JANGAN HILANG DULU

433 98 17
                                    


Yang mengatur hatimu adalah dirimu, kamu tuannya, mau senang atau sedih, kamu sendiri yang harus menentukan.

*****



Liam berjalan memasuki markas dengan nafas yang tidak teratur, tangannya mengepal keras, wajahnya memerah menandakan jika dirinya sedang emosi.

Bugh.

Bugh.

"anjing." teriak Liam setelah memukul samsak yang ada di sana.

Suasana markas yang tidak terlalu ramai membuat teriakan Liam berhasil didengar oleh anggota Aderfia yang berada di dalam markas.

Lion, Nino, Gio secara bersamaan menghampiri asal suara yang berbunyi. Mereka berjalan cepat, khawatir jika ada hal yang tidak menyenangkan.

"Li, lo kenapa, anjing?" tanya Lion, selaku wakil ketua dari Aderfia.

"Tai lo semua!" ucap Liam menunjuk mereka bertiga yang ada di sana.

"lo semua," Liam menunjuk satu-satu, "keroyok gue, SEKARANG!!"

Mereka bertiga saling menatap bingung, Lion maju untuk mendekat ke Liam.

"Tenang, cerita, lo kenapa?" ucap Lion, tangannya mengelus pundak ketua, berniat agar Liam bisa untuk menenangkan diri.

Bugh.

Bukannya bercerita Liam justru memberi bogeman pada wajah Lion yang ada di hadapannya.

"heh, anjing, lo kenapa, dah?" Nino menolong Lion untuk bangun, Lion terjatuh karena bogeman keras yang diberikan oleh Liam.

"Stop, cok!" Gio segera menahan tangan Liam yang ingin memukul Nino.

"AAAKKKHHH!!" Liam mengacak-ngacak rambutnya, setelahnya melangkah ke ruang tengah yang ada di dalam bangunan itu.

Mereka mengikuti langkah Liam yang duduk di sofa, mereka hanya memandangi Liam yang sepertinya sedang ada masalah di hidupnya.

Laki-laki memang sulit untuk bercerita, kata orang. Tapi tidak ada salahnya untuk laki-laki bercerita, semua manusia di bumi juga tidak dilarang untuk bercerita, hanya saja laki-laki memiliki gengsi yang besar untuk cerita.

"Masalah keluarga atau masalah cinta?" tanya Gio, orang yang duduk di samping Liam.

"Cinta, kan?" Nino membalas.

"siapa yang harus disalahkan ketika orang sedang selingkuh?" akhirnya Liam mengeluarkan suaranya.

"Tamu nggak akan masuk, kalau pintunya tidak dibuka oleh sang pemilik." ucap Lion, bermaksud menanggapi pertanyaan yang keluar dari mulut Liam.


*****


"Makasih, ya, Ry." Delyn berterima kasih pada Larry karena sudah mengantar pulang hingga depan rumah.

Larry menaikkan alisnya, "udah nggak Liam lagi?"

"hehe, kan, nama lo Larry." ucap Delyn, terkekeh.

"ya udah, gue mau masuk dulu." ucap Delyn.

"oh, iya, silahkan." Larry mempersilahkan, "gue juga mau pergi."

"iya, hati-hati di jalan." kata Delyn, lalu menatap Larry pergi dari pekarangan rumah Delyn.

ABOUT LIAM (Lilyn)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang