Jisung dan teman-temannya sudah berada di dalam rumah mereka itu. Mereka sedang berkumpul di tengah ruangan dan Jisung duduk di kasurnya. Mereka sedang berkumpul dan mengobrol dan tentu saja Jisung tidak mereka ajak, Jeno mengajak Jisung tapi teman-temannya yang lain langsung memarahi Jeno.
"Ini bang Mark kemana?" Tanya Karina sambil melihat sekeliling.
"Paling masih wawancara, bang Mark kan paling obses sama penelitian kita," jawab Jeno.
"Jen, lu kayaknya santai banget," ucap Haechan.
"Gua ga santai-santai banget, cuma pikir bang Mark pasti lagi bahagia soalnya dia bisa ngomong sama orang di desa ini," balas Jeno.
"Mendingan kita pergi tidur. Kalau besok bang Mark ga balik, kita baru cari dia," perintah Jeno. Teman-teman Jisung mengangguk.
Teman-teman Jisung mulai bersiap untuk tidur dan beberapa mulai menepati kasur mereka masing-masing. Jisung merebahkan dirinya ke kasur, berusaha memejamkan matanya. Hari ini banyak sekali kejadian yang terjadi, diawali dengan makan bersama, menari, tidak dianggap oleh teman-temannya dan bang Mark yang belum kembali. Jisung berusaha menjauhkan pikiran negatifnya itu, Jisung mulai memejamkan matanya.
"Dunia tolong baiklah esok hari, aku ingin esok hari dan seterusnya bahagia," ucap Jisung di dalam hatinya dan mulai memejamkan matanya.
Bunga yang diberikan Chenle berada di bawah tempat tidurnya. Jisung sengaja menaruh bunganya disitu agar bunganya tidak terkena kakinya saat dirinya atau teman-temannya yang berada di dekat kasurnya.
----
Pagi kembali menyambut desa lagi. Jisung membuka matanya dan rumahnya sudah sepi. Jisung sudah menduga dirinya akan ditinggalkan lagi oleh teman-temannya. Jisung mendudukkan dirinya di kasur, dirinya meregangkan badannya yang kaku. Jisung turun dari tempat tidurnya untuk melihat bunga yang berada di bawah tempat tidur. Jisung berjongkok untuk melihat bunga. Bunga yang berada di bawah tempat tidurnya itu masih terlihat segar, namun disisi kasur yang lain, Jisung dapat melihat sebuah kaki putih di ujung kasur. Jisung berdiri untuk melihat siapa yang berada di dekat kasurnya. Jisung melihat Chenle yang tersenyum ke arah, Jisung ikut tersenyum saat melihat senyuman Chenle yang manis.
"Kamu ngapain?" Tanya Chenle sambil memiringkan kepalanya.
"Lagi memastikan bunga yang kamu kasih masih hidup," Jisung menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Chenle mengintip ke bawah kasur dan Jisung ikut mengintip.
"Mereka semua masih terlihat segar, semoga mereka tidak cepat layunya," ucap Chenle.
Jisung mengangguk saja karena dirinya terlalu fokus dengan wajah Chenle yang bersinar akibat terkena sinar matahari. Chenle dan Jisung berhenti memperhatikan bunga. Jisung memegang perutnya yang mengeluarkan suara, Jisung menatap Chenle malu-malu takut Chenle mendengar suara perutnya. Jisung dapat melihat Chenle yang terkekeh.
"Kamu lapar?" Tanya Chenle. Jisung mengangguk sebagai jawaban.
"Ayo ikut aku," Chenle berjalan keluar dari dalam rumah dan Jisung mengikuti Chenle dari belakang.
Chenle dan Jisung berjalan menuju sebuah bangunan lalu masuk ke dalam bangunan itu. Bangunan itu ternyata sebuah dapur yang membuat makanan para warga. Jisung menyapa para warga yang berada di dapur ini, semua warga desa tersenyum ke arah Jisung. Chenle mengambil dua piring di atas meja lalu mengajak Jisung ke luar. Jisung dan Chenle berjalan beriringan menuju rumah Jisung dan teman-temannya. Chenle dan Jisung duduk di depan rumah ini dan Chenle memberikan piring yang berisi makanan ke Jisung.
"Kamu ga ikut sama teman-temanmu?" Tanya Chenle sambil memperhatikan Jisung.
"Memangnya mereka semua pergi kemana?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Solstice & Equinox
FanfictionSebuah kelompok mahasiswa arkeologi yang tertarik dengan kepercayaan kuno dan ritual-ritual purba melakukan perjalanan ke desa terpencil di Ajaya Timur. Desa ini terkenal dengan tradisi mereka yang kaya akan ritual kuno untuk menyambut pergantian mu...