"Sebagian dari mereka, menyamarkan deru tangisan dengan gema tawa yang riang. Padahal luka paling menyedihkan adalah saat seseorang tak punya kesempatan untuk menyuarakan tangisan atas luka-lukanya."
— Atala.
Atala dan Bella kini sudah sampai di Kantin, di Kantin sudah ada Arvan, Kenzo, Aldi. Atala dan Bella pun ikut duduk bersama mereka dan segera memesan makanan. Lebih tepatnya mereka lebih memilih untuk makan nasi goreng dan es teh saja.
Setelah menunggu beberapa saat makanan pesanan mereka pun sampai. Arvan terus menatap Atala, dirinya sangat kagum dengan paras cantik Atala. Kenzo pun ikut menatap Atala. Yang merasa terus di lihat pun bingung. Atala mengalihkan pandangannya dari makanan yang ia santap. Manik matanya langsung bertemu dengan mata Kenzo, lalu beralih menatap Arvan yang juga menatapnya.
"Kok jadi gini yah." Batin Atala saat saling bertatapan dengan Arvan.
Ah tidak Atala menepis jauh perasaan itu,ia hanya akan fokus belajar untuk membuktikan dirinya juga bisa seperti Aleta dan Marvel.
Kini mereka kembali sibuk dengan makanannya masing-masing. Bianka yang tiba-tiba berjalan menuju tempat Atala, ia tersenyum sinis dan langsung menuangkan minuman jeruknya diatas makanan Atala. Semuanya sontak kaget atas apa yang dilakukan Bianka.
"Lo da gila yah Bianka." Kenzo berdiri dan menatap Bianka tak suka.
"Wahh Kenzo, bukannya kamu sekolah di Jakarta yah?" Bianka tidak peduli atas tanggapan Kenzo terhadap perbuatannya tadi. Ia tak percaya bahwa Kenzo akan satu sekolah dengannya.
"Lo liat gue disini,berarti gue sekolahnya disini." Jawab Kenzo dingin.
Dia tak habis pikir dengan Bianka yang tak pernah berubah. Dulu Kenzo dan Bianka juga Arista satu sekolah sejak SD, SMP bahkan hingga SMA."Biasa aja kali Ken."
"Lo kenapa lakuin hal kayak tadi ke Atala?" Kini Arvan yang berdiri dan bertanya.
"Karena dia pantes digituin." Ucap Bianka dengan senyum sinisnya.
"Lo punya masalah apa sih sama Atala, dari kemarin cari hal terus." Bella semakin geram dengan kelakuan Bianka.
Sementara Atala hanya diam, dia semakin bingung dengan situasi sekarang. Kini Atala hanya bisa menatap Bianka dingin seolah ada perasaan marah yang tak dapat ia ungkapkan.
Bagaimana tidak, orang yang nggak kita kenal dengan seenaknya menindas dan Selalu beralasan ingin balas dendam. Aneh bukan?
"Oh No. Tatapannya biasa aja donk. PEMBUNUH." Bisik Bianka tepat di samping Atala.
Atala hanya diam mematung dia sendiri tidak mengerti apa yang gadis itu ucapkan. Pembunuh, siapa yang dia bunuh.
"Kamu gila?" Atala menatap Bianka penuh amarah. Untuk saja ia masih bisa mengontrol emosinya jika tidak ia akan menampar wajah gadis dihadapannya itu.
"Kamu yang gila." Sarkas Arista yang sedari tadi hanya diam.
Mereka semakin bingung apa yang Bianka katakan, mereka tidak mendengarnya karena Bianka hanya membisikkannya pada Atala. Melihat ekspresi wajah Atala yang seolah kaget,bingung,marah membuat mereka hanya saling memandang seolah-olah bertanya satu sama lain namun sama-sama tak menemukan jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atala [ REVISI ]
Teen FictionKisah Atala yang hidupnya penuh luka. Kalian tau bagaimana rasanya dibuat terluka oleh orang-orang yang kita anggap rumah. "Apakah kalian pernah merasakan hal yang paling menyakitkan, yaitu Disalahkan saat kita bersuara atas rasa sakit". " Dianggap...