9. Yakin, Kita jodoh?

88 3 0
                                    

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Khadafi, Almer dan Agung nahan tawa mati matian masih dimalam yang sama tepatnya lepas ba'da isya keluarga dari kyai Muqofa datang untuk menyampaikan niat baik melamar Danifa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Khadafi, Almer dan Agung nahan tawa mati matian masih dimalam yang sama tepatnya lepas ba'da isya keluarga dari kyai Muqofa datang untuk menyampaikan niat baik melamar Danifa.

Yang lucu itu ekspresi tak karuan milik Danifa yang kalian bisa pikir sendiri.

"Gus Fatih kan yang mau dijodohin sama Danif?" lancang banget emang nih cewek tapi gak bisa dia harus tau siapa yang dijodohin sama dia.

"Mboten ning, iki adine kulo seng..." belum sempat Fatih menyelesaikan kalimatnya Danifa langsung melirik tajam Fikrie yang ada ditengah tengah antara Fatih dan kyai Muqofa.

"Enggak ning, ini adek saya yang mau.."

"BONSAI!" pekiknya membuat Fatih tak lagi melanjutkan ucapanya.

"WAHHAHAHAH." sontak saja Khadafi, Almer dan Agung ketawa dibelakang sana tak perduli lagi dengan keadaan yang harusnya bersifat sakral ini.

"Bonsai?" tanya umi tak mengerti. Kourai menghela napas kasar sedangkan Sachi sudah duluan menepuk jidatnya. Anaknya kadang suka malu maluin.

"Gini bu nyai, gus El ini pernah sekali lewat di perkarangan rumah saya. Terus gak sengaja nabrak bonsai putri saya sampe patah." ucap Hirugami berusaha agar suasana tak terlalu tegang.

"Lohh cewek yang mas omongin ya?" Farah menyela dan Fikrie menghela napas kasar.

Apes banget, gitu kira kira pemikiranya.

"Dikasih waktu aja untuk berdua ngobrol, gak apa selama masih diwilayah pesantren." akhirnya suara abuya Aone membuat mereka sadar dan setuju.
Danifa dengan malas berangkat dari duduknya sedangkan Fikrie menyusul setelahnya.

"Ning." pangilan Fikrie membuat Danifa berhenti berjalan. Dari tadi mereka emang hanya jalan jalan tanpa berniat bicara sama sekali.

"Jangan pangil aku ning, aku gak tingal di pesantren lagian ya gus El kalau mau perjodohan kita aman tentram damai tanpa pertumpahan darah mending gus ganti dulu deh bonsai nya Danif." ucapan Danifa membuat Fikrie bingung sendiri.

Tadi Danifa minta mahar, ngasih syarat nikah atau deklarasi surat perang?

"Itu mahar atau syarat?"

"Anggap gak keduanya." jawab Danifa membuat Fikrie semakin bingung.

"Ning, kalau sudah nikah nanti saya setuju buat tingal di pesantren buya Aone." sialan banget, itu syarat dari Danifa kemaren lewat babanya.

Waktu Danifa lagi kesel banget dia ngasih syarat si suami harus tingal di pesantren abuya nya kalau udah nikah ehh manalah Danifa tau kalau calonya setuju.

Danifa berbalik lalu menatap ke tanah.
"Gus El, saya mukul kamu dua kali kamu gak ada dendam sama saya?" pertanyaan itu dihadiahi tawa pelan dari Fikrie.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YA ZAUJATI: Perfect My Partner Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang