovestagram' .

Gambar yang diunggah Melanie saat berada di sirkuit Monza itu secara tidak langsung berpengaruh pada Fabian. Oleh karenanya, disinilah mereka sekarang. Duduk di ruang rapat restauran ternama bersama dengan para manajer beserta Anthony yang merupakan penyelenggara rapat.

"Setuju."

"Tidak setuju!"

Pertanyaan yang dilontarkan Anthony menuai jawaban yang bertolak belakang. Perbedaan pendapat begitu kental dan sama-sama kuat antara Melanie dan Fabian. Melanie yang akan melakukan apa saja demi mendapat uang untuk biaya sewa rumah yang ditempati oleh ibu dan adiknya, dan Fabian yang tetap bersikukuh untuk tidak terkenal hanya karena gosip berkencan dengan selebriti.

Berbeda dari Fabian, Nigel sebagai manajer justru tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ditawarkan oleh pihak Melanie. Ia berusaha semaksimal mungkin agar Fabian menerima ide yang disampaikan Anthony. Mengingat, nama Fabian yang masih hangat diperbincangkan. Disamping itu, Nigel juga mempertimbangkan soal tuntutan dan pertanyaan-pertanyaan dari nyonya Pioretti. Ibu satu anak itu terus saja menanyakan soal kedekatan antara Fabian dan Melanie yang secara sadar ia menabung dosa akibat berbohong.

"Ayolah, kawan. Ini kesempatan bagus agar kau tidak dijodohkan lagi." bujuk Nigel saat mengobrol empat mata dengan Fabian di toilet.

Tidak ada tanggapan, Nigel mengeluarkan kata ajaibnya, "semalam ibumu menanyakan soal hubunganmu dengan Melanie. Beliau mengatakan seperti ini, 'Nigel, katakan pada Fabi kalau kami tidak akan memaksanya untuk mencari pendamping jika berita yang beredar tentangnya dan Melanie benar adanya.' Nah, bagaimana?" Lengkap dengan gaya bicara Nyonya Pioretti saking seringnya membicarakan Fabian.

"Bantulah aku untuk terlepas dari cecaran pertanyaan ibumu." rengek Nigel, frustrasi.

"Kalau begitu, katakan padanya kalau aku juga punya kriteria idaman."

"ITU SEMUA ADA PADA MELANIE!" seru Nigel. Ia menarik rambutnya, kepalang frustrasi mengurusi hal-hal diluar tanggungjawabnya sebagai manajer.

"Dia mudah berbaur, cerdas, karir bagus, berbakat, tidak berfokus pada pasangannya saja tapi juga keluarga dan diri sendiri. Dia cantik, Fabian. CANTIK." beber Nigel bak sedang memasarkan produk elektronik terbaru. Sudah tentu ia tahu. Sembilan tahun bersama Fabian bukan waktu yang singkat.

"Lagipula, kau bisa melindunginya dari Sergio. Aku dengar keparat itu masih saja mengganggu Melanie. Oh! dan satu hal yang aku tahu Sergio masih sering mengatakan ke berbagai media bahwa kabar tentang dirinya putus dengan Melanie itu hanya keputusan sepihak dan dia tidak pernah menyetujui itu."

Fabian terhenyak. Ia mengalihkan pandangannya dari dinding toilet berwarna biru dengan aksen putih, menatap lurus manik yang mengajaknya bicara. Nigel berada tepat disampingnya menjadi ciut sebab tatapan yang diberikan Fabian mengintimidasinya, seakan Fabian bisa memecatnya saat itu juga.

Tanpa mengatakan apapun, Fabian melenggang keluar dari toilet dan kembali ke ruang rapat. Bak pemain bola yang selesai waktu changing room-nya, Fabian telah mendapatkan jawabannya. Namanya sudah terlanjur tersebar ke berbagai media, mau dipulihkan menjadi sedia kala sebelum ia bertemu Melanie juga tidak bisa.

"Oke. Berapa lama?"

"Orang-orang akan percaya pada tiga bulan pertama." jawab Anthony dengan senyum cerah terlukis lewat binar matanya.

Trading the Spotlight (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang