06.

209 19 15
                                    

Haerin sedari tadi menunggu hari sampai sore berharap Minji keluar dari rumah dan pergi ke pantai. Siapa tau Haerin bisa ikut menemani Minji melihat pantai.

Karena merasa seharusnya Minji sudah datang, Haerin berjalan ke pantai sambil melihat sekeliling siapa tau dia melihat Minji. Namun sayangnya Minji belum datang juga.

"Tunggu aja deh, siapa dia telat." Batin Haerin sambil duduk di tumpukan pasir dan bermain batu batu kecil di sana.

-

Melihat ayahnya yang menatap dirinya dengan penuh amarah dan ancaman, Minji langsung masuk ke kamar nya lagi. Dia juga sempat melihat ayah nya berlari ke arahnya dengan cepat sambil menampakkan ekspresi marah.

Minji buru buru masuk ke kamar dan mengunci pintu nya dengan panik. Namun setelah diingat ingat, ibunya tidak ada di sebelah ayahnya. Karena ayahnya yang memakai jas serapi itu, sepertinya menghadiri acara penting dan seharusnya ibunya berada di sebelah ayahnya.

Tiba-tiba...

*Buggh. Buggh. Buggh

Terdengar suara pintu Minji seperti ditendangi dengan kekuatan yang kuat. Minji reflek bersembunyi di ujung kasur nya sambil memeluk boneka beruang nya dengan perasaan khawatir dan takut.

"KELUAR KAMU!!!" Suara bentakan kuat dari ayah Minji membuat jantung nya semakin berdebar ketakutan.

"BAJINGAN!! KELUAR!!" Minji menutupi telingan dengan kedua tangannya beberapa saat.

Tiba tiba saja, pintu Minji terdengar seperti akan rusak akibat tendangan tadi. Dan terdengar suara seperti pembantu yang ingin menghentikan perbuatan ayahnya.

Dan...

*Jleb

Pintu Minji rusak dan menyebabkan terbuka dengan suara pintu yang berderet. Ayah nya langsung masuk tetapi ditahan oleh beberapa pembantu. Sedangkan Minji melemparkan beberapa barang ke arah ayahnya.

"KELUAR DARI KAMAR KU!!" Teriak Minji ke arah ayahnya. Ayahnha lantas tambah emosi dan malah mendorong semua pembantunya. Ayahnya berjalan dan menarik lengan Minji secara paksa bangkit dari kasur.

"AYAH!!" Bentak Minji. Tiba tiba Minji ditampar oleh ayahnya lagi.

"MENDINGAN KAMU MATI!!" Minji didorong ke lantai oleh ayahnya sendiri. Untung saja Minji ditangkap oleh salah satu pembantunya dan tidak membuat kepalanya terbentur ke lantai.

"P-pak. Sudahi saja pak. Kasihan nak Minji." Kata salah satu bibu yang dipercaya sebagai tangan kanan ayahnya.

"E-EMANG AKU SALAH APA SIH?!! APA CUMAN GEGARA KELUARGA HANNI ITU?!!" Air mata Minji mulai mengalir deras. Ayahnya malah tertawa marah dan meneteskan air matanya juga. Ayahnya mendekat dan menjambak rambut Minji.

"KAMU UDAH BUAT IBU KAMU MATI!! BAJINGAN!!" Ayahnya mencampakan kepala Minji membuat dia tersungkur dilantai. Ayah nya tiba tiba menginjak badan Minji yang meringkuk tersungkur.

"Bajingan!... Anak beban!" Kata ayahnya sambil menendangi badan Minji. Ayahnya bahkan melempari beberapa kaca ke lantai di dekat kepala Minji. Tentunya pecahan kaca itu mengenai wajah dan kepala Minji.

Setelah beberapa kali ditendang dan dipijak, ayahnya yang sudah kehabisan tenaga untuk marah, pergi dengan kesal.

Lalu salah satu pembantu menolong Minji duduk kembali di kasur. Minji masih mencerna perkataan ayahnya barusan, 'Kamu udah buat ibu kamu mati.' Apa maksud ayahnya itu? Tidak mungkin kan ibunya betulan meninggal?

"Bi? K-kenapa ayah tadi bilang ibu mati?" Tanya Minji sambil terisak tangis. Tiba tiba sang bibi menangis dan memeluk Minji yang sudah berantakan.

"Maaf non... Nyonya udah meninggal dunia."

Just 10 Minutes (Catnipz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang