[12]

142 34 3
                                    

Kegiatan hiking akan segera dimulai dan kini semua siswa sedang berkumpul dengan kelompok yang di tentukan oleh panitia kegiatan.

Setiap kelompok terdiri dari 7 orang, dan seperti saat ini keberuntungan sedang berpihak pada Harsha, setelah ditakdirkan satu kamar dengan Deva, sekarang ia juga ditakdirkan satu kelompok pula dengan sosok manis ini?

Sebenarnya Juan juga sudah memohon-mohon dengan kakak panitia, agar ia di pindahkan menjadi satu kelompok dengan Deva. Tetapi apa daya, kakak panitia mengatakan bahwa kelompok itu sudah mutlak dan tidak dapat diubah lagi, tapi ia sedikit bersyukur karena Deva tidak sendirian, ada Harsha yang satu kelompok dengannya.

Walaupun sebenarnya Juan sedikit tidak percaya dengan temannya yang seperti tembok itu.

"Deva lo hati-hati ya, kalau ada apa-apa langsung bilang ke Harsha. Karena kita beda kelompok jadi gue gak bisa buat ngawasin lo terus-terusan" pesan Juan.

"Iya Juan tenang aja" balas si manis.

"Sekarang Juan kumpul aja sama kelompok Juan sendiri sana, tuh bintang temen sekelompok kamu kan?" Lanjutnya.

"Jangan lupa bawa air mineral, obat nya juga jangan lupa" pesan Juan sekali lagi sebelum meninggalkan Deva menuju teman sekelompoknya.

"Udah ngobrolnya?" Tanya seseorang yang berhasil mengagetkan Deva yang sedari tadi diam memperhatikan Juan yang sudah bercengkrama dengan teman sekelompoknya.

"Ihh Harsha ngagetin aja" balas Deva sebal.

"Lagian lo fokus banget ngelihatin Juan, sampai gue disini aja lo gak sadar" sebenarnya Harsha memang sudah disini sejak tadi, dan ia memang sengaja tidak bergabung dengan keduanya, karena melihat percakapan mereka yang sudah seperti ayah dan anak.

"Ya, lagian kamu dari kapan disini? Kenapa gak gabung aja tadi?" Tanya Deva masih sedikit kesal.

"Udah dari tadi sih, emang sengaja biar bisa lihat lo di nasehatin Juan kaya anak yang lagi di nasehatin ayahnya" balasnya sambil terkekeh pelan.

"Ish, Harsha nyebelin banget sih, lagian sejak kapan kamu jadi banyak ngomong begini?"

Harsha yang mendengar itu sedikit membeku, iya juga sejak kapan ia jadi banyak bicara seperti ini? Saat menyadari bahwa ia banyak bicara hanya kepada pemuda manis di depannya ini, ia mengalihkan pandangannya dari menatap Deva.

Deva yang melihat Harsha memalingkan wajahnya setelah mendengar pertanyaannya itu sedikit khawatir. Apa Harsha marah karena pertanyaannya tadi? Begitu pikirnya.

"Harsha kamu marah ya, gara-gara aku nanya tadi?" Tanyanya dengan tatapan sendunya.

"E-enggak, ayo kumpul sama yang lain" balas Harsha mengalihkan pembicaraan.

🐰🐰🐰

"Oke guys, kenalin gue Tama yang bakal jadi ketua kelompok ini, jadi kalau ada apa-apa jangan sungkan bilang ke gue ya, kalian itu nanti bakal jadi tanggungjawab gue selama di perjalanan" ucap pemuda bernama Tama tadi.

"Siap paket" balas seorang siswi berambut sebahu, Jena.

Sedangkan yang lainnya hanya membalas dengan anggukan kepala, merasa canggung sepertinya.

"Eh, biar lebih deket, kenalan dulu doang, mulai dari gue ya. Kenalin, nama gue Jena" ucap Jena.

"Andrea" ucap sosok yang sedari tadi memasang raut datar nya.

"Kenalin nama gue Hendra" Ucap pemuda yang bersurai merah kecoklatan.

"Gue Harsha"

"Aku—

"Dia Deva" sela Harsha.

"Yaampun Deva, kamu gemes bangett" Ucap perempuan berkuncir kuda yang duduk di samping Jena. Sepertinya mereka saling kenal, melihat perempuan itu yang mengatakan itu sambil menyenggol lengan Jena.

"Eh iya kenalin gue Gisa" Ucap perempuan yang barusan memuji Deva.

"Oke, semua udah saling kenal kan, jadi gue harap kalian bisa menghafal nama dan wajah kalian satu sama lain, biar kalau ada apa-apa gampang minta tolong nya" ucap sang ketua lagi.

Sedangkan mereka hanya menganggukkan kepala, pertanda mengerti.

Dan tibalah giliran kelompok mereka untuk memulai perjalanan, tidak sulit sebenarnya mereka hanya perlu melakukan perjalanan sambil mengerjakan task yang di berikan panitia disetiap posnya, yang isinya paling hanya membantu warga yang dalam kesulitan, atau mengantarkan barang ke rumah yang sudah di sertakan nomor nya oleh panitia.

🐰🐰🐰

Mereka saat ini sedang beristirahat di pos 2, cukup melelahkan ternyata. Mereka kira dari penginapan tidak akan jauh menuju pos 1. Ternyata cukup jauh, apalagi di pos 1 tadi mereka di perintahkan untuk membantu membawakan barang belanjaan seorang nenek tua yang sepertinya memiliki warung, melihat belanjaan yang tadi harus mereka bawa banyak sekali, setiap orang bahkan membawa satu kresek penuh. Kecuali sang ketua dengan Harsha yang membawa tiga sekaligus.

"Huft, capek juga" hela gisa.

"Gila aja kita tadi disuruh bawa barang segitu banyaknya. Dikira kita kuli panggul apa ya" keluh Jena.

"Iya anjirr, lebih kasian lagi si paket sama harsha tadi bawa 3" balas Hendra yang sedang mengipasi dirinya dengan potongan kardus yang tadi ia minta dari pos 2.

"Udah udah sekarang kita lanjut jalanin task dari pos 2 terus lanjut ke pos berikutnya" lerai sang ketua.

Di pos 2 tadi mereka di perintahkan untuk mengantar tas berisi pakaian kotor entah milik siapa ke tempat laundry yang berada di ujung pasar.  Jika menurut Jena itu sih pakaian panitia, tapi mereka tidak mempermasalahkan itu yang penting bukan mereka yang disuruh bayar, dan barangnya pun tidak terlalu berat. Tidak seperti belanjaan nenek tadi.

"Panitia nya enak banget laundry tinggal nitipin ke peserta" kata Jena ngedumel.

"Positif thinking aja, siapa tau itu punya salah satu warga juga" ucap Tama.

"Lo mah posthink mulu Tam" balas Jena kesal.

Saat sampai di tempat laundry, ternyata disana letak pos 3 berada yang berarti itu sudah pos terakhir. Mereka segera menyerahkan tas yang di berikan oleh panitia dari pos 2 tadi. Dan mereka mendapat task terakhir mengantarkan pakaian customer mereka ke rumah. Untungnya rumah sang  customer tidak jauh dari penginapan mereka, jadi mereka bisa langsung beristirahat setelah selesai mengantarkannya.

Saat di pertengahan jalan Deva merasakan pusing tiba-tiba menyerang kepalanya, pandangan matanya pun sudah mulai mengabur.  Dan saat ingin memanggil Harsha yang berjalan jauh di depannya, Gisa sudah lebih dulu menghampirinya.

"Deva lo gapapa?" Tanya gisa dengan pandangan yang menunjukkan kekhawatiran.

"T-tolong, panggilan H-harsha" ucapnya dengan terbata.

"HARSHA" teriak gisa yang membuat semua yang di sekitar mereka menaruh atensi ke arah keduanya yang tertinggal di belakang.

"Deva!"








Hai aku balik lagi hehe...

Udah lama ternyata ya ga update

Sebenarnya hiking tadi pengalaman ku pas kemah bakti tahun lalu

Karena kepikiran yaudah ku tulis sini

See you next chapter guys

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRINCE(SS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang