Sebelum Salju Pertama

212 26 5
                                    

.
.
.



Sebelum Salju Pertama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum Salju Pertama

By

Anonymous

.
.
.



Surai hitamnya terayun pelan mengikuti arah angin, diterpa dinginnya malam ‘tak membuatnya merasa gentar.

Bibir tipisnya meloloskan beberapa helaan napas panjang yang terdengar begitu melelahkan.

Dia, Oh Sehun, matanya menatap seseorang yang jauh di sana dengan tatapan sendu. Tidak lelah kakinya berdiri di sebuah ujung halte memperhatikan seorang pemuda yang jauh dari jangkauannya, tengah bersenda gurau dengan wanita yang tidak dia tau siapa namanya.

Tiga puluh menit berdiri kokoh ‘tak tergoyahkan, sendi-sendinya lama-lama melontarkan protes. “Pegal jug.” Dia berujar sendiri sembari mencari objek yang bisa dijadikan tempat bersandar.

Bibir tipisnya terkekeh pelan. “Seharusnya, bahu kokoh Park Chanyeol bisa menjadi sandaranku, kan?”

Benar, harusnya bahu kokoh tegap itu menjadi sandarannya.  Harusnya, harusnya, seandainya takdir berjalan sesuai dengan keinginan manusia, maka Sehun harusnya bahagia dengan takdir pilihannya.

Park Chanyeol yang ada dalam bingkai pandangannya sekarang adalah orang lain. Orang yang bahkan tidak mengenal dirinya. Kalau boleh bertindak gila, mungkin Sehun sudah berlari kedalam pelukannya dan mengatakan, “Park Chanyeol, aku kekasihmu tujuh ratus tahun yang lalu. Ayo kembali bersama-sama.” Akan tetapi, Oh Sehun masih waras. Dia tidak ingin masuk rumah sakit jiwa sebelum tugasnya selesai.

Oh Sehun, berkali-kali terlahir kembali dengan ingatan yang tak hilang. Kilasan tentang hidup pertamanya hingga terlahir kembali sebanyak empat kali hingga saat ini, Oh Sehun mengingat semuanya.

Oh Sehun pernah terlahir sebagai seorang jendral perang, memimpin perang dengan gagah berani, tetapi menangis hingga merasa ingin mati saat putra mahkota yang dia cintai mati. Park Chanyeol mati diracuni, tanpa perpisahan, tanpa pamit, dan tanpa aba-aba tubuhnya kaku, nyawanya direnggut oleh kematian.

Oh Sehun juga pernah menjalani takdir sebagai seorang pencopet kecil yang butuh sesuap nasi untuk bernapas esok pagi, mengelilingi kota dengan baju lusuh dan menjarah bangsawan ber-uang tebal bersama sang penyelamat hidupnya, Park Chanyeol, si penipu ulung yang mengulurkan tangannya saat Sehun kehilangan arah hidup ketika kehilangan orang tuanya dalam sebuah perampokan besar-besaran dirumahnya. Lucu mengingat dia tumbuh sebagai pencuri saat hidupnya hancur dilahap keserakahan penjarah.

Oh Sehun juga pernah menjalani takdir sebagai pemuda yang harus menggantungkan hidup dengan obat-obatan karena sebuah penyakit, ditemani dengan dokter pribadinya, Park Chanyeol, dia melewati hari-hari menyakitkannya dengan rasa semangat.

Kini, Oh Sehun terlahir kembali sebagai seorang seniman lukis yang begitu mencintai percampuran warna dan kelembutan kanvas. Dua puluh empat tahun hidup dengan ingatan yang luar biasa menyakitkan tentang Park Chanyeol dalam hidupnya membuatnya merasa ‘tak ingin mengenalnya dalam siklus hidupnya yang sekarang ... karena berapapun kali mengenal, Park Chanyeol-nya akan mati sebelum salju pertama pada usia yang ke dua puluh tujuh.

Hari ini, usia pujaan hatinya memasuki angka dua puluh tujuh tiga hari yang lalu dan salju pertama akan turun besok.
Punggung yang tadinya bersandar pada tiang halte kini tegak kembali, objek yang sedari tadi dipandanginya dengan penuh sendu tengah berjalan dengan semangat dan di bibirnya merekah menyajikan senyuman.

“Selamat berbahagia, Park Chanyeol.”

Sehun tau, Park Chanyeol kini terikat tali pertunangan dengan gadisnya.

Langkah ringan Park Chanyeol dan sang gadis telah sampai pada pinggir jalan raya, pasangan itu sepertinya hendak mengunjungi stand permainan di ujung jalan. Sehun melangkahkan kakinya dengan penuh keyakinan, sedikit demi sedikit menaikan kecepatan hingga akhirnya berlari kencang saat melihat mobil berkecepatan tinggi melaju dengan tidak terkendali menuju Park Chanyeol-nya. Tangannya mendorong dua orang yang masih tampak tidak dapat bergerak itu dengan keras.

Merah. Gerimis yang sedari tadi melanda berubah merah, tumpah ruah dalam jalanan aspal yang kini berhiaskan genangan darah.

Untuk Park Chanyeol yang paling aku cintai dalam empat kehidupan. Hiduplah dengan baik setelah ini. Perkenalkan, Aku Oh Sehun, yang akan menggantikanmu menemui kematian. Aku mencintaimu. Di Kehidupan selanjutnya, tolong ingat aku.

.
.
.

End



.
.
.


Terima kasih  telah berpartisipasi 🥳

😭😭😭 Masing angst, guys😭😭😭

Note: yang mengirim naskah di email dan belum dipublish, bisa cek berkala, yawww🥳

ChanhunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang