i just wanted

104 9 0
                                    

Jay suka cuaca sore ini, mendung. Sesuai dengan isi hati dan pikirannya. Jay sedang berada di teras sambil meminum teh hangat, makin kerasa vibes galaunya.

Jay gak stres, kok. Cuma gak tahu lagi butuh apa. Jay kangen. Kangen ngerasain dicintai sama orang. Ia sadar bahwa dirinya tidak sempurna, ia galak--teman sekelasnya banyak yang mengakui itu. Jay jadi gak yakin bakal dapet orang bener-bener sayang sama dirinya seorang. Tapi, Jay mau dan itu mimpi Jay. Salah satu cita-citanya.

Terlampau insecure bisa dibilang. Selalu ngerasa gak pantes buat orang lain. Lebih tepatnya orang lain itu orang yang ia suka. Jay gak mau pacaran sama orang yang gak ia sukai. Nanti, bawaannya canggung dan Jay gak suka suasana canggung. Makanya sampai sekarang statusnya masih jomblo padahal ada yang mau.

"Hujan, please ... bawa perasaan ini pergi."

Jay suka Jungwon karena visualnya. Ia tidak denial. Akhir-akhir ini Jungwon jarang ke luar kelas. Tidak bisa dipungkiri bahwa dibalik muka garangnya yang tampan, dia juga menggemaskan.

Dulu, Jay kalau naksir orang. Ya ... orangnya cuek aja, walau ia tatap. Makanya, gak pernah ada kemajuan kisah percintaanya itu. Tapi, kalau sama Jungwon gak berlaku. Saat Jay ingin melihat apa yang sedang crush-nya lakukan, Jungwon pasti mempertemukan mata mereka.

Jujur, ia suka. Tapi, tidak berani ditatap lebih lama, jadi ia memutus kontak matanya duluan. Jay takut, gak aman buat hatinya. Semoga ngelupainnya cepet, gak sampai setahun.

"Lo naksir Kakaknya, ya?"

Jay sedang berdiri di depan Chanyoung yang sedang duduk di depan kelas.

"Kok, lo tau?"

Sebelumnya, Jay sempat ada acara deep talk sama Chanyoung. Jay meluapkan bagaimana pandangannya terhadap Chanyoung. Mengira ia tidak bisa dipercaya, ember, gak bisa jaga rahasia. Jay marah, tiap curhat ke dia, Jay ngerasa Chanyoung cerita lagi ke Beomgyu. Sedikit informasi, ada rumor sejak kelas sepuluh, Beomgyu itu naksir Jay.

Tapi, Chanyoung bantah hal itu. Meyakinkan Jay bahwa ia bisa dipercaya. Di saat itu, Jay mulai percaya lagi pada Chanyoung.

Jay cerita kalau sekarang ia lagi naksir kelas di depannya. Cuma bilang si kembar, gak ngasih tahu kakak atau adiknya.

"Hati-hati aja, dia banyak deket sama cewek.

"Cewek?"

"Ya, walaupun pilih-pilih."

Jay hanya mengangguk. Ya ... wajar toh? Orang seganteng itu gak deket sama orang cantik? Rugi dong. Kalau Jay jadi Jungwon, ia juga mau deket sama banyak cewek cantik.

Jay melangkahkan kakinya ke depan kelas XII IPS 3. Ia mencari sosok sahabatnya yang akan pergi ke lapangan untuk mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

"Sunghoon!"

"Eh, iya, Jay? Kenapa?" Sunghoon yang baru ke luar dari kelas menghampiri Jay sendirian.

"Itu, gue mau nanya. Tempat lo duduk di sebelah mana?"

Sunghoon menatap isi kelasnya lewat jendela, "di meja ke-tiga dari kanan, deket meja guru," ia menunjuk tempat yang dimaksud.

Jay ikut melihat arah pandang Sunghoon, ada tas di atas mejanya. Sunghoon sering membawa banyak tas ke sekolah.

"Lo duduk di kiri?" Tanya Jay tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Iya, emang kenapa, Jay?"

Jay menggeleng, "gak apa-apa, gue pengen tau aja. Lo mau ke lapangan, kan?"

Sunghoon mengangguk.

"Yaudah, gue balik ke kelas dulu, ya? Dah," Jay melambaikan tangannya.

Sunghoon juga membalas lambaian tangan Jay sambil tersenyum. Setelah Jay pergi, Sunghoon mengintip seseorang dari balik jendela.

"Cepetan, Juan! Gue tinggal lo kalau lama!"

"Iyaa, tunggu bentar."

Juan berlari dari dalam kelas menghampiri Sunghoon yang sudah mengerutkan dahinya akibat kesal lama menunggu.

Memastikan kelas XII IPS 3 kosong, Jay berjalan ke kelasnya sambil membawa susu kotak dan pocky dengan note di atasnya.

Jay menaruh semua itu di bawah mejanya agar tidak terlalu mencolok. Jujur, kolong meja Sunghoon sebenarnya agak penuh, tapi masih muat buat makanan yang ia kasih ke orang yang duduk di kursi ini.

Selesai dengan misinya, Jay kembali ke kelas. Sudah biasa saling support satu sama lain. Banyak yang bilang juga kalau skinship mereka terlalu berlebihan sebagai sahabat. Jay pernah mengeluhkan itu pada Sunghoon, tapi Sunghoon biasa saja.

Sunghoon bilang, "kita yang ngejalanin. Kok, orang-orang yang repot? Gak usah didengerin, Jay."

Jay mengangguk mendengar jawaban Sunghoon saat itu. Memang cara mereka bersahabat terkadang membuat orang lain berpikir aneh. Karena kebanyakan orang di sekitarnya tidak begitu.

Sunghoon yang clingy suka bertingkah menggemaskan dan Jay yang physical touch sering menyentuh Sunghoon duluan.

Jay sayang Sunghoon selayaknya teman dekat. Walaupun Jay sering menyebutnya adek, tapi ia merasa dirinya dan Sunghoon sepantaran.

Hanya saja, terkadang Jay ingin bersikap lebih dewasa dari Sunghoon. Namun, pengalaman Sunghoon jauh di atas Jay.

Dulu, Sunghoon sering bercerita pada Jay tentang Jungwon dan Juan. Di mana Jungwon yang mengajaknya pergi ke luar kota untuk mendaki gunung. Jungwon ini temennya banyak karena sudah berbaur. Bahkan, gurunya saja curiga dengan kedekatan si kembar dengan Sunghoon.

Apa-apa pasti maunya sama Sunghoon. Jadilah ia kena ledek. Jay mikirnya kalau itu semua karena si kembar emang suka sama Sunghoon. Jay mendukung selama anaknya mau.

Tapi, Sunghoon menyukai orang lain.

Setelah jam pelajaran berganti. Kali ini, kelas Jay yang akan ke lapangan. Sedangkan XII IPS 3 dan yang lain kembali ke kelasnya.

"Jay, mau ke lapang kapan?"

Jay menoleh pada Jisung yang berada di sampingnya, "bentar lagi, yang lain juga belum pada ke luar."

Jay masih berkutat dengan pulpen dan bukunya. Ada tugas menyalin materi video. Sedikit lagi Jay selesai.

Setelah selesai, Jay menutup bukunya. Lalu, ia menyimpan ponselnya di dalam tas. Jay berdiri, ia berjalan bersama Jisung ke luar kelas.

Dirinya menatap Jungwon yang sedang berganti baju bersama teman-temannya yang lain. Oh, yang benar saja? Memang masih jam pelajaran, jadi tidak ada yang berlalu lalang di depan kelasnya. Tapi, jendelanya tidak gelap, lho. Jay bisa melihat jelas tubuh Jungwon yang ... errr ....

Sebelum dipergoki oleh yang sedang ditatap. Jay dan Jisung segera pergi menuju lapangan.

"Kayaknya, kalau diliat dari deket lebih seru."


















tbc

Light [wonjay] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang