Mau Nikah

0 0 0
                                    

Senja itu sangat indah. Burung-burung saling bertebangan untuk kembali pada induknya, dan daun-daun berguguran untuk menyambut senja yang sebentar lagi datang menghiasi langit. Cianjur adalah salah satu kota yang masih asri, dengan banyak pesawahan dan pepohonan di dalamnya yang membuat mata sejuk memandang. Tak heran banyak orang berkunjung, bahkan hingga menu di kota tersebut.


"Husna, ayo menepi sebentar! Aku mau lihat senja sore ini," ucap Zidan sambil memberhentikan sepedanya di pinggir jalan.

"Ya, aku juga mau melihatnya! Pasti sangat indah," jawab Husna.

Husna pun menarik tangan Zidan untuk duduk di pos ronda yang bertabrakan langsung dengan jalan raya dan pesawahan.

“Kita harus bersama sampai dewasa ya, biar nanti kalau kita sudah tua kita bisa saling mengingat tentang hari ini,” ucap Zidan.

“Tentu saja, Kau jangan khawatir. Kita pasti selalu bersama sampai menua,” seru Husna sambil memeluk anak laki-laki itu.

Muhammad Zidan Al-Ghifari, anak dari Mami Linda Anastasya dan Papi Reza Darmawan, adalah anak dari turunan pejabat terkenal. Siapa yang tidak kenal dengan Reza Darmawan, semua silsilah keluarganya menjadi para pejabat yang sukses di mana-mana. Jangan heran bila harta mereka tidak habis tujuh turunan.

Sedangkan Linda adalah anak dari seorang pebisnis kaya raya yang mana cabang perusahaannya berada di mana-mana.

Neng Husna Mutia, anak dari Mama Laras Rosalinda dan Papa Hadi Sanjaya, cukup beruntung karena sang ayah menjabat sebagai lurah abadi. Tidak ada yang bisa menandingi kebijaksanaannya dalam mengurus Desa. Beliau sangat dihormati oleh warga desa. Terlebih lagi, tak jarang bila warga ada saja yang menyisihkan sedikit hasil panen mereka bagi keluarga lurah tersebut. Istrinya adalah anak dari seorang kyai terkenal pada jamannya karena dikaruniai tingkat kesolehan yang jarang dimiliki oleh kyai lain, saking solehnya. Konon, sang kyai dapat mengunjungi Mekah hanya dengan menutup mata.

Zidan dan Husna adalah dua orang yang bersahabat semenjak TK hingga saat ini, berawal dari sering bertemu di taman komplek sampai sekarang saling mengintili di mana pun dan kapan pun. Entah di masa depan mereka akan tetap bersahabat atau tidak, karena yang mereka tahu mereka akan selalu mendukung dan melindungi apapun yang terjadi suatu saat nanti.

Sayangnya, mereka tidak tahu bahwa hari itu di mana kisah mereka dimulai, kisah di mana cinta habis di masa lalu itu nyata.

✨️✨️✨️

Laras mondar-mandir di depan rumah sambil mendumal karena sang anak yang belum terlihat tanda-tanda kepulangannya.

"Ini anak kemana sih, jam segini belum juga muncul batang hidungnya. Awas aja kalau dateng aku ceramahin sampe berbusa baru tau rasa," dumal Laras.

"Kamu habis dari mana sih?! Mama kan udah bilang kalau main itu ingat waktu, pulang jam 5. Bukannya pas mau magrib baru pulang!" kata Laras sambil berkacak pinggang ketika melihat sang anak yang baru saja membuka gerbang rumah sambil menaruh sepedanya asal saking ketakutannya pada amarah Laras.

“Maaf Ma, tadi aku sama Zidan lihat senja dulu makanya pulangnya telat,” jawab Husna menunduk dan memilin-milinkan tangan.

Laras yang melihat sang anak menunduk pun tak tega. Ia menghembuskan napas pelan sebelum melakukan pukulan yang menyamakan tingginya dengan Husna.

"Husna cantik, mama gak larang kalau Husna mau main sama Zidan tapi ingat waktu pulang ya nak... Jangan diulangi lagi ya sayang... Mama khawatir banget pas tau kamu belum pulang padahal udah mau magrib," ucap Laras sambil mengusap pelan tangan Husna.

“Husna janji gak akan ulangi lagi, Ma,” ucap Husna.

Tidak lama kemudian, suara motor sang kepala rumah tangga mulai terdengar memasuki gerbang.

"Assalamualaikum, Papa pulang... Loh, ini kenapa kalian keliatan mellow gini? Ada apa? Kok papa gak diajak?" ucap Hadi setelah memarkirkan motornya.

“Gak, Papa kok, mama tadi cuma nasehatin Husna yang telat pulang,” ucap Laras sambil mengambil tas sang suami.

"Owalah... Papa kira ada apa. Yuk masuk udah mau magrib ini ntar dua kesayangan papa ini diculik lohh sama hantu magrib. Iihhhh seremmm," ucap Hadi sambil menggiring mereka masuk rumah.

“Mana ada hantu, Papa. Lagian kita harusnya takut sama Allah bukan sama hantu,” jawab Husna dengan segala kecerdasannya.

Memang dalam keluarga itu ada Linda yang hobi mengomel, Husna dengan segala tingkah ajaibnya, dan Hadi dengan jiwa bijaksananya.

✨️✨️✨️

Sepasang suami istri yang tengah memadu cinta itu terhenti oleh teriakan sang anak yang mengganggu mereka.

"PAPAAAAA MAMAAA TEMENIN AKU TIDUR. AKU TAKUT HANTU MAGRIB YANG DIBILANG PAPA ITU IKUT KE MIMPI AKUUU."

“Papa yang temenin yaa, biasanya Husna kan cepet tidur kalau papa yang temenin,” pinta Laras sambil membenarkan posisi untuk tidur.

"Tapi maa—" Bantah Hadi.

"Gak ada tapi-tapian pokoknya kamu yang temenin dia tidur. Mama capek. Mau tidur duluan," keukeuh Laras.

Hadi pun memilih untuk berpakaian dan berdiskusi dengan Husna.

“Papa kan bercanda waktu ngomong ada hantu magrib,” ucap Hadi pada Husna sambil merenggut kesal pada saat mereka sudah berada di atas kematian Husna.

"Tapi kalau beneran ada kan seremmm paa," balas Husna menakuti balik.

Hadi akhirnya memutuskan untuk membacakan dongeng Cinderella yang berakhir menikah dengan beruang berkedok pangeran. Sesekali ia melihat sang anak yang ternyata belum juga menguap. Mengapa sesulit ini menidurkan bocah itu, tidak seperti biasanya Husna lama tidurnya.

“Pa, kalau aku udah dewasa aku mau nikah sama Zidan,” ucap Husna setelah mendengarkan nyanyian Ayah membaca dongeng.

“Kamu ini masih kecil sudah berpikir mau nikah aja,” balas Hadi sambil menatap sang anak. Tak habis pikir ia pada sang anak. Ada saja ide ajaibnya. Jangan-jangan selama ia membacakan dongeng Husna malah berkhayal tentang kisah cintanya bersama Zidan.

"Pokoknya aku mau nikah sama Zidan!" Keukeuh Husna.

“Iya iya, sekarang kamu tidur dulu biar besok gak kesiangan berangkat sekolah,” ucap Hadi sambil menarik selimut dan mengusap pelan kepala Husna.

Hadi terus mengusap-usap kepala Husna sampai anak itu tertidur pulas.

"Selamat tidur, anak papa."

Hadi pun mencium kening Husna dan meninggalkan kamar anaknya untuk tidur bersama sang istri. Dalam hatinya ia mengucapkan semoga anaknya tidak cepat tumbuh dewasa karena ia rasa ia akan sangat rindu pada tingkah ajaibnya.

*JANGAN LUPA VOTE YAH GAISSS

Ruang KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang