06. Willene hampir terluka

64 8 1
                                    

"Mengapa kamu bersedia menikahi pria lumpuh seperti dia? Kamu kan sempurna, kenapa memilih dia? Atau kamu hanya mengincar kekayaannya? Bagaimana tanggapan Anda Nyonya Willene?"

Pertanyaan gila. Bukan hanya merusak mood Willene saat mendampingi Sacra di atas red carpet. Seluruh raga yang hadir di sana ikut merasa risih karena ulah wartawan menyebalkan itu.

Tangan yang semula saling menggenggam itu akhirnya terlepas secara paksa. Willene mengangkat dress bagian bawahnya untuk mempermudahnya berlari meninggalkan panggung. Sementara Sacra, menatap lesu siluet punggung gadis itu yang pergi seorang diri, tanpa dirinya.

Keira yang menyempil diantara kru stasiun TV melihat kejadian itu, ia bergegas keluar dari kerumunan tuk menyusul Willene. Di sisi lain, Arash memasuki panggung dan membawa Sacra pergi dari sana, riuh suara mulut beserta kilau jepretan kamera kembali menyoroti.

"Willene pergi ke mana?" tanya Sacra pada Arash yang  tengah mendorong kursi rodanya.

"Aku lihat dia berlari menuju ballroom," jawab Arash. Senyum tersungging sekilas di ujung bibir Sacra.

"...dengan butiran air mata yang membasahi rona merah muda di pipinya," lanjut Arash, senyum Sacra tidak memudar, tetapi menyimpan makna tersendiri. Seperti dua hal yang dirasakan dalam satu waktu, kebahagiaan atau kesedihan yang mendalam, jauh di dalam sana, lubuk hati Sacra.

"SACRAAAA!! OM BULEEE!!" Keira berteriak dari jarak 2 meter sebelum sampai di dekat dua pria itu. Dia tiba dengan napas yang tidak beraturan.

Hosh

Hosh

"I have a name, I'm Arash." Arash merajuk beberapa detik. Arash memang bule, tapi bukan om-om, plis deh, Kei.

"Keira, ya?" Sacra memastikan, lalu dibalas anggukan gadis itu.

"Willene pulang duluan, tadi dia naik taxi," ucap Keira.

"Kenapa kamu biarkan dia pulang sendirian dalam suasana hatinya yang sedang buruk, Keira?" tanya Sacra membuat Keira merasa sangat ceroboh.

"Tadi mau gue temenin, tapi malah didorong pas mau masuk taxinya, terus habis itu gue nyari kalian ke sini."

"Kita susul Willene sekarang," titah Sacra.

"Gue ikut ya!" Keira tidak mau ketinggalan.

ㅡㅡㅡ

"Sudah coba dihubungi?" tanya Sacra pada Keira.

"Gak diangkat telpon gue! Pesan gue gak dibaca juga," ucap Keira yang semakin kesal.

"You look so nervous, what are you thinking? Nothing bad will happen to Willene, I'm pretty sure." Arash memberi dorongan menghalau pikiran buruk Sacra.

"Iya, ada madam kan di rumah? Aman dong," kata Keira.

"Justru itu, Keira, tidak ada siapa-siapa di rumah. Gerbang masuk dikunci ketat, Willene tidak memiliki akses masuk tanpa saya, Arash, atau madam. Dan, di sana gelap, lampu gerbang sedang tidak berfungsi."

"Kenapa gak lo kasih akses masuk juga woy! Arash ngebut, Rash!" 

"Saya sudah kasih, tapi ada di sini," imbuh Sacra sambil menunjukkan kartu akses milik Willene.

"Astaga, kebiasaan kalau ngambek ada aja kecerobohannya tuh cewek, ayo ngebut, Arash!"

"Ngebut, ngebut, kamu aja duduk gak safety gitu, nanti nyungsep nyalahin saya," kata Arash. Setelah itu, Keira cepat-cepat menghadap ke depan dan memakai seat belt.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 DESULTORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang