4. Ikatan

148 13 1
                                    

Duk..

Duk..

Brukk..

Tobio dan Oikawa mengintip lewat celah kecil di pintu khusus olahraga milik Iwaizumi.
Mata keduanya bertemu.

"Oppah, itu Omma dari muda emang suka tinju?" Tobio melirik sang kakek yang nampak tak berkedip.

"Hooh." lalu menatap Tobio. "Danif jiwa jiwa omma mu, Bio."

Tobio lekas saja bergidik ngeri melihat sang nenek mengajari mbak nya tinju. Asli, tiap pulang ke palembang mbak nya belajar tinju terus. Tobio jadi kasihan sama Fikrie yang pernah sekali dapet bogem mentah dari Danifa.

"Kakimu Danif!" Iwa menepuk kaki Danifa yang dia sangka tidak kuat kuda kudanya.

"Rasakan ini!!"

Brukk...

Tobio dan Oikawa sama sama bergidik saat Danifa nendang samsak dengan kuat.

"Gus mana itu yang mau abuya jodohin ke Danif, ihhh!" Iwa menghela napas panjang, rupanya si Danifa membayangkan samsak tinju itu sebagai gus yang akan dijodohkan denganya.

"Udah cukup, ancut ntar samsak omma." Iwa memberhentikan paksa Danifa yang bernapsu menghancurkan samsak tinju miliknya.

"Omma Danif belum puas!" teriaknya. Tobio dan Oikawa segera lari sebelum ketahuan dua singa itu.

Bahaya gaes.

Disisi lain Dhika sedang menatap Agung yang dari tadi diem doang didepan teras rumah kakek mereka.
Ya, keduanya sedang ada di kediaman AranKitta.

"Napa kamu, muka masem banget." ucap Dhika lalu mengambil satu buku disana. Itu adalah buku kedokteran, Dhika memutuskan untuk mengambil s2 kedokteran melanjutkan s1 nya.

"Semalem gua ketemu cewe, fans gua juga." Dhika dengerin aja tanpa menoleh. Agung menjeda ucapanya, yakin gak yakin nadanya mau lanjut.
"Kayaknya gua jatuh cinta Dhik."

Uhukk...

Sontak saja tak ada angin dan hujan Dhika keselek sendiri. Astagfirullah, apa kata si Agung barusan.

Dia jatuh cinta.

"Jangan mencintai sebelum halal, Gung." ingatkan Dhika.

"I know, lebih ke penasaran aja sama tuh cewe. Kalau soal jatuh dan cinta bisa di bicarakan." harusnya Dhika tau kalau Agung akan mengatakan hal gila seperti ini.

"Istigfar."

"Astagfirullah."

Brumm...

Dhika melirik saja sedangkan Agung menatap dengan bosan, pada akhirnya si Almer datang dengan motor besar kebanggaannya yang emang dia tingal di markas Eglewolf.

"Mer lu kalau mau pamer mending jangan disini dah." Agung tuh sebenarnya kesel juga sama Almer. Semalem motonya kagak dateng dateng padahal Agung dah nunggu berjam jam.

"Idihh masih ngambek lu?" Almer ngelempar kantong plastik berisikan kerupuk kemplang pada Agung.
"Makan tuh, gua beli tadi." lalu motornya melaju ke rumah sebelah alias rumah sang eyang.

"Nih anak iklas apa kagak sih. WOY MER PEMPEK NYA MANA?" teriak Agung. Almer yang sudah memarkirkan motor dihalaman rumah sang kakek menoleh.

"Bikin sendiri." balasnya lalu masuk kedalam rumah. Dhika menggelengkan kepalanya, nih dua sekawan kagak ada akur akurnya perasaan.

"Nih pempek." wanita itu menaruh piring berisikan pempek bersama dengan dua mangkuk kecil dan eskan berisikan cuka.

"Makasih nenek, nenek Shin yang terbaik." Agung memuji sang nenek dengan gaya yang yahh gitulah namanya juga keturunan si burhan.

YA ZAUJATI: Perfect My Partner Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang