05. Sebuah petunjuk

19 2 0
                                    

Gelap, dingin dan kotor, Anuva menutup hidung nya kala bau busuk yang memaksa masuk kedalam indra penciuman nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gelap, dingin dan kotor, Anuva menutup hidung nya kala bau busuk yang memaksa masuk kedalam indra penciuman nya. Laki-laki sialan itu benar-benar mengurung nya dalam penjara bawah tanah. Setelah kepergian Zenos, Anuva melirik ke seluruh penjuru ruangan mencari tempat bersih yang bisa ia duduki. Anuva berjalan ke tepi sel, walaupun sedikit kotor oleh debu, setidaknya tidak basah dan kotor seperti lantai lain nya.

Dalam keadaan ruangan yang remang-remang itu, Anuva masih bisa melihat noda-noda darah yang sudah kering ditembok. Anuva memeluk lutut nya, di saat seperti ini apa yang harus ia lakukan? Keluar dari sel ini adalah hal yang tidak mungkin bisa dilakukan. Anuva menutup mata nya perlahan, larut dalam rasa kantuk yang menyerang nya secara tiba-tiba.

Disisi lain, Lucas terlihat memejamkan matanya menikmati para pelayan yang memijat badan nya. Sebuah bayangan tentang Anuva membuat Lucas membuka mata nya, para pelayan yang ada diruangan langsung memandang satu sama lain dan bersujud takut. Melihat itu, Lucas memutar bola matanya malas. Ia mengangkat tangan nya dan mengisyaratkan para pelayan untuk pergi.

"Gadis sialan itu pasti memberikan ku sesuatu sehingga selalu memikirkan nya." Gumam Lucas dengan jengkel, ia meraih jubah nya dan keluar dari ruang pemandian.

"Zones, bagaimana keadaan gadis itu?" tanya Lucas pada Zones yang duduk dengan tenang di sofa yang ada didalam kamar pribadi milik nya. Sang pengawal terlihat duduk nyaman sambil mengupas kuaci.

"Apakah anda ingin melihat nya, Pangeran?" tanya Zones, ia berdiri dari posisi duduk nya dan merenggangkan badan yang terasa kaku.

"Hm, aku ingin melihat apakah gadis itu akan menangis memohon untuk dilepaskan." Ucap Lucas, ia tersenyum senang membayangkan bagaimana Anuva nanti nya akan memohon dikaki nya untuk dilepaskan.

Disisi lain, sebuah dimensi yang berbeda. Anuva berdiri, menatap seorang laki-laki yang bersimpuh di kaki seorang perempuan terlihat terbaring tidak bernyawa di sebuah ranjang nyaman. Laki-laki tersebut menangis, tubuh nya penuh luka. Wajah tampan yang kini terdapat luka gores dibagian matanya.

"Bangunlah, aku benar-benar tidak bisa melanjutkannya hidup ini jika tidak ada kau di dunia." Sebuah gumaman dari mulut laki-laki itu terdengar sedikit menyedihkan.

"Aku mencintaimu. Bahkan jika harus melepaskan jabatan ku, aku akan melakukan nya." Laki-laki tadi kembali berucap. Wajahnya, Anuva menatap lekat laki-laki tadi, Lucas?

Anuva menatap perempuan yang terbaring tersebut, yang lebih membuat nya terkejut adalah wajah perempuan itu benar-benar mirip dengan wajah nya di dunia sebelum nya. Anuva perlahan mendekat, berniat menyentuh laki-laki tersebut, namun sebuah tarikan paksa yang membuat nya sadar dari rasa halusinasi atau mimpi tersebut.

"Apa kau sudah mati?" Suara itu, Anuva membuka mata dan melihat dengan saksama siapa laki-laki didepan nya.

"Apa kau datang ke sini untuk mengejek ku, Yang Mulia?" Sindir Anuva saat tahu siapa orang didepan nya.

"Apa kau tidak akan memohon untuk aku lepaskan?" Lucas justru menanyakan sesuatu yang lain. Mengapa Anuva tidak menangis seperti yang ia bayangkan?

"2 hari tidak makan tidak akan membuat ku mati." Jawab Anuva acuh tak acuh. Sebuah bunyi gembok yang dibuka membuat gadis itu menatap Lucas yang melepaskan rantai di kaki serta tangan nya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Anuva bingung.

"Melepaskan tunangan ku." Jawaban dari Lucas justru semakin membuat Anuva bingung, apakah laki-laki itu sedang mabuk atau kemasukan sesuatu.

Pikiran Anuva tiba-tiba beralih pada mimpi yang baru saja ia alami tadi. Apa laki-laki tadi adalah Lucas? Apa yang terjadi dimasa lalu? Dan apakah itu benar dirinya asli?

"Untuk apa kau melakukan ini? Ini baru saja satu hari, masih ada satu hari lagi." Sindir Anuva, ia menggerakkan pergelangan tangan nya yang terasa nyeri.

"Apa kau sudah jera?" tanya Lucas.

"Jera apa?" tanya Anuva bingung.

"Jera melakukan kesalahan."

"Kesalahan apa? Aku bahkan tidak melakukan apapun, bukan kah kau yang awal nya menuduh ku yang melakukan kesalahan?"

゚+*:;;:* *:;;:*+゚

"Hidup dengan penuh teka-teki ternyata lebih melelahkan." Keluh Anuva, ia menatap langit-langit kamar dengan beberapa macam pikiran yang terus saling bertengkar di otak nya.

"Anuva, Anuva, Anuva, tidak kah kau meninggalkan suatu petunjuk untuk ku?" Monolog Anuva. Sejauh ini, ia belum menemukan sesuatu yang mampu menjelaskan seluruh situasi atau sekedar info yang penting.

Anuva bangkit dari posisi nya berbaring, kaki nya menapak di atas keramik yang dingin. Gadis itu berjalan menyusuri seluruh ruangan untuk mencari sesuatu. Tapi, setelah mengingat diri nya yang tidur satu kamar dengan Lucas, tidak mungkin kan Anuva asli menyembunyikan sesuatu didalam kamar ini?

Merasa pasrah, Anuva duduk di bangku yang ada disamping lemari. Sebuah benda yang terlihat seperti sengaja disembunyikan disela-sela lemari itu membuat Anuva merasa tertarik. Anuva melirik pintu untuk memastikan tidak akan ada seseorang yang masuk, ia dengan cepat meraih benda tersebut.

Sebuah buku, sepertinya catatan harian Anuva yang asli. Anuva membersihkan buku yang berdebu dan beberapa sarang laba-laba yang melekat dibuku tersebut. Mengapa buku ini terlihat sangat tua? Pikir Anuva.

Ia membuka halaman pertama dari buku itu, nama panjang Lucas yang tertera disana membuat Anuva mengerutkan kening nya bingung. Anuva kembali membuka halaman keduanya dari buku tersebut. Mata nya membelalak kaget kala membaca sepenggal kata dari catatan buku tersebut.

"Apa yang sedang kau lakukan, Anuva?" Suara bariton seseorang membuat Anuva langsung dengan sigap menyembunyikan buku tersebut secara asal di dalam lemari pakaian.

"Tidak ada, aku hanya melihat-lihat pakaian." Jawab Anuva berusaha menstabilkan detang jantung nya yang berpacu cukup cepat.

Lucas memperhatikan penampilan Anuva dari atas sampai bawah membuat gadis itu merasa tidak nyaman. Ia bahkan menutupi bagian dada nya dan menatap curiga kearah Lucas.

"Apakah kau seorang laki-laki mesum yang memperhatikan lekuk tubuh wanita, Pangeran?" Sindir Anuva membuat Lucas tersenyum miring.

"Kau adalah tunangan ku, itu artinya tubuh mu adalah milik ku."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Substitute Fiancé for the PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang