3

310 32 1
                                    

*. : 。✿ * ゚ * .: 。 ✿ * ゚ * . : 。 ✿ *

.18. April. 4xxx

Di hotel Bulan Indah, tempat para pebisnis elite melakukan pertemuan umum. Gedung tersebut memiliki acara tiga tingkat, bagian dasar tempat para anak pebisnis saling bertemu sedangkan di bagian lantai dua adalah tempat para orang tua, di lantai tiga tempat istirahat.

Stefanie mengerucutkan bibirnya, ia sangat malas ikut acara seperti ini namun mau bagaimana menolaknya ia adalah anak tunggal, Daddy tidak akan membiarkannya sendirian di rumah. Apalagi kakak sepupunya juga memiliki pekerjaan, tentu ia tidak bisa menjaga Stefanie setiap saat.

"Cari Kak Yance, dia sudah ada di bawah. Daddy sudah menyampaikan pesan padanya," itu kata yang di ucapkan Daddy Stefanie sebelum gadis itu pergi.

Stefanie menemukan sosok tinggi Yance yang sedang bercengkrama ringan dengan temannya, melihat pria itu sibuk Stefanie memutar langkahnya.

"Biarkan saja, aku tidak ingin melihatnya," gumam Stefanie.

Lama ia berjalan tubuhnya tak sadar kala ia menabrak tubuh seseorang. Keduanya sama-sama terjatuh juga sama-sama mengucapkan kata maaf.

"Ehh? Stefie!"

"Bibi!"

Ucapan keduanya bersamaan. Bangkit bersama-sama lalu saling membersihkan debu dari tubuh.

"Kebetulan sekali, kita bertemu." ucap Biilaicca, Stefanie mengangguk.

"Kamu mencari siapa?" tanya Stefanie.

Biilaicca menggeleng. "Aku tidak mencari siapa-siapa, justru aku ingin ke parkiran. Kamu sendiri sedang menghindari siapa?"

"Calon tunangan aku," ucap Stefanie. Biilaicca ber-oh-ria.

"Ayo, aku ada tempat yang bagus untuk di kunjungi," ucap Stefanie menarik tangan Biilaicca menjauh dari area pesta.

Kedua gadis itu, duduk di bawah temarang lampu jalan di taman belakang gedung mewah tersebut. Keduanya menikmati eskrim yang sebelumnya mereka ambil dari meja panjang dengan aneka ragam makanan.

"Untung aku bertemu dengan kamu," ucap Biilaicca.

"Yeah, untung. Jika tidak sudah pasti aku akan terjebak dengan mereka." tambah Stefanie.

Suara teriakan terdengar dari balik semak, segera Biilaicca dan Stefanie berdiri ketakutan, keduanya saling pandang.

Tautan pun terjalin, walaupun dengan ketakutan namun rasa penasaran mereka begitu besar, dengan langkah pelan kedua gadis itu semakin mendekat.

Mata keduanya membulat, tautan sebelumnya yang terjalin pun terlepas menutup mulut masing-masing kala menyaksikan tindakan tak senonoh dari pria tua yang mencoba melecehkan seorang gadis. Bersamaan dengan itu mata kedua gadis itu di tutup, dan mulutnya sama-sama di bekap.

Tubuhnya di seret ke belakang, menjauh dari area kejadian.

Tubuh Biilaicca di seret ke jalur kanan, sementara tubuh Stefanie di bawah ke jalir kiri keduanya sama-sama berpisah.

𝐋𝐚𝐬𝐭 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐜𝐞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang