04. Terrorism

76 11 3
                                    

Setelah mengobati luka Arash, Willene dan Arash kembali lagi ke lobby. Nampak Sacra berbincang dengan beberapa staff sambil menunggu mereka.

"Orangnya udah ketangkep?" tanya Willene.

Sacra membalas,"Belum, orangnya berhasil lolos. Arash gimana? Perlu ke rumah sakit?"

"Udah aman, sekarang pulang aja, aku udah capek."

"Oke, Are you strong enough to drive, Arash? If not, I'll ask someone to replace you."

"It's okay, I can drive for you."

Tanpa menunggu lama mereka menuju mobil dan Arash menyetir dengan baik. Syukur lukanya tidak terlalu parah.

Di dalam perjalanan, Willene masih memikirkan penyerangan tiba-tiba tadi yang sebenarnya menargetkan Sacra namun meleset mengenai Arash. Apa mungkin wanita yang bertengkar dengannya di audiotorium tadi?

"Kamu abis ngapain di auditorium tadi?" tanya Sacra, memulai obrolan.

"Nonton acaranya," jawab Willene,"terus hampir ada kecelakaan pertunjukan, aku gantiin main piano," lanjutnya.

Alis Sacra terangkat sebelah,"kok bisa?"

"Karyawan kamu tuh, gak selektif banget sih milih orang, kesel banget! Udah gitu ngatain kamu lagi!" ujar Willene yang terlanjur kesal kembali teringat kejadian tadi.

"Ngatain aku kayak gimana?"

"Katanya kamu-" Willene berhenti tiba-tiba.

Sacra menunggu Willene melanjutkan dialognya,"Dia bilang aku gimana?"

"Kamu ... "

"... kamu ganteng."

Arash reflek melirik ke arah kaca spion yang mengarah pada majikannya di belakang. "It seems like Miss Willene's trick was to praise you." Arash tersenyum setelahnya.

"It's not like that!" balas Willene.

"Pokoknya dia bilang kamu yang nggak baik."

Sacra tersenyum simpul. Beberapa kemudian topik obrolan mereka kembali membahas kejadian di kantor pusat tadi.

"Orang tadi siapa, ya? Kamu gak ada curigain seseorang?" ucap Willene.

"Pasti orang yang sama, dia iri dengan Sacra dan berambisi merebut perusahaan. Selalu aja begitu, melakukan hal apapun demi niat jahatnya itu," jelas Arash.

"Pasti orang yang sama? Wait, maksudnya ini bukan pertama kalinya? Dan sebelumnya udah pernah kejadian?" tanya Willene antusias.

"Eh? Lah ... Arash bisa bahasa Indonesia?" lanjutnya.

"Bisa, sudah bertahun-tahun saya mengabdi untuk Tuan Sacra di sini, aneh kalau saya tidak bisa juga," kata Arash yang membuat Willene tambah kaget lagi.

"Ya, lagian kemarin ngomongnya bahasa Inggris terus sih," ucap Willene.

"Bahasa gaul juga saya bisa," imbuh Arash lagi membuat Willene menepuk keningnya keheranan.

"Yaudah deh, balik ke topik, ceritain semuanya. Aku mau tau," pinta Willene. Dia sangat ingin tahu tentang latar belakang Sacra dan perusahaannya yang dipimpinnya sekarang, Alaric Entertainment.

"English or Spanish?"

"Terserah." Willene menghembuskan napas kasar.

Dasar wanita ... jawabannya terserah.

"Perusahaan itu seharusnya dipimpin oleh anak dari pendiri sebenarnya, pak Rian, tapi hak itu justru dianugerahkan ke saya. Dari situ, anak pak Rian jelas tidak terima dan dia cukup lama mendambakan posisi saya sekarang," jelas Sacra.

 DESULTORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang