PECAH

32 11 1
                                        

Pagi kembali menyambut lagi, entah sudah hari ke berapa mereka ada di desa ini. Jisung kembali membuka matanya, satu hal yang ingin Jisung lihat adalah melihat Chenle di pagi hari.

Jisung meraba tempat tidurnya. "Chenle," panggil Jisung. 

Seingatnya, ada Chenle yang ikut tidur bersamanya. Saat Jisung membuka mata, Chenle tidak ada di kasurnya. Mata Jisung terbelalak, Jisung ingat kemarin malam Chenle ikut tidur bersamanya. Jisung kembali membayangkan tadi malam yang mana Jisung diucapkan selamat malam oleh Chenle, membayangkan itu membuat Jisung senyum-senyum sendiri. Jisung menepuk-nepuk kepalanya karena membayangkan kejadian tadi malam. Jisung mengalihkan pandangannya ke sekeliling untuk mencari Chenle dan teman-temannya. Terdengar suara ribut-ribut dari luar rumah Jisung dan teman-temannya.

Jisung berdiri kasurnya, dirinya berjalan menuju pintu rumah. "Berisik banget," gumam Jisung sambil berjalan ke pintu rumah.

Suara ribut semakin terdengar, Jisung membuka pintu rumah. Satu hal yang Jisung dapat lihat adalah seorang warga yang sedang marah-marah. Jisung berjalan mendekat ke arah teman-temannya yang sedang di kerumuni para warga. Langkah Jisung tertahan, tangannya ditahan oleh seseorang, Jisung mengalihkan pandangannya untuk mencari siapa yang menahan tangannya. Jisung melihat tangan putih yang bersinar menahan tangannya, Jisung tahu Chenle yang menahan tangannya. Jisung menggenggam tangan Chenle lalu mengalihkan semua atensinya ke Chenle.

"Jangan," gumam Chenle sambil menunduk. Jisung memiringkan kepalanya, Jisung tidak mendengar ucapan dari Chenle.

"Ada apa?" Jisung menyesuaikan tingginya dengan Chenle.

Chenle menggelengkan kepalanya, Chenle menarik-narik kecil bagian lengan Chenle. "Kamu kenapa?" Tanya Jisung sambil mengusap rambut Chenle.

Chenle mengangkat kepalanya, Chenle menatap dalam mata Jisung. Chenle memeluk tangan Jisung dengan erat dan memiringkan kepalanya agar dekat dengan tangan Jisung. Jisung menatap Chenle dengan penuh kebingungan, mata Chenle berbinar seperti ingin suatu hal. Jisung mengusap rambut Chenle.

"Jangan kesana, aku takut kamu dalam bahaya," larang Chenle. Chenle terus memeluk tangan dan masih terus menunjukkan wajah memelasnya.

Jisung mengalihkan pandangannya ke arah teman-temannya. Jisung tersenyum lalu mengusap rambut Chenle. "Baiklah, aku tidak akan kemana-mana," Jisung tersenyum manis.

Jisung dan Chenle mengalihkan pandangan mereka ke arah para warga dan teman-teman Jisung. Jisung masih terus mencari tau kenapa ada keributan pagi ini. Dari kejauhan Jisung dapat melihat teman-temannya yang kebingungan, warga desa yang marah kepada mereka menggunakan bahasa asli desa ini, hal itulah yang membuat mereka bingung. Teman-temannya saling melirik satu sama lain, mereka ingin tahu apa yang telah terjadi. Jisung melirik ke arah Chenle, Jisung dapat melihat tangannya yang masih dipeluk dengan erat oleh Chenle.

Seorang warga memisahkan warga desa yang sedang marah-marah, warga itu tersenyum ke teman-teman Jisung lalu membawa warga yang marah-marah. Teman-teman Jisung kembali mengumpul di depan rumah dan mereka berbincang. Jisung melirik ke arah Chenle lagi, namun kali ini pandangan Jisung dan Chenle bertemu.

"Aku mau ke temen-temen aku dulu," izin Jisung.

Chenle melepaskan pelukannya di tangan Jisung dengan tatapan yang sedih. Jisung tersenyum ke Chenle lalu mengusap kepalanya dengan pelan. Jisung pergi meninggalkan Chenle untuk berkumpul dengan teman-temannya. Punggung Jisung semakin lama semakin jauh dari Chenle dan Chenle terus memperhatikannya, Chenle mengangkat kepalanya dan mulai tersenyum saat Jisung sudah berkumpul dengan teman-temannya.

"Bapak-bapak tadi ngapain marah-marah?" Tanya Jisung ke Yeonjun. Yeonjun mengangkat bahunya sebagai jawaban.

"Jujur sama kita, Jen. Lu habis ngapain sampai bikin tuh bapak-bapak ngamuk?" Tanya Renjun dengan nada yang tajam.

Solstice & EquinoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang