.
.
..
.
.
.
.
."Selamat malam, hadirin sekalian! Malam ini, akan menjadi malam yang panjang dan juga menegangkan! Di pertandingan kali kita semua akan menjadi saksi pertarungan antara 2 pilar kekuatan. Di sisi kiri saya, seorang yang haus darah–" kamera menyorot ke seorang pria bertubuh besar yang tampak percaya diri, setengah wajahnya tertutup topeng. Giginya di ukir sedemikian rupa hingga tampak menjadi runcing bak seekor macan. "–Yang paling kuat! Yang paling sadis tahun ini! Kita sambut sang Alex!" Sahutan terdengar riuh, semua pendukung bersorak.
"Namun ... lawan Alex tidak mudah, telah menjadi juara selama 4 musim tanpa ke kekalahan. Sosok pria yang begitu penuh ambisi dan tak kenal takut! Mari kita sambut Loey!"
Dukungan untuk Loey terdengar lebih ramai, siapa yang tak kenal akan sosoknya. Seorang petarung tangguh yang selalu membuat penonton terpukau akan gaya bertarungnya. Loey melemaskan lehernya lalu kemudian menghirup napas agar menjadi lebih tenang, kali ini seperti malam-malam sebelumnya. Loey tidak boleh kalah, harus tetap menjadi yang pertama di posisinya. Orang itu telah berkorban banyak hingga dia berada di posisinya yang sekarang, Loey tidak akan membuatnya kecewa.
Bunyi bel ronde pertama dibunyikan, kedua petarung sama-sama mengerahkan kemampuan terbaiknya. Alex adalah pendatang baru yang memliki kemampuan, Chanyeol sempat beberapa kali tersudut namun keadaan itu bisa kembali ia kuasai. Terus begitu sampai akhirnya di ronde ke 5 Alex benar-benar tumbang tak bisa berkutik lagi. Loey lagi-lagi membuktikan kemampuannya sebagai seorang juara.
Semua sorakan dari pendukungnya terdengar di telinganya yang lebar, Loey tersenyum senang lalu matanya menatap ke arah tribun di mana sosok itu berada.
Mata mereka bertemu, Loey bisa melihat wajah cantiknya bahkan dari jarak yang cukup jauh. Begitu mempesona, hingga membuatnya jatuh begitu dalam.Si juara telah kembali ke kamarnya, hal yang pertama ia lakukan adalah melepaskan pakaian atasnya dengan kaos hitam tanpa lengan yang mampu menampilkan otot tangannya yang gagah.
Dia tidak suka kamar yang terang, hanya satu lampu tidur yang masih menyala, jika tidur pun pasti ia matikan. Pintu kamarnya di ketuk, tapi yang bergetar bukan hanya pintu, hatinya juga. Ketika pintu perlahan-lahan mulai terbuka sepenuhnya, ia menelan ludah.
Ia datang.
Loey berdiri saat sosok cantik itu menutup pintu, bahkan di pencahayaan yang minim dia masih sangat mengagumkan. Tubuhnya terlihat ramping dengan celana bahan hitam dan juga kemeja putih yang ia masukan kedalam.
"Selamat untuk kemenangan mu, Chanyeol."Chanyeol suka bagaimana cara dia memanggil namanya, kali ini dengan nama asli. Di mana hanya dia yang mengetahuinya.
"Terima kasih. Saya melakukannya untuk Anda."