Pasar Malam

3 0 0
                                    

"PAAA AYO CEPETANNN NANTI KEBURU SELESAI KONSERNYAAAA." Teriak Husna yang telah berdiri di jok paling depan sambil berpegangan pada stang motor.

Ya, mereka akan pergi ke sebuah konser yang ada di desa sebelah. Bukan konser musik yang biasa ditonton anak muda jaman sekarang. Tapi konser yang di dalamnya terdapat banyak wahana yang bisa dimainkan oleh anak-anak maupun orang tua. Ditambah banyak makanan yang dijual, hal itulah yang membuat banyak orang termasuk Husna tertarik untuk pergi ke sana.

Tadinya mereka berencana untuk pergi bersama Laras, tapi karena Laras sedang tidak enak badan maka hanyak anak dan ayah itu yang lergi ke konser.

"Iya adee sebentar, konsernya gabakal ilang ko." Ucap Hadi setelah pamitan pada istri tercintanya yang tengah meringkuk.

"Ya Allah...Adeee ngapain berdiri di paling depan kan ade udah besar mana bongsor lagi." Keluh Hadi yang kaget melihat kelakuan anaknya.

"Papa gabole body swimming. Ade berdiri di depan biar kerasa udara semriwingnya papaaaa." Balas Husna sambil mengibas-ibaskan rambutnya ke atas dan bawah.

Hadi yang tak kuat melihat kelakuan anaknya pun langsung mengidupkan motornya dan pergi ke pasar malam.
Mereka pergi naik motor. Kalau ditanya kenapa? Jawabannya karena Hadi selalu mendidik anak dan istrinya untuk selalu bersikap sederhana meskipun mereka terlahir dengan banyak harta.
Mobil hanya akan dipakai dalam keadaan darurat atau jika mereka akan pergi ke pesta.

"Aaaaaaaa whaaaaaaaa bwaaaaaaa." Suara Husna yang menepuk nepuk tangannya pada mulutnya selama perjalanan. Hadi cuma geleng-geleng melihatnya.

Setelah memarkirkan motornya, ayah dan anak itu mencoba banyak wahana mulai dari kincir angin hingga perahu besar yang bergerak ke atas dan bawah.
Hadi yang melihat kesenangan anaknya pun terpaksa menuruti sang anak untuk menaiki hampir semua wahana. Dia rela menahan ketakutannya di tiap wahana.

"Udah ya dek, papa gak berani kalo harus naik lagi yang diputer-puter itu. Nanti kalo papa puyeng siapa yang mau nganter kamu pulang?! Ucap Hadi pada Husna ketika sang anak itu meminta untuk naik wahana kembali.

"Cemen papa. Masa naik gituan doang papa udah puyeng sihhh. Liat dong Husna udah kayak iron men berani mencoba semua wahana." Balas Husna sambil memeragakan gaya ironmennya.

Husna memang anak yang berbeda. Ia cenderung lebih hyperaktif daripada anak-anak lainnya. Di saat orang lain takut untuk mencoba sesuatu, ia malah penasaran dan memilih untuk mencoba banyak hal untuk memusnahkan kekepoannya itu.

"Iyadehhhh papa ngaku kalah, kita pulang aja yuk." Ajak Hadi

"Wahhh pak kades juga ke pasar malam ya." Sapa Linda mama Zidan yang memotong percakapan ayah dan anak itu.

"Biasa bu, saya nemenin si kancil hehe." Balas pak kades sambil menusap-usap rambut Husna.

Husna pun memanyunkan bibirnya sambil berusaha mengangkat tangan ayahnya dari rambutnya.

"Pak kades inii bisa aja. Bu kades gak ikut pak?"

"Kebetulan sedang meriang bu."

"Duh kayaknya Husna mau punya adik  ya pak hehe."

"Tante, Zidan nya mana?" Tanya Husna memotong pembicaraan orang dewasa itu sambil celingak celinguk mencari besti jametnya itu.

"Ada ko, tadi Zidan pamit beli arum manis sama papinya."

"Ouh gitu ya, pa aku mau susul zidan ya." Pinta Husna yang langsung kabur terbirit-birit menyusul Zidan tanpa mendengarkan jawaban Hadi terlebih dahulu.

"Mari kita susul bu."

"Ya, mari."

Suasana konser yang ramai membuatnya kesulitan mencari temannya itu. Ia bingung mau lanjut tidak tahu mau ke mana mau mundur pun ia lupa di mana tempat ayahnya tadi berhenti. Setelah berkeliling mencari Zidan, Husna pun menemukannya yang sedang duduk bersama papinya di kursi panjang yang tak jauh darinya.

" Fyuhhh Halo om dan zidan." Sapa Husna ngos-ngosan sambil membuang nafasnya.

"Halo Husna." Sapa keduanya.

"Wahh kayaknya enak tuh, bagi dong." Pinta Husna sambil menjilat bibirnya.

"Zidan, papi samperin mami dulu ya. Kamu makan berdua sama Husna." Ucap Reza.

"Oke pi." Balas Zidan sambil mengacungkan jempolnya.

Kedua orang tua mereka bertemu di jalan dan mengobrol di kursi lain sambil memerhatikan anak mereka.

"Mereka lengket banget ya. Dari jaman tk selalu pengennya berdua. Ngalahin kebucinan orang dewasa aja." Ucap Hadi sambil terkekeh geli melihat sang anak menyuapi arum manis pada sahabatnya itu.

"Betul pak kades, mereka kayaknya emang udah sepaket deh." Balas Reza.

"Gimana kalo kita jodohin aja pi?!" Saut Linda tiba-tiba yang sontak membuat para lelaki itu menggeleng-gelengkan kepala.

Kalo Zidan sama Husna digabung yang ada makin nambah personil tukang ngelawak and jail. Hihhhh membayangkannya saja sudah membuat para lelaki itu merinding.
Sebenarnya kalo memang Husna dan Zidan pin dijodohkan tidak masalah karena keduanya berasal dari keluarga terpandang dan terhormat. Kedua keluarga itu banyak disegani oleh banyak orang atas kebaikan mereka.
Tapi ini bukan perkara biasa. Mereka para ayah hanya ingin jika anak mereka bisa menikah dengan oramg yang tepat, yang bisa mencintai anak mereka dalam keadaan apapun.

"Mereka lagi ngomongin apasih dan? Apalagi si papa sambil ketawa ngakak gitu." Ucap Husna yang sedang menyuapi arum manis ke Zidan begitupun sebaliknya.

"Kwayanya mewrwka lagi bahas bagaimana caranya membuat adik untuk kita." Balas Zidan kesulitan menjawab lantaran arum manis yang disuapkan oleh Husna terlalu besar.

"Yang benar kamu?! Gak gak aku gak mau punya adik! Ntar gimana kalo aku gak disayang mama papa lagi?" Husna panik sambil misah misuh tidak jelas.
Zidan yang melihatnya pun langsung menenangkannya.

"Punya adik itu enak Husna, nanti kamu bisa main sama dia."

"Huhh pokoknya gak mau titik."

Lagian bagaimana mungkin kedua orang tuanya mau membuatkan dirinya adik wong kelakuan dirinya saja mampu membuat Hadi dan Laras kelimpungan. Pikir Husna.

*JANGAN LUPA VOTE YAH GAISSS

Ruang KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang