we're gonna fly

114 15 2
                                    

Juan bisa melihat ketulusan di mata Jay, tapi Jungwon tidak pernah menatapnya. Untuk kunjungan ke rumah Jay beberapa hari yang lalu, sebenarnya, ia inisiatif sendiri. Juan bertanya pada Sunghoon, karena yang Juan tahu, Jay dekat dengan Sunghoon. Tentu saja Juan meminta Sunghoon untuk merahasiakannya.

Setelah diberi tahu, Jay tetap mendekati Jungwon. Juan percaya pada Jay. Dibalik sikap Juan yang menjengkelkan, ia peka terhadap keadaan sekitar.

Jungwon tidak pernah memberitahu Juan apapun. Juan hanya pernah memergoki Jungwon tengah bertukar kabar dengan seseorang yang bernama Jay XII IPA 4--alasan Jungwon selalu mengecek ponselnya beberapa kali.

Juan berusaha untuk tidak terlalu ikut campur dalam urusan kakaknya itu. Dia tahu apa yang terbaik untuknya, Jungwon sudah besar. Dia bisa mempertanggung jawabkan apa yang ia perbuat sekarang di masa yang akan datang. Seharusnya.

Jay masih menanyakan keseharian Jungwon lewat chat. Salahkan hatinya tidak mau berhenti. Otak pun mengalah, tidak bisa mengerti apa yang diinginkan oleh hati.

Jay bersikap seolah tidak ada yang terjadi hanya di chat. Di kehidupan nyata, Jungwon tidak pernah memperhatikannya. Karena mereka bertemu hanya saat sedang bersekolah saja.

Jungwon duduk bersama teman sekelasnya, menunggu pembagian surat kelulusan yang akan dibagikan oleh wali kelas. Jay berada di seberang, tengah berpelukan dengan Sunoo. Sudah lama mereka tidak bertemu karena jarak rumah yang tidak dekat.

"Masih merhatiin si Jay aja, Won."

Jungwon melirik temannya yang berucap seperti itu.

Jungwon mengernyit heran, "sejak kapan gue merhatiin dia?"

"Lah, itu, kan, anak yang lo liatin di perpus dulu. Pas kelas sepuluh, inget kagak lo? Jangan-jangan lo lupa lagi."

Jungwon menggeleng tidak tahu. Ia tidak mengingat wajahnya karena saat itu Jay memakai masker. Ya ..., saat ini, Jay juga pakai masker, sih. Tapi, jenis maskernya beda.

"Lo duluan yang kepo padahal."

Jay masih merasakan antusias sendirian. Ia sudah jatuh terlalu dalam, hatinya pengap. Ia butuh udara segar. Jungwon tidak pernah sedikitpun berubah. Sikapnya tetap sama.

Mereka benar-benar berteman baik. Walaupun hanya Jay yang selalu menanyakan kabar. Ibaratnya, Jay seperti menanyai seorang idola. Bahkan, idolnya pun tidak seperti ini. Idol yang Jay sukai selalu menanyai kabar penggemarnya, mendapatkan feedback. Sungguh berbeda dengan Jungwon.

Saat pengambilan ijazah, tidak Jay sangka ia bertemu dengan Jungwon--orang yang selama ini menjadi dambaan hati. Jay tidak bisa menghilangkan Jungwon dalam pikirannya. Setiap hari selalu saja terpikirkan nama dan wajah Jungwon.

Tapi, Jungwon enggan menatap. Begitu pula Jay. Jay hanya bisa menatap Juan. Tidak bisakah Jay mengobrol dengan Jungwon lagi? Ia hanya bisa menatap punggung lebarnya. Jungwon memakai baju pendek berwarna hijau tua. Laki-laki paling tampan di dunia ini menurut Jay.

Walaupun wajah Juan dengan Jungwon mirip. Tetap, Jungwon yang paling tampan di matanya. Diam-diam Jay tersenyum. Ia sangat merindukan Jungwon. Suaranya, cara berjalannya, bagaimana dia berbicara dengan orang lain.

Jay rindu.

Bisakah ia menyerah?

Hati Jay sudah tidak sanggup. Terlalu banyak ia menangis.

Jay bahagia ketika Jungwon membalas pesannya. Jungwon selalu memberikan respon yang cepat. Jay selalu tersenyum dan merona saat Jungwon mengirimkan pesan.

Namun, lama-kelamaan Jay merasa ada yang berubah. Typing Jungwon terkesan lebih dingin tanpa ia tahu alasannya apa.

 Typing Jungwon terkesan lebih dingin tanpa ia tahu alasannya apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Light [wonjay] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang