8 - Silent Boarding Gate

175 11 0
                                    















Minho tersentak saat seorang office boy mencoba membangunkannya. Dirinya mengerjapkan mata dan tak lupa mengatakan terima kasih, Minho menatap sekitarnya dan mencoba meraih ponselnya yang tidak jauh dari tempatnya duduk saat ini.


"Ah udah pagi ternyata" pikirnya melihat banyaknya cahaya matahari yang mulai menyeruak dibalik jendela.


Minho bukanlah seorang yang berambisi tinggi hingga dapat merelakan waktu yang seharusnya bisa dijadikan untuk mengistirahatkan tubuhnya, menjadi waktu yang dihabiskan untuk menatap layar komputer dan tumpukan kertas dari larut malam hingga pagi menjelang. Semuanya dilakukan Minho untuk mengalihkan perhatiannya agar tidak terlarut dalam pikirannya.


Minho membuka ponselnya. Tanggal 22 bulan September. Tepat tiga tahun setelah kepergian kesayangannya, seseorang yang sangat berarti bagi Minho. Seseorang yang sangat disesali kepergiannya meskipun waktu telah berlalu sangat lama.























----------

Tiga tahun yang lalu....

Pada bulan Agustus tahun 20xx, Minho ingat sekali dirinya sedang beradu argumen dengan kesayangannya di dalam sebuah mobil yang melaju ke arah apartemen mereka berdua.


"Han, kita udah pernah bahas ini ya. Dari dulu Han, dari dulu banget aku udah sering bilang kalau aku ngga bisa LDR. Aku udah wanti-wanti kamu dari dulu buat ambil beasiswa yang deket-deket aja. Tapi apa? Kamu ngga pernah dengerin aku kan? Kamu anggep aku apa sih? Selama ini di mata kamu aku ini siapa!" Ucap Minho panjang lebar disertai nada yang meninggi dan sengaja ditekankan dibeberapa kalimat akibat amarahnya yang memuncak.


Pemuda bernama Han terlihat lebih tenang dan mengucapkan pembelaannya.


"Kak, tapi kamu tau kan ini janjiku sama almarhum bapak ibu? Harusnya janji ini bisa aku lakuin dari dulu pas mereka masih ada! Aku nyesel! Kenapa ngga dari dulu aku lolos beasiswa itu biar bapak ibu bisa liat aku yang akhirnya berhasil? Aku nyesel kak.. sekarang aku lolos dan aku ngga mau ngelepasin kesempatan yang udah ada di tangan aku gitu aja. Aku bakalan tetep ambil beasiswa dan ngelaksanain janji itu apapun yang terjadi"


"Tapi seengganya kamu diskusi sama aku dulu! Kamu ni punya mulut dipake! Ngobrol sama aku, kasih tau ini itu. Ngga asal kamu apply beasiswa terus kasih tau aku bulan depan kamu bakalan berangkat ke Aussie buat S2 kamu! Kamu ini anggep aku ada ngga sih?" Balas Minho yang masih menggunakan nada tingginya.


"Karena aku tau kamu ngga bakalan izinin aku buat ambil beasiswa itu! Aku selalu berusaha ngertiin kamu dari dulu kak, tapi kenapa kamu ngga pernah coba buat ngertiin aku sekali ini aja? Kenapa kak? KENAPA!" Han juga mulai meninggikan nada suaranya, emosi mulai nampak menyelimuti keduanya.


"Turun" ucap Minho. Mobil yang mereka naiki ternyata sudah berhenti di depan apartemen mereka.

"Kamu mau kemana?" tanya Han.


"Kamu masih punya kuping kan? Aku bilang turun!" Teriak Minho.


Han yang mulai merasa tidak nyaman dengan atmosfer di antara mereka berdua pun turun dari mobil. Sesaat setelah Han turun, Minho sudah kembali mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh entah kemana. Han menghela nafasnya dan berjalan menuju unit apartemen mereka.











Hari-hari terus berlalu tetapi keduanya masih terus bersitegang. Han terus memberikan pengertian dan menyakinkan kekasihnya bahwa hubungan mereka berdua akan baik-baik saja meskipun mereka terpisahkan oleh jarak, tapi Minho tetap tak mau mengerti dan selalu berkilah dengan dalih bahwa dia adalah seseorang yang membutuhkan afeksi dan mengutamakan quality time sehingga tidak cocok untuk berhubungan jarak jauh.








MINSUNG ONESHOOT COLLECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang