SENIN DAN MASANYA

555 102 7
                                    



Saat kita kehilangan orang yang kita cintai, jangan sampai kita kehilangan diri kita juga.

******



Senin dan upacara adalah waktu bersama yang kurang menyenangkan untuk Aderfia dan mungkin juga untuk murid yang lainnya.

Gerombolan motor itu berdatangan saat semua murid sudah mulai berbaris di lapangan untuk melakukan upacara di hari senin, mereka segera menuju ke parkiran untuk menaruh motor mereka.

"anjing, dihukum lagi." Lion bisa menebak apa yang akan terjadi setelah ini.

"udah biasa." timpal Nino.

"jangan dibiasakan." balas Lion.

Diantara mereka hanya Liam yang memasang wajah datar, semua secara bersama menatap Liam yang masih setia duduk di motornya.

"ayo, Li." Lion mengajak Liam untuk memasuki kawasan sekolah.

"come on, bro" ucap Nino berniat untuk menyemangati ketuanya itu.

"resiko jatuh cinta, kalau lo berani untuk jatuh cinta, berarti lo juga harus berani menerima senang dan sedihnya." kata Lion berjalan untuk mendekat ke Liam, "jangan terlalu dipikirkan, bukan jatuh cinta kalau nggak ada kecewanya."

"udah, ayo, woi..." ajak Gio, dia sudah berjalan lebih dulu dan sedikit lebih jauh dari tiga temannya itu.

Segera Liam turun dari motornya berjalan bersama Lion dan Nino menyusul Gio yang sudah lebih dulu ada di depan mereka.

Saat ingin menaiki tangga dan berniat tidak ikut upacara, tetapi usaha itu sia-sia karena pak Jabib berhasil melihat pergerakan mereka yang ingin naik ke lantai dua.

"Hey... hey..." panggil pak Jabib.

Secara bersama mereka menoleh ke arah panggilan itu, dan ternyata pak Jabib sudah ada di bawah tangga melihat mereka yang ingin naik.

"anjing." monolog Nino.

"Kalian berempat, baris di depan," ucap pak Jabib, "SEKARANG!"

"iya, bawel banget" balas Nino lalu bersama dengan tiga temannya berjalan menuju lapangan untuk baris di hadapan ratusan murid SMA Four Eight.

Seperti yang ditebak, mereka menjadi pusat perhatian murid yang sedang melakukan upacara, tak sedikit pasang mata menatap empat murid itu bari di depan.

Dua mata Liam tertuju pada satu perempuan dengan topi di kepalanya. Perempuan kesayangannya tetapi, bisa membuat Liam merasakan rasanya sakit dari jatuh cinta.

"Liam kenapa ngeliat lo serem gitu?" tanya Lana. Lana termasuk teman yang peka akan situasi.

Suara Lana berhasil mengganggu fokus Delyn untuk menatap Liam, "nggak tahu, chat gue dari kemarin nggak di balas."

"lagi berantem kalian?" tanya Trisha ikut campur dalam pembicaraan.

"nggak tahu, laki-laki susah untuk ditebak." ucap Delyn.

Puk.

Suara tepukan antara pundak Liam dan tangan Lion yang membuat Liam memindahkan arah pandangannya yang sebelumnya Delyn kini ke Lion.

"Selesaikan masalahnya, jangan hubungannya." bisik Lion di telinga Liam.

Liam tersenyum tipis, "aman."

ABOUT LIAM (Lilyn)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang