Rencana Erland

14 7 0
                                    

"Woy bro," panggil Stevan kepada Erland yang sedari tadi hanya duduk sendiri ditribun sekolah.

"Eh bro," balas Erland yang mendengar dan melihat Stevan yang sedang menuju kemari.

"Kenapa lo ngelamun gitu?," tanya Stevan kepada Erland.

"Yaa i'm okay," jawab Erland.

"Lo lagi ada masalah?ato lagi rencanain sesuatu?," tanya Stevan lagi dah membuat Erland tercengang.

"Lo emang temen gua dah Stev," ujar Erland yang bangga karena tebakannya benar.

"Ooh jadi lo lagi ngalamin keduanya," ucap Stevan.

"Kayaknya gitu coy kalo yang pertama mungkin bukan masalah cuma kekhawatiran gua aja," kata Erland sambil terus memikirkannya.

"Khawatir soal apa lo," tanya Stevan.

"Soal kerjaan, gua udah ngelamar disalah satu perusahaan yang nerima lulusan SMA doang tapi mesti punya skill," jawab Erland.

"Lah bagus dong kan lo punya skill dikomputer, Land udah lo gausah terlalu mikirin bawah santai aja dulu," ucap Stevan sambil menenangkan Erland.

"Lo gak mo nanya opsi kedua itu?," tawar Erland.

"Lah nawar, ya karna gua pengen tau kasih tau ke gua lo lagi rencanain apaan?," tanya Stevan lagi

"Shanon." Jawaban yang singkat padat dan tentu saja sangat jelas.

"Shanon?kenapa shanon?lo mau nembak dia?," tanya Stevan.

"Mungkin emang udah waktunya Stev, perasaan yang gua sembunyi sembunyi selama 3 tahun udah waktunya gua ungkapin," ucap Erland.

"Lo...beneran yakin?," tanya Stevan dengan ragu karena memang Erland dan Shanon terhalang sesuatu.

"Kenapa?lo pasti ragu karna gua sama dia punya perbedaan yang cukup jauh dan tinggi, tapi perasaan gua ke dia lebih dari itu,Stev." Jelas Erland.

"Yaaa kalo itu mau lo sekarang gua dukung lo, jangan peduli nanti soal jawaban Shanon tapi yang paling penting lo udah berhasil ngungkapin perasaan lo ke dia," ujar Stevan dengan memegang bahunya Erland untuk mendukungnya.

"Lo kagak mau ikutan nih?," tanya Erland.

Stevan pun bingung lalu bertanya balik,"Ikutan apaan,"

"Ya kayak gini bro ngungkapin perasaan lo kan juga punya perasaan sama seseorang," ucap Erland

"Nanti aja gua kapan-kapan," jawab Stevan dengan penuh ketenangan.

"Halah payah," ejek Erland kepada Stevan.

Dengan penuh kepercayaan diri, Erland mulai mengumpulkan keberanian dan mempersiapkan segalanya untuk mengungkapkan perasaannya kepada Shanon selama tiga tahun ini.







"Sebesar apapun tembok itu, seberat apapun tembok itu, lebih besar lagi rasa sayangku kepadanya dan lebih berat lagi kalau tidak ada dia di kehidupanku"
-Erland Malik Pratama



Perjalanan Yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang