PERBINCANGAN

45 11 3
                                    

Setelah perdebatan di antara Jeno dan Mark, mereka semua sedang duduk di kasur mereka masing-masing. Suasana menjadi canggung akibat perdebatan di antara mereka. Mark sibuk mencatat tradisi tadi ke dalam bukunya. Jisung merebahkan dirinya di atas kasur, kejadian tadi membuatnya trauma.

"Kalian semua tadi udah ngobrol sama warga desa," ucap Mark. "apa hal baru yang belum gua ketahui?" mereka semua saling melihat satu sama lain. Jisung sendiri malas untuk menjawab.

"Ji," panggil Mark. Jisung mendudukkan badannya di atas kasur saat Mark memanggilnya.

"Siapa laki-laki yang bareng sama elu?" Mark menutup bukunya dan memusatkan perhatiannya di Jisung.

"Gua ga tau nama dia dan gua ga tau dia siapa," jawab Jisung dengan sedikit berbohong. Mark mengangguk.

"Lu tadi masuk ke salah satu bangunan di desa, isinya apa aja?" Mark membuka bukunya lagi.

"Isinya ada banyak foto-foto sama banyak mural," jawab Jisung. Mark mendekat ke arahnya.

"Kayak begini bukan foto-fotonya?" Mark menunjukkan sebuah foto yang berisi banyak figura ke Jisung. Jisung mengangguk. Mark kembali mencatat.

"Ji, kok lu bisa deket sama tuh orang?" Tanya Jeno.

"Gua tadi ngeliat dia sendirian, gua ajak ngobrol aja," Jeno mengangguk paham.

"Lu udah ngapain aja di tempat sepi kayak tadi?" Jeno memasang muka meledek ke arah Jisung.

"Gua cuma ngeliat-liat foto terus ya ngobrol,"

"Yah, gua pikir udah ngapa-ngapain aja," Jeno memasang wajah meledek lalu tertawa. Jisung menatapnya malas Jeno.

"Semuanya dengarkan baik-baik," perintah Mark. "kita harus mendapatkan informasi sebanyak mungkin. Sekarang kalian nyebar lagi ke warga desa, kulik informasi sebanyak mungkin. Paham?" 

"Paham!" semuanya berteriak. Mark mengangguk sambil tersenyum.

"Semua ayo pergi. Jisung, lu gapapa di sini dulu tapi, lu salah satu kunci keberhasilan ekspedisi kita, jangan malas-malasan cari informasi," Mark menunjuk Jisung. Jisung mengangguk saja. Mark dan yang lain pergi meninggalkan rumah ini.

"Ternyata harus berguna dulu untuk dilihat sama mereka," Jisung membaringkan badannya di atas kasur dan mulai memejamkan matanya. Terdengar suara pintu rumah yang terbuka. Jisung dapat mendengar suara itu namun membiarkannya saja. 

"Ji," panggil seseorang dari depan pintu.

Jisung membuka matanya untuk melihat siapa yang memanggilnya. Jisung sedikit terkejut dengan kemunculan Chenle di rumah. Jisung mendudukkan badannya sembari mengumpulkan nyawa. Langkah kaki Chenle semakin mendekat ke Jisung dengan suara gesekan yang menemani langkah Chenle. Jisung tersenyum ke arah Chenle yang berada di depannya, Chenle membalasnya dengan sebuah senyuman yang sangat manis.

"Kamu bawa apa?" Tanya Jisung.

"Aku bawa syal yang tadi aku buat sama beberapa bunga buat ngehias syal," Chenle menunjukkan barang-barang yang dirinya buat.

"Mau membantuku?" Tanya Chenle. Jisung mengangguk dengan penuh semangat.

Chenle berjalan menuju bagian belakang, Chenle mendudukkan badannya menghadap kasur Mark. Jisung berdiri dari kasur dan berjalan ke arah Chenle. Jisung mendudukkan badannya tepat menghadap Chenle dan membelakangi kasur Mark.

"Apa yang bisa aku bantu?" Jisung melihat-lihat syal dan karung yang Chenle bawa.

"Menghias," Chenle menunjukkan bunga-bunga yang sudah kering. 

"Kenapa kita menghias syal dengan bunga yang sudah kering?" Tanya Jisung.

"Entahlah Vyras dan Moteris hanya menyuruhku, kemungkinan, buat acara tradisi," jawab Chenle.

Solstice & EquinoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang