POV Jibeom :
Jibeom meremat kuat surat itu, dan terduduk dikasur. Ia menghela nafasnya. Entah kenapa selalu saja seperti ini, mengapa hanya Donghan yang dipedulikan? selalu saja sang kakaknya yang nomor satu. Jibeom lelah.
'Mengapa mereka selalu pilih kasih.. apa aku tak ada artinya di rumah ini?' batin Jibeom.
Jibeom melempar surat itu ke sembarang arah, ia merasakan dadanya sangat sesak, seperti ada yang menusuk dari dalam dan tanpa ia sadari satu tetes air mata nya jatuh dan membasahi pipi chubbynya.
Dengan segera ia menghapusnya, lalu ia pergi ke loteng, seperti biasanya, Jibeom akan bersembunyi sampai kedua orang tuanya kembali, karena ia tahu ia akan tersingkirkan dan tidak akan diperhatikan bila berkumpul bersama mereka. Ia kini hanya ingin menyendiri.
•
•
•
•
•
POV Jaehyun :Disinilah Jaehyun sekarang, di ruang makannya.
Sebelumnya ia di jemput oleh supir pribadinya sepulang sekolah, ia sudah tahu, kalau ia di jemput seperti ini artinya ayahnya ada di rumah, yang berarti tidak ada kedamaian untuknya.
Seperti sekarang, Jaehyun sedang duduk di ruang makan. Ya, kebetulan hari ini paman dan bibi nya juga datang, jadi sekalian saja mengadakan makan bersama.
Jaehyun memakai setelan jas hitam dan dasi, ia juga merapihkan rambutnya. Ya kira-kira begitulah penampilan Jaehyun saat makan bersama. Ia duduk di samping ayahnya, tetap menjaga wibawa keluarganya, walaupun sebenarnya ia tidak suka dengan tema formal seperti ini.
Tapi daripada ia di marahi dengan ayahnya, ia lebih baik menurut.
Jamuan makan-pun dimulai, ayah dan pamannya berbincang sendiri begitu juga dengan ibu dan bibinya.
"Jaehyun, apakah kau sudah mempelajari bab 4?" tanya ayahnya tiba-tiba.
Jaehyun tersentak, ia mengangguk ragu, lalu menjawab. "I-Iya.. Sudah Appa.."
Ayahnya tersenyum, lalu berbincang kembali dengan pamannya. Jaehyun menghela nafasnya pelan, sebenarnya ia belum selesai membacanya, ia hanya takut di marahi oleh ayahnya.
'Sepertinya aku benar-benar tidak berguna.. Aku cuman bisa nyusahin saja..' batin Jaehyun.
•
•
•
•
•Back to Jibeom :
Jibeom kini sedang membersihkan lotengnya, atau biasa disebut kamar keduanya. Ia juga mengambil beberapa makanan dari dapur dan menaruhnya di rak persediaan makanan di loteng itu. Ia tidak ingin keluar karena ia tahu, ia akan diabaikan dan diacuhkan.
Lebih baik Jibeom mengurung diri di loteng di banding harus keluar menyaksikan pemandangan menyakitkan itu.
"Mereka pasti akan kembali nanti malam, aku yakin.." ucap Jibeom.
"Haahhh.. sendiri lagi.. sendiri lagi.." Jibeom menghela nafasnya dan duduk sembari memeluk kedua kakinya. Ia menunduk menyembunyikan wajahnya di kedua lututnya, ia mulai menangis.
"Hikss.. Rasanya pingin nyerah.." Gumam Jibeom sembari terisak.
"Dimana tujuan hidupku..??"
___________________________________________
To be continued..
Jangan lupa vote dan komen ya Ness, hope u like it! ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
🅖🅞🅛🅓🅔🅝 🅒🅗🅘🅛🅓 || 𝐅𝐄𝐄𝐋 𝐌𝐄
Acak"Jika tidak bisa menghindar, akan kami terima." "𝐎𝐔𝐑 𝐋𝐈𝐅𝐄 𝐈𝐒 𝐋𝐈𝐊𝐄 𝐎𝐔𝐑 𝐍𝐈𝐆𝐇𝐓𝐌𝐀𝐑𝐄" - 𝑪𝑺𝒀