7

203 29 0
                                    

*. : 。✿ * ゚ * .: 。 ✿ * ゚  * . : 。 ✿ *

.25. Mei. 4xxx.

Biilaicca bersama Jessy, dan Haqila duduk bersama di area penonton menunggui Jigme, Matteo dan Syazwan yang bermain basket di lapangan. Biilaicca yang pulang sekolahnya harus di jemput oleh salah satu dari ketiga Kakaknya mau tidak mau harus terjebak disini.

"Kakak, Jessy kenapa bisa suka sama Kakak Jime? Diakan orangnya banyak kekurangannya.." ucap Biilaicca yang sangat menyayangkan kecantikan Jessy yang justru terjebak dengan Kakaknya yang paling menyebalkan.

Jessy hanya tersenyum menatap Biilaicca, tangannya mengusap kepala Biilaicca dengan lembut. "Dede.. Dengar.." ucap Jessy.

"Jime itu.. Orang yang baik, hatinya lembut.. Selalu melindungi Kakak dari orang yang jahat, pokoknya terbaik. Walaupun diluarnya terkesan cuek, tapi di antara semua saudara Bibi, Kakak Jime lebih besar rasa sayangnya ke Bibi.." ucap Jessy.

"Benarkah?!" ucap Biilaicca tak percaya.

"Ya!" ucap Jessy.

Suara musik eskrim keliling terdengar, Haqila yang tersadar lebih dulu segera menghalangi namun gagal karena Biilaicca sudah melihat.

"Kakak eskrim!" ucap Biilaicca dengan mata benarnya.

"Tidak boleh sayang." ucap Haqila menolak halus permohonan Biilaicca.

"Ayolah Kak.." melas Biilaicca.

"Kata Kak Matt, tidak boleh jajan eskrim hari ini." ucap Haqila.

"Kakak.." rengek Biilaicca.

Jessy dan Haqila saling berpandangan, lalu melirik pada para pria yang terlihat serius dalam bermain.

"Kakak, mereka tidak akan tau. Kita kan cepat.. Iya.. Boleh ya?" ucap Biilaicca memasang jurus andalannya.

"Oke.." ucap pasrah Haqila, membuat Biilaicca bersorak senang.

"Ini, segera kembali.. Jangan lama-lama ya?" ucap Haqila yang menyerahkan uang pada Biilaicca.

"Siap!" ucap Biilaicca yang langsung bangkit dengan berlari.

"Kenapa kamu izinin?" ucap Jessy.

"Aku tidak kuat.." ucap Haqila.

Di jalan, langkah yang baru sepuluh langkah itu Biilaicca menghentikan jalannya.

"Hei adek manis, sendirian aja.." ucap pria dengan penampilan yang tidak rapi, seragam sekolahnya tidak di masukkan, juga kemeja sekolah yang terlepas semua menyisakan kaos putih yang terlihat jelas.

"Kakak, Bibi mau lewat.." ucap pelan Biilaicca, sedikit takut dengan tatapan rakus di depannya.

Jigme yang melirik beberapa kali sambil bermain menahan amarahnya.

"Hanan! Berikan bolanya." ucap Jigme meminta operan dari Hanan.

Matteo dan Syazwan belum ada yang sadar akan Biilaicca.

Begitu bola sudah di tangan, Jigme dengan kuat dan kerasnya melemparkan bola tersebut pada pria yang mencoba menyentuh lengan atas Biilaicca.

BUG!

Bola mengenai tepat pada wajah pria tersebut, membuat empunya memalingkan wajah dengan lebam.

"Sia—"

Perkataan terhenti di tenggorokan kala melihat sosok Jigme yang sudah berjalan dekat dengan wajah dinginnya.

Dengan cepat pria itu berlalu, menyisakan Biilaicca yang menundukkan kepalanya.

"Siapa—"

"Maaf..." potong Biilaicca cepat.

"Kamu ini.." desis Jigme menarik tangan Biilaicca.

Sementara Syazwan mengambil bola.

—♡—

Kediaman Jeevans kedatangan para menantunya. Semua anak-anak berkunjung membuat kediaman itu terasa lebih ramai dan penuh, bahagia rasanya bisa berkumpul banyak orang.

Begitu banyak makanan di atas meja di ruang keluarga sofa di penuhi orang orang, Tanya tersenyum senang melihat orang yang berkumpul.

Tanpa sadar ia menitihkan air matanya. Syazwan yang baru keluar dari gudang dengan membawakan dua botol anggur menghentikan langkahnya.

"Mami?" ucap Syazwan.

"Sayang.." balas Mami.

"Jangan menangis, Mami." ucap Syazwan.

Tanya menganggukkan kepalanya, Syazwan dengan cepat memeluk tubuh Maminya.
"Semua sudah baik-baik saja Mami, kamu sudah berhasil.." gumam Syazwan.

Syazwan membawa tubuh Mami ikut bergabung dengan yang lainnya di ruang keluarga. Lama mereka bercanda tawa bersama tiba-tiba Jessy keluar bersama Syena.

"Jigme Jeevans." panggil Jessy membuat tawa dan semua orang menatap Jessy.

Papi dan Mami lebih dulu bangkit meninggalkan tempat, lalu Syazwan yang bangkit tak lupa menarik tangan istrinya yang tersenyum. Haqila yang menarik tangan Matteo. Dan Biilaicca yang menarik Theodore menjauh dari ruang keluarga.

Tersisa Jigme dengan alis menyatu menatap Jessy dengan bingung, bangun secara pelan dari duduknya menghampiri istrinya.

"Kenapa?" ucap pelan dan bingung Jigme.

Pasalnya di panggil dengan nama lengkap apalagi di depan seluruh keluarganya membuat Jigme gugup. Itu adalah tanda yang sangat jelas jika sedang marah.

Jessy tertawa. "Haha.. Maaf aku kalah main dari Syena tadi.. Jadi harus manggil dengan lengkap.. Hehe jangan marah.." ucap Jessy.

"Jes.. Kamu membuat ku.. Argh..!" ucap Jigme yang langsung memeluk Jessy.













જ⁀➴Tubee

𝐋𝐚𝐬𝐭 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐜𝐞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang