Bagian 26

57 4 0
                                    

"Kenapa malu karena cengeng, patutnya kamu bersyukur, kamu masih tahu cara untuk menggambarkan kesedihan kamu. Bukan malah berpura-pura baik-baik saja di depan semua orang. Memakai topeng itu berat, biar gue aja."

—Megumi Anseena (punya cita cita jadi dilan versi cewe)

***

"Lo kesepian gak sih, Na?" tanya Seena pada Queena yang tengah asik memakan ciki-nya.

"Kesepian kenapa?" bukan Queena melainkan Aluna ikut bingung dengan pertanyaan yang di lontarkan sahabatnya itu secara tiba-tiba.

"Ya, Queena 'kan anak tunggal kaya raya, gak punya saudara kayak kita"

"Ngapain kesepian? Gue tiap hari di temani duit gue tuh" kata gadis itu meroket.

"Hehe, bercanda. Kesepian karena gak ada saudara sih tentu iya, tapi untuk kasih sayang orangtua, gue gak kekurangan sama sekali, sesibuknya mereka, mereka selalu ingat peran mereka kok. Tapi ya, tetap aja saudara dan orangtua tuh beda perannya menurut gue" curhat Queena.

Ah, jarang sekali mereka deep talk seperti ini. Tapi, ini perlu dilakukan untuk mengetahui lebih dalam tentang sahabat atau teman kalian, keluarga dan saudara juga.

"Kalau lo kesepian, yaudah angkut gue jadi saudara lo. Nanti kita bisa habisin duit bareng-bareng" ucap Aluna tanpa malu.

"Udah di kasi bokap tajir, bukannya bersyukur malah menjadi" cibir Seena

"Iya deh. Enak juga yak, sekarang bisa hidup enak, gak kayak dulu harus terbebani, tiap hari kepikiran hari ini bakalan di pukul atau engga. Berkat bestie gue ini, gue bisa baikan lagi sama bokap gue" ucap Aluna sambil merangkul Seena.

Hubungan Aluna dan keluarga Wijaya memang sudah membaik. Jika dulu Aluna selalu di cap anak haram, sekarang justru gadis itu di perlakukan bak putri kerajaan dalam serial kartun.

Tentunya kita tidak lupa dengan perjuangan Seena yang rela menarik rambut pengusaha terkenal yang berstatus sebagai Ayah Aluna itu, hanya untuk membuktikan bahwa Aluna benar putri dari keluarga Wijaya.

"Jasa gue harus lu ingat sampai metong. Soalnya gue suka ngungkit kebaikan gue" gurau Seena.

"Sama Aluna lo berjasa banget, giliran sama gue ngutang mulu" sarkas Queena membuat mereka bertiga tertawa.

Beginilah cara Seena mengembalikan moodnya. Walaupun setiba di rumah nanti, ia akan badmood lagi, tapi setidaknya hari ini dirinya sudah puas tertawa bersama kedua sahabatnya.

***

Seena mendudukkan dirinya di taman belakang sekolahnya. Gadis itu bingung ingin bereaksi seperti apa, fakta yang ia temukan sewaktu di ruang bawah tanah masih terus bersarang di kepalanya.

Gadis itu menghela nafasnya lelah. Entah kapan kehidupannya akan mendapat titik terang yang membawanya dalam kebahagiaan yang kekal.

"WOI"

Seena tersentak kala mendengar teriakan seseorang dari arah belakang. Ia menoleh dan mendapati kakak sulungnya tengah berkacak pinggang sambil menatapnya remeh.

"Bolos lo? Gue lapor ke Ayah, ah"

Lagi dan lagi Seena hanya bisa membuang nafasnya untuk kesekian kalinya. Gadis itu beranjak dari duduknya dan segera menghampiri pemuda itu.

JEJAK LUKA || Slow updateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang