"Kok kesana, mobilnya ada di sebelah sini loh" Ucapan Oline menghentikan langkah kaki Erine yang hendak berjalan pergi meninggalkan nya. Erine berbalik, menatap Oline cukup lama. Sejak kejadian tadi siang, Erine benar-benar belum berbicara dengan Oline.
"Aku mau nunggu Ribka di depan" Oline mengembuskan nafas panjang ketika ia melihat Erine berbalik dan kembali melanjutkan langkahnya "Ribka gabakal pulang bareng kita, dia mau main ke rumah Nachia" Erine tidak menjawab, ia kembali berbalik badan lalu berjalan menghampiri mobil Oline.
Oline membuka kunci mobil, membiarkan Erine masuk lebih dulu sebelum menyusulnya. Oline mulai menghidupkan mesin, menatap Erine yang enggan menatap nya, pandangan gadis itu hanya lurus ke depan. Oline menarik sabuk pengaman di jok Erine dan memasangkannya. Oline tersenyum, menatap Erine lalu ia mencium pipi Erine sebelum memakai sabuk pengamannya.
"Jangan marah marah kaya gitu, kamu lebih cantik kalau lagi senyum" Oline tersenyum lebar dan segera melajukan mobil meninggalkan gedung sekolah. "Halah, cantikan Chelsea kan pasti" Erine mengambil handphone Oline yang berada di atas dashboard mobil, ia mulai berkaca di kamera handphone milik Oline.
"Kamu mau langsung pulang atau mau kemana dulu gitu?" Oline malah mengalihkan pembicaraan, hal ini membuat Erine semakin kesal "mau makan gak? Siang tadi kamu gak jadi makan loh sayang"Oline melirik ke Erine sekilas "What do you want to eat?"
"Go home" Erine menggembungkan pipinya sambil memilih sebuah tontonan yang akan ia tonton selama di perjalanan pulang ke rumah "Okay" Oline bersandar, memikirkan cara bagaimana Erine tidak marah lagi kepadanya.
"Nanti aku masakin makanan buat kamu makan ya sayang" Tak ada jawaban apapun dari Erine, gadis itu malah fokus pada tontonan nya di handphone milik Oline. "Kamu mau eskrim gak?" Lagi-lagi tak ada jawaban apapun dari Erine.
Aneh sekali, untuk pertama kalinya Erine tak luluh dengan tawaran itu. Biasanya tawaran untuk membeli eskrim itu adalah hal yang paling ampuh ketika Erine sedang pundung. Apa yang sebenarnya membuat Erine benar-benar sangat marah padanya? Tak ada salah nya kan jika Oline menolong Chelsea.
"Okey" Gumamnya, Oline tidak bisa memaksa. Tidak butuh waktu yang lama mobilnya kini sudah terparkir di depan rumah. Oline turun dari mobil, berjalan menuju pintu Erine dan langsung membukakanya. Erine turun dari mobil lalu berjalan terlebih dahulu meninggalkan Oline. Biasanya mereka berdua akan bergandengan tangan sampai memasuki rumah tapi kali ini tidak.
Erine menghentikan langkah nya di depan pintu rumah karna pintu itu masih terkunci "tunggu sebentar, aku buka dulu pintu nya" Oline berlari menghampiri pintu rumah lalu membuka kuncinya. Erine masuk ke dalam rumah setelah Oline membukakan pintu untuk nya.
Erine berbalik badan dengan satu gerakan, membuat Oline yang berada di belakang nya langsung menghentikan langkah nya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun Erine memberikan handphone yang berada pada genggaman nya kepada sang pemilik handphone. Entah mengapa setelah mengembalikan handphone nya kepada Oline, Erine malah berlari menuju kamar Oline.
Erine masuk ke dalam kamar, menutup pintu kamar dan langsung menguncinya. Oline di bawah sini masih membantu, apa sebesar itu ya kesalahan nya hingga membuat Erine benar-benar merasa sangat marah. Oline mengembuskan nafas panjang, ia melemparkan tas nya ke atas sofa sebelum ia ikut merebahkan tubuhnya di atas sofa.
Erine melemparkan tas nya ke atas kasur lalu menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Erine tiba-tiba menangis, entah mengapa dadanya masih terasa sangat sesak jika ia mengingat kejadian siang tadi. Terserah jika semua orang berkata bahwa dirinya terlalu berlebihan atau bersikap terlalu kekanak-kanakan sekarang. Menurutnya kejadian siang tadi sangat lah menyakitkan. Erine tak bisa melihat kekasihnya itu memeluk perempuan lain, apalagi perempuan itu adalah Chelsea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Secara ugal ugalan (Orine) [end]
Teen FictionMencintai si anak Osis secara ugal ugalan