5

10 2 0
                                    

"Lo udah liat statusnya Zaki?"

Perhatian Soraya tertarik, dia ada di salah satu bilik kamar mandi. Sebelumnya kamar mandi sepi tidak ada siapapun di dalam tapi tidak lama datang palajar yang tanpa basa-basi langsung menggosip di depan sana. Bukan berniat menjadi penguping tapi tempatnya berada saat ini bergema. Bahkan jika mereka yang ada di luar sana berbisik pun, dia masih bisa mendengarnya. Jika menebak, dia rasa ada dua perempuan yang berbincang di depan wastafel.

"Oh, status dia yang semalem?" kata gadis yang lain. "Katanya itu kode, ya, ada cewek yang lagi dia suka."

Perbincangan itu membuat Soraya diam. Dia yang duduk di atas toilet mengangkat ponselnya. Layarnya sudah ada status yang Zaki kirimkan di Pacemook. Status yang sudah dapat suka dan komentar lebih dari lima ratus orang. "Lagi suka sama Raya, ups, maksudnya Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin." begitu statusnya berbunyi. Itu alasan tadi malam dia heboh bukan main. Terkejut bukan main saat tahu ada orang yang tengah Zaki sukai.

Dan bertanya-tanya siapa gadis beruntung itu?

"Katanya si, iya." ucap gadis sebelumnya. "Cuman nggak tahu, ya, Zaki beneran atau cuman bercanda. Habisnya dia susah ketebak orangnya."

"Tapi kalau emang beneran, berarti antara Raya sama Soraya, kan?"

Tebakan itu membuat Soraya tersentak kaget. Tidak menyangka dia jadi salah satu list gadis yang mungkin Zaki suka. Jujur saja, semalam dia hanya berpikir jika mungkin saja Zaki hanya bercanda. Laki-laki itu sejak dulu memang seperti itu. Atau jika memang benar itu mungkin pasti gadis dari kelas lain atau paling terdekat adalah Raya. Dia sama sekali tidak memikirkan dirinya masuk ke dalam list itu.

"Raya mungkin cocok, tapi kalau Soraya kayanya nggak, deh." komen gadis itu. "Secara Zaki, kan, masuk cowok ganteng di sekolah."

Sebenarnya Soraya sedang izin di tengah-tengah pelajaran. Biasanya dia akan pergi bersama Raya tapi guru matematika hanya mengizinkan dia pergi sendiri. Harusnya dia cepat kembali, tapi dia rasa keluar saat mereka masih ada di sana sepertinya jadi aneh. Jadi Soraya diam, memilih untuk tetap di sana sampai mereka pergi.

Tapi sepertinya itu ide buruk.

"Tapi, ya, Soraya, tuh, kaya ngikutin Raya nggak, si?"

"Ngikutin gimana?"

"Tas sama, sepatu sama, tempat pensil sama, ah, kemarin juga Raya mosting foto mereka pake gelang." katanya. "Itu juga sama, tahu."

Soraya sontak melihat gelang di tangannya, perasaanya jadi tidak enak. Kenyataanya gelang ini dia yang membuatnya sendiri, dia berikan pada Raya. Sejak kapan dia mengikuti semua hal tentang Raya? Tidak, tidak, yang benar sejak kapan rumor seperti itu berkeliaran di sekolah?

"Iya, juga, ya? Kenapa Soraya ngikutin si Raya?"

Gadis lain tertawa getir. "Mungkin ngerasa tersaingi. Mereka berdua, kan, udah bareng dari SMP." ungkapnya. Tapi dia belum selesai. "Di sekolah juga banyak yang kaya gitu. Bilangnya si sahabat, jadi harus samaan. Cuman kalau mereka tuh kaya dipaksain gitu, maksud gue si Soraya." komennya ketus. "Lagian dia tuh nggak cocok gitu bareng sama Raya, Zaki, sama Bian. Kek, gangu pemandangan nggak si?"

Tangan Soraya mengepal kuat, entah dia terlalu menanggapi ini berlebihan atau tidak tapi sepertinya mereka sudah di luar batas.

"Eh, tapi bukannya kemarin katanya Dafa nembak Soraya, ya?"

"Nggak, Dafa cuman minta kasih bunga ke si Raya." Tawa geli terdengar setelah itu. "Kasihan nggak si, bukannya di tembak, malah jadi pengantar bunga."

Tidak tahan, Soraya keluar membanting pintu kamar mandi saat mereka tertawa begitu keras. Mereka ada di sana, berdiri di depan kaca. Begitu melihat dia ada di sana, keduanya bungkam seperti di lem. Bahkan tidak saling pandang satu sama lain.

Too Tall To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang