13

78 6 0
                                    

"apa yang kamu lakukan di sini?"

zhang hao mendesis bingung, malu menerima tatapan hanbin yang begitu dalam dan penuh tanya.

hari di mana dia mabuk, zhang hao tak begitu ingat apa yang terjadi. tapi bayangan seorang pria masih menghantuinya ketika bangun, jelas saja pria itu hanbin. entah apa yang sudah dilakukannya saat mabuk, zhang hao takut bila hanbin membencinya karena malam itu. jadi hari ini, dia berniat membalas kebaikan hati hanbin yang mengantarnya pulang dengan selamat.

"bukankah kamu tidak mau melukis lagi?"

kapan aku bilang begitu?

"hah?" zhang hao pucat saat hanbin bertanya, apakah tanpa sadar dia meracau dengan kasar?

seluruh wajahnya memerah, malu.

"lupakan saja. mengapa kamu di sini?" hanbin masih duduk di atas sepedanya, tak sabar menanti jawab dari muridnya.

tubuh zhang hao menari kecil, kedua tangannya tersimpan di belakang.

"kamu mau makan malam bersamaku?"

harusnya hanbin tolak saja, toh dia ikhlas uangnya habis untuk membawa zhang hao minum. tapi ada sesuatu yang memaksanya ikut hingga mereka berakhir di kediaman zhang hao yang tak begitu luas.

si empunya rumah sudah bersikeras agar mereka makan di luar saja, hanbin menolak. akan sangat rugi jika zhang hao mentraktirnya, lebih baik berhemat.

begitu dia lupa akan amy, hanbin menyamankan dirinya di ruang makan zhang hao yang begitu sepi. dia tak yakin jika seorang pemuda manja seperti zhang hao tinggal sendiri, rumahnya sangat bersih, aromanya pun menenangkan. seperti penuh dengan zhang hao.

"ini karna kamu, sekarang potong-potong sayurnya."

lamunan hanbin buyar, ditatapnya seikat sayur yang baru saja zhang hao taruh di depannya.

"curang! kamu saja tidak bekerja!"

spontan, dia tarik zhang hao mendekat, memaksa pemuda itu ikut andil membuat makan malam mereka.

suasana malam itu tak sedingin biasa, hening, seluruh suara di muka bumi ini seakan hilang. hanbin mencium aroma itu lagi, begitu dekat dan pekat. dilihatnya zhang hao yang tak peduli dengan jarak mereka. rambutnya, pipinya, matanya, hanbin telisik dengan sangat hati-hati.

akalnya masih sehat untuk tidak mendekat lagi, tapi tubuhnya punya pikiran sendiri. tak bohong, hanbin menginginkannya. menginginkan kehangatan yang berlebih, yang hanya mampu dikabulkan zhang hao seorang. wajahnya kian mendekat, zhang hao pun hanya diam, menyambut ciuman lembut hanbin yang membuat kakinya bak dipasung sesaat.

malam itu, ciuman pertamanya hilang. hanbin pikir hanya amy yang akan menjadi pertamanya, ternyata bukan.

to be continued

forever young [binhao/binneul]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang