= 08 =

314 49 17
                                    

This time I'll make sure my end

I don't find anything I don't like about you

Oh No (I Think I'm In Love) - Blossoms

***

Kenapa sih nggak ada yang memperingatkan gue kalau mengenal seorang Ghaly Adhitama itu kayak lagi berada di puncak komedi? Hampir dua minggu nggak ada kabar, kontakan dan lain-lain bahkan saat gue mengirim birthday dinner invitation, dia satu-satunya yang nggak membalas chat gue. Parahnya chat gue di left on read pula, sakit banget kan? Dan disaat gue sudah meyakinkan diri kalau mungkin dia memang nggak ada perasaan apa-apa ke gue, sudah nggak terlalu memikirkan dia lagi, tiba-tiba saja orangnya muncul di rumah gue. Gue yang masih setengah sadar keluar kamar sambil misuh-misuh saat Nara bangunin gue karena ada dua teman cowok gue yang lagi menunggu di ruang tamu.

"Demi Allah Khaizan Mahawira, Valeqa Keenan Anandaru, bisa nggak sih lo ber......" omelan gue terhenti begitu saja saat sadar yang lagi duduk anteng di ruang tamu bukan Khaizan dan Vale yang rela balik Bandung lagi buat datang ke birthday dinner gue semalam, tapi bang Daffa dan kak Ghaly.

"Oh lo berdua kak? Kirain Khaizan sama Vale." Gue berkata dengan salah tingkah, apalagi gue baru sadar kalo gue turun tanpa cuci muka terlebih dahulu. "Lo berdua minum dulu yah, gue mandi dulu bentar."

Gue segera berlari naik ke atas setelah sebelumnya meminta teteh Imas, ART di rumah gue untuk membuatkan minum dan menyiapkan cemilan buat mereka berdua. 15 menit kemudian gue sudah turun lagi dan bergabung dengan mereka berdua di ruang tamu.

"Kok nggak ngabarin dulu?" tanya gue.

Mereka berdua saling lihat-lihatan sebelum bang Daffa menoleh ke gue, "sori yah Numa udah main ke sini tanpa ngabarin dulu. Kita nggak bisa datang soalnya semalam, ada urusan jadi baru bisa ke sini sekarang. Happy birthday yah?" bang Daffa berkata sambil tersenyum dan menyerahkan sebuah paper bag gede ke gue.

"Ya Allah bang, lo kesini mau ngasih hadiah aja? Di Jakarta kan bisa, besok juga gue udah balik kok."

"Kebetulan gue mau ketemu teman juga di sini. Ghaly juga katanya mau ngobrol sama lo."

Ponsel bang Daffa berbunyi, dan dia mengangkatnya setelah pamit sebentar untuk melipir ke teras depan. Bisa gue tangkap suara bang Daffa yang seperti sedang mengarahkan jalan ke rumah gue. Gue mengedarkan pandangan gue kemana aja, asal nggak ke kak Ghaly yang semenjak gue turun nggak mengalihkan pandangannya dari gue sama sekali. Tuhan tolong bisikin dong ini makhluk sebiji maunya apa?

"Ghal, gue jalan sama temen gue dulu yah? Ntar lo kabarin aja mau jemput dimana."

"Loh bang Daffa kemana?" tanya gue bingung.

"Kan tadi udah bilang ada janji sama temen. Titip Ghaly bentar yah?"

Dan kak Daffa pergi begitu saja meninggalkan gue dan kak Ghaly yang diselimuti suasana canggung. Kalau ada backsound-nya udah kedengeran pasti suara krik krik.

"Ehem, udah makan kak? Kalo belum makan bareng gue aja." ucap gue memecah hening.

"Udah kok tadi pagi sarapan. Mau jalan nggak?"

Ah iya gue lupa, dia orang yang selalu to the point malas sama yang namanya basa-basi. Dan nggak tau apakah gue yang terlalu kangen sama dia, atau gue punya banyak pertanyaan yang pengen gue tanyain ke dia yang membuat gue mengangguk menerima ajakan kak Ghaly.

Braga menjadi pilihan gue. Karena kak Ghaly bilang belum lapar jadi gue random mengajak dia ke art gallery, berjalan kaki menelusuri jalanan Braga sebelum akhirnya melipir ke Koffie Braga.

The Time I Was In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang